Rumah tangga yang hancur ibarat ranting yang patah.Takan bisa disambung kembali.
Begitupun hati seorang istri yang telah dipatahkan bahkan dihancurkan takan mudah untuk sembuh kembali.
Seorang istri dan seorang ibu akan tetap kokoh saat diuji dengan masalah ekonomi namun hatinya akan remuk dan hancur saat hati suaminya tak lagi untuknya..
apa yang tersisa?
rasa sakit, kekecewaan dan juga penyesalan.
Seperti halnya yang dialami oleh Arini dalam kisah yang berjudul " Ranting Patah "
Seperti apa kisahnya?
Akankan Arini bertahan dalam pernikahannya?
Baca selengkapnya!!!
Note: Dukung kisah ini dengan cara baca stiap bab dengan baik,like,komen, subscribe dan vote akan menjadi dukungan terbaik buat author.
Dilarang boom like ❌
lompat bab ❌
komentar kasar atau tidak sopan ❌
Terimakasih, sekecil apapun dukungan dari kalian sangat berati untuk author 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
" Terimakasih dok atas penjelasannya,kalau begitu saya permisi." ucap indah setelah mendengarkan penjelasan dan arahan dari dokter.
" Sama-sama Bu." Jawab dokter.
Indah keluar dengan perasaan yang masih tidak karuan.
" Bagaimana sayang kenapa lama sekali?" tanya laki-laki yang tengah duduk didepan ruang periksa menunggu indah dengan setia.
" I-iya sayang,maaf jika menunggu lama." jawab indah kikuk.
" Apa yang kamu tanyakan, sepertinya itu sangat serius?"
" Begini mas,em aku," " Aduh apa yang harus aku katakan, aku tidak mungkin kan bilang kalau aku bingung dengan setatus anak yang aku kandung." monolog indah dalam hati.
" Sayang kenapa bengong?"
" Sini sayang aku bisikin." indah mendektkan dirinya pada wajah mantan suaminya.
Bah kerbau dicucuk hidungnya,mantan suami Indah lantas mendekat.Mereka tak merasa canggung sama sekali kendati banyak orang berlalu lalang didepan mereka.
" Aku tadi tanya sama dokter, diusia kehamilan yang masih muda ini kita masih bisa berhubungan atau tidak." dusta indah.
" Ish sayang,kamu tau aja kalau sancaku ini tidak bisa tahan jika harus berpuasa terlalu lama, bisa-bisa bisa sancaku mengental dan menjadi kristal didalam sini." kekeh mantan suami Indah sembari menunjuk sesuatu disela-sela selangkangannya.
" Iya dong mas, meskipun aku pernah hamil dulu namun sekarang kan usia kita sudah berbeda,lebih tua jadi takut beresiko saja." ucapnya begitu lancar mengarang cerita.
Dalam hatinya indah merasa gundah apa lagi sedari tadi ponselnya terus bergetar.
Dibelahan bumi yang lain Arin tengah duduk disudut kamar didalam paviliun.
Tok
Tok
" Boleh saya masuk!"
Terdengar suara lirih yang tak asing lagi buat Arin.
" Ibu,maaf saya tidak melihat kedatangan ibu.Masuk saja Bu tidak perlu izin, lagipula ini rumah ibu." Jawab Arin ,wajahnya tersenyum ramah.
Senyum itu disambut hangat oleh Sri.
" Walaupun ini rumah saya tapi tetap saja sekarang kamu sedang menempatinya,tidak etis rasanya jika saya masuk kesini tanpa izin kamu.Apa lagi ini kamar, tempat privasi seseorang.Arin ada banyak hal yang ingin saya katakan sama kamu." Sri menjeda ucapannya dan menatap Arin sejen lalu berjalan melalui Arin,menatap keluar jendela merasakan hembusan angin yang sejuk karena diluar sana ada danau buatan yang tak jauh dari paviliun.
Aroma bunga-bunga tercium sangat harum karna disebelah kamar Arin tak jauh dari sana ada taman kecil yang penuh dengan bunga-bunga bermekaran.
Arin duduk diam dan menunggu apa yang akan disampaikan oleh Sri.
Seseorang menatap dari sudut ruangan lain,bukan untuk mencuri dengar pembicaraan antara ibunya dan wanita yang ia cintai, namun untuk memastikan kembali jika apa yang ia lihat bukanlah mimpi.
" Maaf Bu,aku hanya ingin tau apa alasan ini menerima Arin dan anak-anaknya.Aku tau betul ibu dulu begitu membencinya ibu melarangku mendekati mu hingga menjodohkan aku dengan Fitri." Gumam Hans yang hanya ia sendiri yang mendengarnya.
Sementara Arin masih menunggu Sri yang sepertinya masih menikmati hembusan angin segar di jendela kamarnya.
Anak-anak Arin tengah tidur terlelap dikamar mereka masing-masing.
" Rin,kamu tau betapa aku tidak suka dengan kamu dari dulu hingga sekarang.Bahkan aku memisahkan kamu dan Hans saat kalian masih menjalin hubungan dan apa kamu tau aku yang merencanakan perjodohan Hans dan Fitri? Kamu tau karna apa? karna aku tidak suka kamu,kamu orang miskin,kamu berbeda kasta denganku dan Hans."
Deg
Jantung Arin seakan berhenti berdetak saat mendengar apa yang sri katakan,kata demi kata Arin cermati.
" Ya Tuhan inikah yang terjadi dulu?" Batin Arin mulai mengingat semua masalalunya dengan Hans.
Saat itu Arin sadar bahwa hubungannya dengan Hans dulu bukan hancur tapi dihancurkan.
Ingin rasanya Arin bertanya pada Sri namun ia menahan untuk tetap diam.
" Rencana itu berjalan dengan lancar,namun Fitri meninggal setelah pernikahan berjalan beberapa tahun dan yang lebih membuatku sedih mereka belum memiliki keturunan.Kamu tau Arin apa yang aku rasakan dan aku fikirkan?"
Arin hanya menggeleng dengan wajah masih tertunduk.
" Mungkin Tuhan menghukumku Hans begitu mencintaimu namun aku memaksanya meninggalkan kamu dan menikah dengan Fitri.Perjodohan yang aku anggap baik-baik saja nyatanya hanya hubungan semu yang tertutup oleh kebungkaman Fitri.Fitri pergi setelah mengalami sakit parah dan kamu tau Arin,selama pernikahan itu Hans masih menyimpan rasa cinta yang begitu dalam untuk kamu hingga detik ini."
" Bu!" Arin mendongak menatap punggung Sri yang masih setia menatap burung-burung yang berterbangan dilangit atas danau.
" Iya Arin dia masih Hans yang dulu yang mencintai mu!" Sri menekankan kata itu namun kini sri menatap wajah Arin,menatap begitu lama bola mata Arin yang mulai berkaca-kaca.
" Aku bukan tidak mengerti namun aku menolak untuk mengerti selama ini.Entah apa yang Tuhan rencanakan kini Dia menghadirkan kamu lagi dalam hidupnya,kamu datang membawa luka dari suami kamu namun satu hal yang perlu kamu tau Arin.Aku menerima kamu dirumh ini bukan karna Hans atau karna kamu.Melainkan karna anak-anak kamu.Aku jatuh cinta pada mereka begitu aku mendengar suaranya.Aku sudah tua dan aku ingin hari-hariku dihiasi dengan tawa anak-anak meskipun itu bukan dari Hans darah dagingku." ucap Sri dengan tatapan mata kosong.
entah apa yang membuat hatinya terlihat rapuh saat mengatakan hal itu.
Tak jauh dari sana Hans juga meneteskan air mata mendengar apa yang Sri ucapakan.
Kesedihan juga tengah Arjun rasakan, semenjak kepergian Arin, Arjun sama sekali belum memejamkan matanya, ia juga sama sekali tak mengisi perutnya.Indah pulang kerumahnya dengan alasan ingin mengambil Sesuatu yang tertinggal.
" Tega kamu Rin, bisa-bisanya kamu pergi tanpa memikirkan aku dan ibu.Apa tidak bisa kamu berdamai dengan indah dan menerima dia sebagai madu kamu.Apa susahnya si hidup berdampingan." Keluh Arjun.
" Susah! Sangat susah mas! Apa kamu menyesal menikah denganku,kamu masih meratapi wanita itu dan anak-anaknya kalau begitu pergi mas pergi cari dan kembali hidup bersama dia,tapi jangan harap aku akan ada lagi didepan kamu dan anak ini biar aku gugurkan saja!" sentak indah yang entah sejak kapan sudah berdiri dibelakang Arjun.
" Loh sayang kamu sudah pulang sejak kapan?"
" Sejak tadi! Cukup lama untuk mendengarkan keluh kesah kamu,apa kamu begitu mencintai wanita itu,kamu ingin tetap bersamanya?" todong indah.
Cukup
" Sudah jangan marah, bagaimana hasil pemeriksaan anak kita hum? Maaf aku tidak bisa menemani kamu,oh ya apa yang tertinggal sudah kamu ambil? Sayang,sudah jangan marah."
Cup cup cup
Arjun menghujami indah dengan ciuman diwajahnya, ciuman yang kini sudah mendarat dan berhenti dibibir indah.
Cup
Bibir yang awalnya hanya saling bersentuhan kini sudah saling mencecap,mengulum dan melumat.Keduanya saling menikmati bahkan suara decapannya sudah menggema diruangan tersebut.
Aaahhhhh
Desahan indah lolos saat bibir Arjun mendarat dileher jenjang indah.
" Maaaasss,eeemmmhhhh."
Bersambung....