NovelToon NovelToon
Menyembunyikan Anakku Dari Mantan Suamiku

Menyembunyikan Anakku Dari Mantan Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Cerai / Janda / Duda / Cintapertama
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ara Nandini

Alina harus menerima kenyataan kalau dirinya kini sudah bercerai dengan suaminya di usia yang masih sama-sama muda, Revan. Selama menikah pria itu tidak pernah bersikap hangat ataupun mencintai Alina, karena di hatinya hanya ada Devi, sang kekasih.

Revan sangat muak dengan perjodohan yang dijalaninya sampai akhirnya memutuskan untuk menceraikan Alina.

Ternyata tak lama setelah bercerai. Alina hamil, saat dia dan ibunya ingin memberitahu Revan, Alina melihat pemandangan yang menyakitkan yang akhirnya memutuskan dia untuk pergi sejauh-jauhnya dari hidup pria itu.

Dan mereka akan bertemu nanti di perusahaan tempat Alina bekerja yang ternyata adalah direktur barunya itu mantan suaminya.

Alina bertemu dengan mantan suaminya dengan mereka yang sudah menjalin hubungan dengan pasangan mereka.

Tapi apakah Alina akan kembali dengan Revan demi putra tercinta? atau mereka tetap akan berpisah sampai akhir cerita?

Ikuti Kisahnya!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ara Nandini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Bertemu mantan mertua?

Alina sudah siap dengan pakaian kerjanya. Namun, hari ini ia memutuskan untuk masuk kerja sedikit terlambat karena harus mengantar Aeris ke taman kanak-kanak baru.

Tadi malam, ia sudah mencari informasi dan akhirnya menemukan TK yang cukup bagus meski letaknya agak jauh dari tempatnya bekerja—dan juga agak mahal. Tapi tak apa. Yang penting, Aeris bisa bersekolah di tempat yang kecil kemungkinannya untuk bertemu dengan Revan.

“Mama... Aeris ganteng nggak?” tanya Aeris sambil mengusapkan bedak tipis ke wajahnya dengan gaya lucu.

“Banget! Putra Mama yang paling ganteng,” sahut Alina.

“Ma... apa Aeris mirip sama suami Mama?”

Pertanyaan itu membuat Alina terdiam, bibirnya seketika terasa kelu.

Aeris menghela napas panjang, lalu menggerutu, “Gitu aja susah banget jawabnya...”

“Nggak tahu, ah. Ayo cepet, nanti Mama telat,” kata Alina buru-buru.

Ia mengambilkan tas sekolah Aeris, tapi alisnya langsung berkerut saat mengangkatnya.

“Kenapa berat banget gini?” katanya curiga.

Refleks, Aeris merebut tas itu. “Bukan apa-apa, Ma... Cuman Aeris bawa banyak buku aja,” jawabnya cepat.

Alina memicingkan mata, tatapannya tajam. Ia tidak tinggal diam dan segera menarik kembali tas itu dari tangan Aeris.

Begitu ia membuka tas tersebut, matanya langsung membelalak. Beberapa batu tampak memenuhi tas.

“Apa-apaan ini, Aeris!? Buat apa kamu bawa batu ke sekolah!?”

Aeris diam.

“Jawab, Aeris!”

“Mama pernah dengar kata-kata ini: Kalau kau dihina, jangan ambil hati. Tapi usahakan ambil batu.”

Aeris berkata sambil bersedekap.

“Itu yang Aeris lakuin ke orang-orang yang menghina Aeris. Biar mereka kapok, udah berani-beraninya ngatain Aeris. Jadi... Aeris nggak salah. Siapapun yang mulai duluan, Aeris nggak akan tinggal diam!”

Alina langsung gregetan. Ia berlutut, menyejajarkan tubuhnya dengan Aeris.

“Sayang... dengarkan Mama,” ucapnya serius.

“Mama nggak melarang kamu marah atau balas kalau kamu dijahat-in. Tapi bukan dengan lempar batu, sayang. Itu berbahaya. Gimana kalau orang yang kamu lempari batu terluka, terus kamu dilaporin? Kamu bisa masuk penjara, lho. Kamu mau kayak gitu?”

Aeris menggeleng cepat.

“Tapi mereka duluan yang mulai, Ma. Kenapa harus bilang anak haram sih? Aeris tahu itu artinya nggak baik...”

Alina memandang putranya dengan tatapan sendu. Ia mengusap wajah Aeris pelan.

“Kamu bukan anak haram, Sayang. Kamu punya Papa....”

"Mana Papanya?"

"Mmm..." Alina tampak berpikir kemudian menggeleng.

“Yuk, jangan cemberut lagi. Hari ini hari pertama sekolah. Aeris harus senang.”

Aeris mengangguk, meski masih terlihat murung. Alina membuang satu per satu batu dari dalam tas ke tanah.

“Tuh, sekarang tas kamu ringan, kan? Nggak kayak tadi, berat banget, padahal punggung kamu kecil,” kata Alina sambil memakaikan tas ke punggung Aeris.

Sebuah taksi sudah menunggu di depan rumah mereka. Seperti biasanya, Alina harus bolak-balik naik taksi karena mereka tidak punya kendaraan pribadi. Sebenarnya dulu uangnya cukup, tapi sebagian besar sudah ia pakai untuk membeli rumah.

“Semoga saja orang-orang di sana baik-baik,” gumam Alina.

“Tapi... Aeris juga sedih, harus pisah sama Tya.”

“Tya itu baik, suka bagi makanan ke Aeris. Tapi si teh Rio itu... cemburuan, kayaknya dia pengen cuma dia yang diperhatiin.”

Alina tak kuasa menahan tawa kecil. “Ya ampun, anak Mama udah kayak remaja aja cara ngomongnya.”

Setibanya di TK Deswita, Alina turun dari taksi bersama Aeris. Matanya menyapu halaman depan sekolah itu.

“Wah... Ma, bagus banget! Pinter banget Mama milih. Tamannya cantik banget,” seru Aeris dengan mata berbinar-binar.

Alina tersenyum dan menggandeng tangan putranya memasuki gerbang. Anak-anak kecil sudah mulai berdatangan, ada yang berlarian, ada pula yang menempel terus pada orang tuanya.

“Mama, Aeris senang banget!” seru bocah itu.

“Yuk, kita ke kantor kepala sekolah dulu,” kata Alina.

Aeris masih menoleh ke sana kemari, mengagumi lingkungan barunya. Sesampainya di depan ruang kepala sekolah, Alina mengetuk pintu yang sedikit terbuka.

“Assalamualaikum...”

Seorang wanita berhijab panjang keluar, tersenyum ramah.

“Dengan Ibu Alina?” tanyanya sopan.

“Ya, saya sendiri,” Alina menjawab sambil tersenyum sopan.

“Mari masuk. Ayo sini, Nak Aeris,” kata wanita berhijab panjang itu dengan ramah, lalu mempersilakan mereka masuk ke dalam ruangan.

Alina duduk di sofa empuk dalam ruangan kantor yang tampak mewah dan rapi. Sementara Aeris duduk di sampingnya, diam.

“Perkenalkan, saya Aisha, wakil kepala sekolah di sini. Bu Rani selaku kepala sekolah sedang ada perjalanan dinas ke luar kota, jadi saya yang akan membantu proses administrasinya hari ini,” jelas wanita itu.

“Oh begitu, baik Bu Aisha.”

“Jadi... Aeris rencananya akan dimasukkan ke kelas TK B?”

Alina mengangguk. “Iya, beberapa bulan lagi lulus, kan Bu? Apa tidak apa-apa kalau Aeris tidak mengikuti dari awal?”

“Tidak apa-apa, Bu. Selama Aeris mampu mengikuti kegiatan belajar dan tidak kesulitan dalam sosialisasi, maka tidak masalah,” jelas Aisha ramah.

Sementara mereka berbincang di dalam, sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Dari dalamnya, turun sepasang suami istri, menggandeng putri kecil mereka yang cantik.

“Belajar yang rajin ya, sebentar lagi kamu naik ke TK B,” kata Jesika.

“Oke Papa... nanti pas Rania ulang tahun, kadonya harus banyak, karena Rania ulang tahunnya pas naik kelas ke TK B!” sahut Rania, membuat Felix tersenyum geli lalu mengecup pipi anaknya dengan sayang.

“Iya sayang,” sahut Felix.

Rania pun diantar oleh Jesika menuju ruang kelasnya, sementara Felix memilih menunggu di depan mobil. Ia berdiri sambil memperhatikan anak-anak yang berlarian di halaman sekolah.

“Baiklah, terima kasih sudah mempercayakan pendidikan Aeris kepada kami, Bu Alina,” ujar Aisha sambil berdiri.

Alina ikut berdiri. “Ayo, Sayang. Ikut Ibu Guru, ya,” ajak Aisha lembut pada Aeris.

“Mama ikut juga?”

“Mama ngantar sampai sini saja ya, Sayang. Mama sudah telat,” jawab Alina sambil mengusap rambut anaknya pelan.

Aeris mengangguk kecil. Alina membungkuk dan mencium kening putranya.

“Ingat pesan Mama tadi, ya,” bisiknya lembut.

Aeris tersenyum dan mengacungkan jempolnya.

Lalu mereka bertiga berjalan keluar dari ruangan. Aisha menggandeng tangan Aeris menuju kelas, sementara Alina melambai-lambaikan tangan ke arah putranya.

Setelah itu, barulah Alina bergegas keluar dari gerbang sekolah. Ia berjalan cepat karena sadar benar bahwa dirinya sudah sangat terlambat. Tanpa sadar, ia melewati Felix yang berdiri tidak jauh dari situ.

Felix tersentak saat melihat sekilas sosok wanita yang melintas cepat di depannya. Ia refleks menoleh ke belakang. “Kayak... Alina?” gumamnya pelan.

Ia memperhatikan punggung wanita itu dengan seksama. Tapi wanita itu sudah lebih dulu masuk ke dalam taksi yang menunggunya, dan mobil pun melaju pergi.

“Apa itu benar-benar Alina?” pikir Felix. Ia mengusap dagunya perlahan, tampak berpikir dalam. “Bisa jadi... bisa iya. Tapi mungkin juga cuma perasaanku saja,” ujarnya.

Beberapa saat kemudian, Jesika keluar dari kelas putrinya dan secara tidak sengaja berpapasan dengan Aisha yang masih menggandeng Aeris. Ia melempar senyum sopan, namun tidak memperhatikan bocah kecil yang berjalan di samping Aisha.

Namun Aeris justru mengenalinya. Dalam hatinya ia bergumam.

“Itu kan ibu-ibu yang di pesta itu... ngapain dia di sini?”

Wajah bocah itu tampak berpikir keras.

“Dia juga kenal sama nenek aku... dan dia kayaknya penasaran banget aku anak siapa...” gumamnya lagi.

“Ah, bodo amatlah. Pagi-pagi sudah bikin kepala pusing aja.”

1
rian Away
REVAN HARUS MATI .. REVAN HARUS DIBUNUH
rian Away
aeris anak haram 🤭
Sunaryati
Ada waktunya kamu bahagia Alina, dan gantian Revan yang hancur
shenina
huhhh sempat2 nya fitri bisa punya ide seperti itu untuk anak nya.. udah keliatan kalau matre, ya jelas lah siapa yg g mau bisa dapatkan menantu kaya raya
shenina
hihh najis 🤮🤮🤮 g rela kalian bahagia.. g sudi sampai al balikan dgn revan..
shenina
sabar alina.. kamu wanita mahal.. ikhlaskan ajaa
shenina
berjuang demi mendapatkan restu sampai titik darah penghabisan
shenina
anj kau revan..😏 dua manusia yg g punya hati
shenina
gak rela alina balikan dgn revan
shenina
hadeuh drama si devi
shenina
emang gak ada nama di dalam kartu undangan birthday ya..ibu kamelia dan mama ny revan k mantan besan.. masa g kenal lagi
shenina
alina yg malang 🤧
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
shenina
kasihan Aries 🥺
shenina
udah bagus mereka g usah ketemu lagi 😮‍💨
Sunaryati
Baik Alina atau kamu yang jadi istri Revan tidak akan bahagia, karena mama Revan suka sama Alina tapi Revan yang tidak suka, sedangkan Devi tidak disukai dan tak dapat restu mamanya Revan itu sangat baik karena restu ibu yang baik sama dengan ridza Tuhan. Jika kalian tetap nikah tanpa restu tidak akan bahagia. Kamu pede banget mau merawat anak Alina dan Revan, memangnya Alina mengizinkan dan Aries mau?
Sunaryati
Thoor buat Aries jangan seperti itu kasihan Alina, jadikan Aries anak yang sayang mamanya, nurut dan santun, jangan suka mengacak barang dan mik up Alina. Jangan kata- kata Aries yang seperti orang dewasa saja. Jika Aries seperti penilaian Mantan mertua dan suami laknatnya Alina tidak bisa mendidik anak.
Sunaryati
Tidak akan dapat restu jika ternyata Aries anak Revan , di bab lalu emak menyarankan di restui namun tanpa anak. Tapi karena sejak Devi sudah jika mereka pasangan suami istri dan tetap menyambut cinta Revan, emak cabut dukungannya, Revan tak menikahi Devi, dan Alina juga tidak mau kembali pada Revan.
rian Away: ngetik apaan
total 1 replies
Sunaryati
Semangat Alina, penghinaan yang dilakukan Revan sejak pasti ada balasan, ikhlas saja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!