NovelToon NovelToon
Keturunan Pendekar

Keturunan Pendekar

Status: sedang berlangsung
Genre:Ilmu Kanuragan / Anak Yatim Piatu / Dendam Kesumat / Balas Dendam
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: bang deni

perjalanan seorang remaja yang mencari ilmu kanuragan untuk membalaskan dendam karena kematian kedua orang tuanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengobati Anggun

Udara di kaki Gunung Kencana terasa setajam sembilu, menusuk pori-pori kulit siapa pun yang berani menantangnya. Namun, bagi Raka, rasa dingin itu sama sekali tidak terasa dibandingkan dengan panasnya api kekhawatiran yang membakar dadanya. Di punggungnya, ia menggendong Anggun, wanita yang telah menjadi penyelamatnya. Tubuh Anggun terasa dingin, napasnya pendek-pendek, dan jubah luar Raka yang menyelimuti tubuhnya kini mulai ternoda oleh darah yang merembes dari luka cakar beruang.

Raka melesat meninggalkan gubuk  di Desa Galian itu. kematian Suro Gento dan anak buahnya akan segera memicu kegemparan. Ia harus menjauh dari sana secepatnya dan  mencari tempat yang paling aman dan tersembunyi agar ia bisa mengobati Anggun tanpa gangguan dari para antek aliran hitam yang haus darah

Raka memacu langkahnya mendaki lereng Gunung Kencana. Gunung ini terkenal berbahaya karena jalur pendakiannya penuh dengan tebing curam dan hutan bambu yang tumbuh rapat, menciptakan labirin alami yang menyesatkan bagi mata yang tak terbiasa. Namun, bagi Raka yang kini memiliki kepekaan panca indra yang meningkat tajam setelah berlatih di bawah bimbingan  Dewa Obat, ia bisa merasakan aliran hawa murni yang berasal dari satu titik di ketinggian.

" Bertahanlah, Aku tidak akan membiarkanmu pergi," bisik Raka, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada wanita yang sedang pingsan itu.

Setelah hampir satu jam mendaki dengan teknik meringankan tubuh yang menguras tenaga, Raka tiba di sebuah tebing yang tertutup oleh tirai tanaman merambat dan bunga-bunga liar berwarna ungu. Di balik rimbunnya dedaunan itu, tersembunyi sebuah lubang gua yang cukup luas. Bau tanah basah dan aroma wangi bunga hutan menguar dari dalam, menandakan bahwa gua ini memiliki sirkulasi udara yang baik dan mungkin mata air di dalamnya.

Raka melangkah masuk. Gua itu ternyata jauh lebih indah dari dugaannya. Langit-langit gua dihiasi stalaktit yang meneteskan air jernih ke dalam sebuah kolam batu alami di tengah ruangan. Cahaya bulan masuk melalui celah kecil di langit-langit, memberikan penerangan yang cukup untuk melihat kondisi sekitar.

"Tempat ini cocok untuk merawatnya," gumam Raka. Ia dengan hati-hati meletakkan Anggun di atas hamparan lumut lembut yang tumbuh di dekat dinding gua yang kering.

Raka segera menyalakan api unggun kecil menggunakan ranting kering yang ia kumpulkan di sepanjang jalan. Cahaya api mulai menari-nari, mengusir kegelapan dan memberikan kehangatan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh Anggun yang menggigil.

Kini tiba saat yang paling sulit bagi Raka. Ia harus memeriksa luka-luka Anggun. Dengan tangan gemetar, ia membuka perlahan jubahnya yang menyelimuti Anggun. Ia memalingkan wajah sejenak, mencoba menjaga kehormatan wanita itu, namun ia tahu jika luka cakar beruang itu tidak segera dibersihkan, infeksi akan merenggut nyawanya lebih cepat daripada pedang musuh.

Robekan di baju hijau Anggun sangat parah. Empat jalur sayatan cakar beruang itu melintang dari bahu kiri hingga ke bagian atas dadanya. Darahnya sudah mulai mengering, merekatkan kain baju dengan daging yang terbuka. Selain itu, ada lebam biru kehitaman di ulu hatinya akibat pukulan Tapak Serigala Hitam milik Suro Gento.

"Maafkan aku, Anggun. Aku melakukannya demi menyelamatkanmu," ucap Raka dengan suara serak.

Ia mengambil air dari kolam batu menggunakan daun talas besar yang ia bentuk menjadi wadah. Dengan sangat lembut, ia mulai membasuh luka-luka itu. Setiap kali air menyentuh lukanya, tubuh Anggun bergetar kecil, bibirnya yang pucat mengeluarkan rintihan yang menyayat hati Raka.

Ia meletakkan telapak tangannya beberapa sentimeter di atas luka Anggun, tidak menyentuh langsung, melainkan menyalurkan hawa hangat dari tenaga dalamnya.

Hawa hangat itu perlahan-lahan melunakkan darah kering dan menarik keluar racun-racun sisa dari kuku beruang serta hawa hitam dari pukulan Suro Gento. Raka berkeringat dingin, menyalurkan tenaga dalam secara terus-menerus bukanlah hal yang mudah, apalagi ia baru saja bertarung hebat. Namun, ia tidak peduli. Seluruh fokusnya hanya untuk wanita di depannya ini.

Setelah luka dibersihkan, Raka segera keluar gua sejenak untuk mencari tanaman obat. Keberuntungannya belum habis; di sekitar gua itu tumbuh banyak Daun Seribu Darah dan Bunga Pereda Perih. Ia menumbuk tanaman itu menggunakan batu rata hingga menjadi pasta hijau yang harum.

Dengan ketelitian seorang tabib, ia mengoleskan ramuan itu ke luka-luka Anggun. Ia merobek bagian bawah bajunya sendiri untuk dijadikan perban, membebat bahu dan dada Anggun dengan sangat hati-hati agar tidak terlalu menekan namun tetap mampu menghentikan pendarahan.

Malam semakin larut. Raka duduk di samping api unggun, menjaga agar api tetap menyala sementara ia terus memantau kondisi Anggun. Suasana gua begitu hening, hanya terdengar suara tetesan air dari stalaktit dan deru napas Anggun yang mulai stabil.

Dalam keheningan itu, Raka menatap wajah Anggun. Tanpa cadar dan dalam kondisi rapuh seperti ini, Anggun tampak berbeda,  Ada guratan kelelahan di wajahnya, seolah ia telah memikul beban dunia di pundaknya yang mungil itu.

"Kenapa kau begitu keras pada dirimu sendiri, Anggun?" tanya Raka pada keheningan. "Kau datang ke Desa Galian sendirian, mempertaruhkan nyawa untuk orang-orang yang bahkan tidak kau kenal." gumam Raka, awalnya Raka mengira Anggun akan membawa beberapa teman untuk menyelesaikan tugas dari Gurunya Dewa Obat, ia tak menyangka jika Anggun akan pergi seorang diri mendatangi Desa Galian yang sudah jelas sangat berbahaya terutama bagi seorang wanita seperti dirinya

Raka menyadari betapa jauh perbedaan antara dirinya dan Anggun. Ia digerakkan oleh dendam, oleh keinginan untuk menghancurkan Hantu Berkabut. Sementara Anggun digerakkan oleh kasih dan misi suci untuk membantu sesama. Di saat itulah, benih kekaguman di hati Raka mulai tumbuh menjadi sesuatu yang lebih dalam.

Tiba-tiba, tangan Anggun bergerak. Jemarinya mencengkeram jubah Raka yang masih menyelimutinya.

"Jangan... jangan pergi..." igau Anggun dalam tidurnya. Wajahnya tampak gelisah, mungkin ia sedang bermimpi tentang pertempuran yang baru saja dialaminya atau tentang masa lalu yang kelam.

Raka meraih tangan Anggun, menggenggamnya erat untuk memberikan kekuatan. "Aku di sini, Anggun. Aku tidak akan pergi ke mana pun. Tidak akan ada yang menyakitimu lagi." ucap Raka menghibur

Seolah mendengar suara Raka, kegelisahan di wajah Anggun perlahan sirna. Ia kembali tertidur pulas, namun genggaman tangannya pada tangan Raka tidak terlepas.

Saat cahaya fajar mulai menyelinap masuk ke dalam gua, membiaskan warna keemasan pada dinding-dinding kristal, Anggun perlahan-lahan membuka matanya. Rasa sakit pertama yang ia rasakan adalah denyutan di bahunya, diikuti oleh rasa hangat yang merambat dari tangannya.

Ia mengerjap-ngerjapkan mata, mencoba mengenali tempat ia berada. Ia melihat langit-langit gua, mendengar suara air terjun kecil, dan merasakan aroma ramuan herbal yang kuat. Saat ia menoleh ke samping, ia melihat pemuda yang menolongnya tertidur dalam posisi duduk, kepalanya tertunduk, namun tangannya masih menggenggam erat tangan Anggun.

Anggun tertegun. Ingatannya mulai kembali beruang hitam, cakar yang merobek bajunya, penghinaan dari Suro Gento, dan bayangan seorang pemuda yang mengamuk seperti singa sebelum semuanya menjadi gelap.

" kamu siapa?" tanya Anggun, suaranya sangat lirih, hampir seperti bisikan angin.

Raka tersentak bangun. Matanya yang merah karena kurang tidur langsung berbinar saat melihat Anggun sudah sadar.

"Anggun! Kau sudah bangun? Aku Raka orang yang perbah kamu tolong saat terkena racun dulu, Bagaimana perasaanmu? Apakah lukamu masih sangat sakit?" Raka memberondongnya dengan pertanyaan penuh kecemasan.

Anggun mencoba tersenyum, meski wajahnya masih sangat pucat. "Aku... aku merasa jauh lebih baik. Terima kasih, Raka. Kau telah menyelamatkanku " ucapnya Tulus

Ia mencoba untuk duduk, namun rasa nyeri langsung menusuk dadanya. Raka dengan sigap menahan bahunya. "Jangan bergerak dulu. Lukamu sangat dalam, dan kau kehilangan banyak darah. Aku sudah mengoleskan obat, tapi butuh waktu beberapa hari agar lukanya benar-benar menutup."

Anggun menunduk dan melihat jubah Raka yang menutupi tubuhnya. Ia menyadari bahwa bajunya yang sobek telah dibebat rapi. Semburat merah muncul di pipinya yang pucat saat ia membayangkan bagaimana Raka mengobatinya.

"Raka... apakah kau yang... yang mengobati luka di dadaku?" tanya Anggun malu-malu.

Raka terdiam sejenak, wajahnya ikut memerah. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Maafkan ketidaksopananku, Anggun. Tapi tidak ada orang lain di sana. Jika aku tidak melakukannya, kau mungkin... kau mungkin tidak akan bangun lagi hari ini. Aku bersumpah aku tidak memiliki niat buruk. Aku hanya ingin menyelamatkan nyawamu."

Anggun menatap mata Raka yang jujur dan tulus. Ia mendesah pelan, rasa lega menyelimutinya. "Aku tahu. Aku memercayaimu, Raka. Terima kasih telah menjaga kehormatanku dan nyawaku."

Beberapa hari berikutnya dihabiskan dalam ketenangan gua tersebut. Raka merawat Anggun dengan penuh ketelatenan. Ia berburu buah-buahan hutan dan menangkap ikan di aliran sungai bawah tanah untuk memberi makan Anggun. Ia juga secara rutin mengganti perban dan ramuan obat pada luka Anggun.

Dalam masa penyembuhan itu, mereka banyak berbicara. Anggun bercerita tentang misinya dari Dewa Obat untuk membantu penduduk Desa Galian yang tertindas oleh perebutan tambang emas. Sementara Raka bercerita tentang perkembangan kemampuannya dan betapa ia merasa bersalah karena terlambat datang saat Anggun diserang beruang.

"Jangan menyalahkan dirimu, Raka," ucap Anggun suatu sore saat mereka duduk di mulut gua melihat matahari terbenam. "Jika bukan karena kau, aku mungkin sudah menjadi budak atau lebih buruk lagi di tangan Geng Serigala Hitam. Takdir mempertemukan kita kembali di kaki gunung ini untuk sebuah alasan."

Raka menatap profil wajah Anggun dari samping. "Lalu, apa yang akan kita lakukan sekarang? Kau masih terlalu lemah untuk bertarung, sedangkan Desa Galian masih dikuasai oleh kelompok-kelompok pendekar jahat lainnya."

Anggun terdiam sejenak, matanya menatap tajam ke arah lembah di bawah mereka. "Tugas dari Dewa Obat belum selesai. Kita tidak bisa membiarkan penduduk desa menderita. Setelah lukaku sedikit mendingan, kita akan kembali ke sana. Tapi kali ini, kita akan bergerak bersama."

Raka mengangguk mantap. "Ke mana pun kau pergi, aku akan menjadi pedangmu, Anggun. Kita akan membebaskan penderitaan penduduk desa itu" ucap Raka bersemangat, semenjak kematian kedua orang tuanya di tangan Hantu Berkabut ia tak pernah berdamai dengan pendekar yang memanfaatkan rakyat jelata, baik golongan putih maupun golongan hitam pasti akan di lawannya

Di bawah langit Gunung Kencana yang mulai bertabur bintang, dua jiwa yang terluka itu saling menguatkan. Pertemuan di gua itu bukan sekadar proses pengembuhan fisik, melainkan penyatuan tekad dua pendekar muda yang siap mengguncang dunia persilatan demi keadilan dan dendam yang harus dituntaskan.

1
Dewi kunti
nahan nafas ak
Hendra Yana
lanjut
Dewi kunti
cpt sehat ya kaaaaakkk,dinanti karyanya
Dewi kunti
kok blm update LG dr kmrn,nungguin ini🤭
Dewi kunti: ok smg cpt sembuh
total 2 replies
Batsa Pamungkas Surya
👍 ini mantap.. lebih kayak nyata dari pada musuh siluman2
Dewi kunti
apakah anggun jodohnya
DANA SUPRIYA
keren ini hantu berkabut menghabisi orang hanya pakai lidi
DANA SUPRIYA
seperti kakek ini sakti ya
Dewi kunti
penyembuhan mungkin
Dewi kunti
pernah,...
Batsa Pamungkas Surya
mantap laah
Hendra Yana
up lagi
Dewi kunti
yaaaaa hbs,,klo LG seru gini kok ky cm sebentar bacanya,berasa kurang
Hendra Yana
Terima kasih
Dewi kunti
perjallaannya kecepetan ngetiknya jd typo lg
Blue Angel: iya kak, bantu koreksi kak biar nanti di revisi🙏🙏🙏
total 1 replies
Dewi kunti
banhgkit typo kakak
Hendra Yana
lanjut gas
Hendra Yana
lanjut
MyOne
Ⓜ️👣👣👣Ⓜ️
Dewi kunti
sengaja gak sih diluar godaan
Blue Angel: HP nya sering typo kak🙏🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!