Bagaimana rasanya ketika suami yang Aurel selalu banggakan karena cintanya yang begitu besar kepadanya tiba-tiba pulang membawa seoarang wanita yang sedang hamil dan mengatakan akan melangsungkan pernikahan dengannya? Apakah setelah ia dimadu rumah yang ia jaga akan tetap utuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aure Vale, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian Dua Puluh Tiga
"Jadi kemarin gak bisa aku hubungi itu karena ponsel kamu lagi di perbaiki?" tanya Yasmin, editor Aurel.
Aurel mengangguk, "hari ini aku baru bisa mengambilnya,"
"Ya sudahlah, bisa sekarang kamu serahkan file novel yang sudah kamu tulis!"
Aurel mengangguk, lalu menyerahkan sebuah plasdisk kepada Yasmin, Yasmin menerimanya dan langsung menyambungkannya kepada laptop milikinya.
"Kamu sadar gak, akhir-akhir ini kamu menulis sangat sedikit jika dibandingkan dengan tulisan jamu yang sebelumnya?" tanya Yasmin membuat Aurel mengerutkan dahinya bingung, ia merasa justru rasa inginnya menjadi meningkat semenjak ia hamil tiga bulan.
"Aku menulis sampai 10 bab dalam seminggu ini loh, bukannya itu banyak, 1 bab saja bisa sampai tiga ribu kata," balas Aurel.
Yasmin menggeleng, "mungkin minggu ini iya kamu bisa menulis banyak, tapi sebelum-sebelumnya, kamu hanya menulis satu bab dalam satu minggu, itu pun kadang tidak sampai dua ribu kata,"
"Maaf, sebelum-sebelumnya aku memang tidak bisa fokus menulis, pikiran aku sedang kacau, ada beberapa masalah yang membuat aku tidak bisa menyelesaikannya," lirih Aurel merasa bersalah.
Pasti selama ini Yasmin menunggu kabar darinya, apalagi waktu itu novel yang sedang dibuatnya sangat dikerja waktu, karena penerbit yang sudah meminang tulisan on goingnya meminta agar Aurel mempercepat tulisannya.
"Sebenarnya, tidak apa-apa, lagi pula kamu bisa menyelesaikannya tepat waktu, bukumu juga sebentar lagi akan terbit, dan sekarang lihatlah belum juga kamu memulai menulis, sudah ada banyak penerbit yang menghubungimu, tapi aku menolak semuanya,"
"Loh kenapa di tolak? Aku bisa menyelesaikannya dalam kurun waktu tiga bulan," tanya Aurel mengerutkan dahinya bingung.
Yasmin tersenyum kecil, lalu membenarkan duduknya, ia mencondongkan sedikit tubuhnya agar lebih dekat dengan Aurel yang duduk di depannya.
"Mulai sekarang kita tidak akan menunggu ada penerbit yang meminang lagi, kamu sudah sangat terkenal di kalangan anak muda, anak-anak bahkan sampai orang tua yang sudah memiliki anak, jadi tanpa perlu ada yang meminang pun kamu bisa tetap menerbitkan novelmu," beritahu Yasmin dengan suaranya yang seperti bisik-bisik, takut pembicaraannya terdengar oleh orang-orang di sekitar mereka, padahal mereka saja sibuk dengan dunianya masing-masing.
"Caranya?" tanya Aurel menaikan sebelah alisnya.
"Kamu bisa menerbitkan mandiri, jika kamu menerbitkannya mandiri kamu hanya perlu membayar uang percetakannya dan setelah itu kamu akan mendapatkan semua royalti dari hasil penjualannya tanpa ada potongan dari penerbit,"
Mendengar itu Aurel menjadi sedikit tertarik dengan apa yang diberitahu Yasmin, selama ini ia memang mengandalkan Yasmin dalam percetakan dan segala tetek bengeknya, termasuk pembuatan cover, Aurel hanya bertugas menulis idenya di dalam sebuah tulisan.
"Bagaimana? Kamu tertarik?" tanya Yasmin menaik turunkan alisnya.
Aurel tersenyum dan mengangguk, "mungkin ini akan menjadi awal dari sebuah kesuksesan untuk kita nanti,"
Yasmin mengangguk setuju.
Yasmin kembali sibuk mengecek ulang tulisan-tulisan Aurel sedangkan Aurel menatap sekeliling kafe yang selalu menjadi tempat ia dan Yasmin mengadakan pertemuan, selain kafenya yang nyaman, ini juga merupakan kafe terdekat dari kantor suaminya.
Dulu sebelum ada kejadian sekarang, ia sering kali mengunjungi suaminya di kantor ketika ia selesai mengadakan pertemuan dengan Yasmin, tapi kini, mungkin Aurel tidak akan pernah lagi menginjakkan kakinya di kantor itu, ingatan tentang Erven yang menggendong Jihan membuat Aurel rasa jika mereka setiap hari selalu bersama. Jadi Aurel memilih untuk tidak pernah masuk lagi demi menjaga hatinya agar tidak merasakan rasa sakit lagi.
Yasmin mendongak menatap Aurel, ia hendak memberitahu beberapa kesalahan Aurel dalam tata letak bahasanya, tapi pandangannya malah mengarah ke arah belakang Aurel.
Yasmin menyipitkan matanya untuk memastikan jika dirinya memang tidak salah lihat.
Aurel menatap heran kelakuan aneh Yasmin, ia menoleh ke belakang untuk melihat apa yang sedang Yasmin lihat.
Saat itulah Aurel menyesal menoleh, karena kini ia tidak bisa mengalihkan pasangannya dari Erven dan Jihan yang sedang berpelukan dengan tempat duduk mereka yang berdekatan.
Seharusnya Aurel sudah terbiasa dengan pemandangan itu, tapi tetap saja hatinya tidak bisa berbohong jika ia masih merasa cemburu dengan Jihan.
Sebenarnya tidaka da yang salah dengan mereka berdua, hubungan mereka yang sudah sah tidak membatasi apapun yang ingin mereka lakukan di tempat umum, tapi tetap saja, Aurel merasa dikhianati oleh suaminya yang dulu berkata dengan manisnya jika ia satu-satunya wanita yang ia cintai sampai ajal menjemputnya.
"Rel, Bukannya itu suami kamu ya?" tanya Yasmin yang sadar jika Aurel juga menatap hal sedang ia tatap.
Aurel mengalihkan pandangannya dan kembali duduk menghadap Yasmin yang kini menatapnya.
Aurel mengangguk, "Iya, itu masih Erven,"
"Maaf ya, bukannya aku kepo sama hubungan kalian, tapi menurut aku sikap Erven itu udah gak bener, apalagi ia selingkuh di depan umum,"
"Mereka sudah nikah," beritahu Aurel membuat Yasmin melotot tidak percaya. Apa katanya? Sudah menikah? Tidak mungkin, ia mengenal Erven dengan baik, tidak mungkin Erven berpaling dari Aurel, ia yang dulu menjadi saksi bisu bagaimana kerasnya perjuangan Erven untuk mendapatkan hati Aurel, ia bahkan sampai berjuang selama dua tahun demi bisa menikahi Aurel, tapi kini setelah pernikahannya yang sudah tiga tahun, Erven berpaling dan mencintai wanita lain. Sungguh tidak dapat dipercaya.
"Kamu bercanda ya, Erven secinta itu mana mungkin ia menyelingkuhi kamu, Aurel?"
"Mereka sudah menikah dan mengundang semua karyawan di kantor, lalu mereka bercerai dan kini mereka sudah menikah lagi,"
"Jangan bercanda Aurel, aku tidak bisa mempercayaimu begitu saja, dulu aku yang menjadi penengah antara kalian, aku tahu bagaimana cintanya Erven kepadamu, tidak mungkin kan dia mencintai wanita itu," ujar Yasmin menolak percaya fakta jika Erven mencintai wanita lain.
"Kamu bisa melihat bagaimana sikap Erven memperlakukan Jihan jika kamu tidak percaya,"
Yasmin kembali mengalihkan pandangannya dari Aurel, lalu memperhatikan Erven dan Jihan yang memang benar apa yang Aurel ucapkan, dilihat dari sikap Erven kepada Jihan dan bagaimana lembutnya Erven memperlakukan Jihan, terlihat jelas jika Erven memang sudah mencintai wanita itu.
"Aku gak Terima loh, kamu diduain begini, dulu aku inget banget bagaimana sulitnya Erven mendapatkan kamu, lalu setelah dapat, ia malah mencari cintanya yang lain, apa aku perlu melabrak pasangan itu untukmu?" tanya Yasmin menggebuk, ia sangat marah mengetahui jika Erven menikah lagi dengan wanita lain, rasanya ia sangat menyesal telah membantu Erven untuk mendapatkan hati Aurel.
"Gak perlu, biarkan saja mereka, mungkin sekarang aku belum terbiasa, tapi nanti, mungkin aku akan semakin terbiasa dengan itu semua," lirih Aurel menundukkan kepalanya, hatinya kembali seperti diremas kuat, ingatan manis bersama Erven dulu kembali berputra di dalam kepalanya.
"Kamu gak mau cerai aja, aku gak Terima kamu dimadu begini?" tanya Yasmin khawatir.
Aurel menggeleng.
"Kenapa? Memangnya kamu kuat terus-terusan melihat mereka memadu kasih di depan kamu?" tanya Yasmin penasaran.
"Aku sedang hamil anak mas Erven,"
bye bye aja lah