Setelah orang tuanya bunuh diri akibat penipuan kejam Agate, pemimpin mafia, hidup siswi SMA dan atlet kendo, Akari Otsuki, hancur. Merasa keadilan tak mungkin, Akari bersumpah membalas dendam. Ia mengambil Katana ayahnya dan meninggalkan shinai-nya. Akari mulai memburu setiap mafia dan yakuza di kota, mengupas jaringan kejahatan selapis demi selapis, demi menemukan Agate. Dendam ini adalah bunga Higanbana yang mematikan, menariknya menjauh dari dirinya yang dulu dan menuju kehancuran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IΠD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Our Time
Beberapa hari berlalu dengan fokus pada pelatihan intensif Akari. Akari menjalankan hidupnya dengan tenang, tetapi setiap sesi dengan Indra adalah persiapan mental dan fisik untuk konfrontasi yang akan datang. Indra menjadi mentornya sesekali, selalu memastikan Akari siap.
Di tengah sesi latihan kendo sore itu, Akari iseng bertanya kenapa Indra selalu mampir ke rumahnya, padahal Araya sibuk di kantor.
"Indra-san," tanya Akari, meletakkan pedang kayunya. "Kenapa kau selalu ada di sini? Apa kau tidak punya rumah?"
Indra menggaruk kepalanya canggung. Ia tidak pandai menjawab pertanyaan pribadi. Ia menjawab jika ini permintaan Araya.
"Araya memintaku untuk memastikan kau aman, dan kau siap untuk misi ini. Aku hanya melakukan pekerjaan," jawab Indra singkat.
Namun, Akari menyimpulkan jika bukan Araya, apa Indra tidak ingin mampir?
"Jadi, kalau bukan karena Araya-san yang menyuruh, kau tidak akan pernah datang ke sini?" tanya Akari polos.
Indra seketika terpojok. Indra seketika mengalihkan pandangan, melihat ke langit-langit, terlihat bingung bagaimana menjawabnya. Jawaban 'ya' akan terdengar dingin, dan jawaban 'tidak' akan membahayakan penyamarannya.
"Itu... itu bukan intinya, Akari. Intinya kau harus fokus pada latihanmu," elak Indra.
Indra mencoba mengalihkan pembicaraan dengan menyerang balik.
"Ngomong-ngomong, kau sudah berani memanggil nama depanku bukan nama belakangku lagi," kata Indra, menyipitkan mata. "Sejak kapan kau menjadi begitu akrab, Akari?"
Akari menjawabnya dengan polos dan cepat, menunjukkan ketulusannya.
"Aku pikir itu lebih mudah untuk dipanggil. Maaf. Jika itu mengganggu, aku minta maaf dan akan memanggil nama belakangmu saja... Goto-san."
Ekspresi Akari yang begitu polos membuat Indra merasa bersalah karena menggodanya.
Melihat wajah Akari yang langsung murung dan siap beralih memanggilnya dengan nama belakang, Indra merasa harus segera memperbaiki situasi.
Indra langsung menenangkan Akari dengan cepat.
"Tidak! Hei, tidak usah minta maaf," kata Indra, sedikit panik. "Panggil saja aku sebebasnya. Indra, Goto-san, terserah kau. Aku hanya... bercanda."
Indra membayangkan jika Araya di sini, betapa ia pasti akan dimarahi lagi karena membuat Akari kecewa dan murung. Araya akan menuduhnya tidak sensitif. Indra sadar ia tidak ingin melihat Akari sedih, meskipun ia mencoba menyembunyikan alasannya.
Indra menghela napas perlahan, menyingkirkan kecanggungan itu. Lalu tersenyum—senyum langka yang hanya ia tunjukkan pada orang yang ia sayangi—sambil mengelus kepala Akari.
"Jangan khawatirkan aku," kata Indra lembut. "Fokuslah. Kita akan segera menyelesaikan ini, Akari."
Akari tersenyum, kembali ceria, merasa diterima oleh mentornya.
Beberapa jam kemudian, malam telah tiba. Indra, yang menyamar sebagai sopir taksi di Guardian Taxi, bersiap untuk pergi mengumpulkan informasi malam.
Saat di ruang tamu, Indra bersiap untuk berangkat kerja ke Guardian Taxi. Ia mengenakan jaketnya dan mengambil kunci mobil.
"Aku pergi dulu, Akari," ujar Indra.
Indra mengatakan nanti akan datang Araya untuk menemaninya, memastikan Akari tidak sendirian di malam hari, terutama setelah ancaman penculikan dari Haruna.
"Araya akan tiba sebentar lagi. Dia sudah selesai dengan urusannya di kantor dan akan menemanimu di sini malam ini," jelas Indra.
Akari senang Araya datang dan menemaninya. Kehadiran Araya memberinya rasa aman dan juga kesempatan untuk bertanya lebih banyak tentang strategi hukum.
Lalu Akari bertanya jam berapa Indra akan datang lagi.
"Indra-san, kau akan pulang jam berapa?" tanya Akari.
Indra memandang Akari dengan diam sejenak.
Pekerjaan malamnya di Guardian Taxi sering kali tidak menentu, tergantung pada informasi apa yang perlu ia kumpulkan atau situasi darurat apa yang mungkin muncul.
"Aku tidak tahu pasti," jawab Indra. "Aku akan datang jika pekerjaanku selesai."
Indra meninggalkan rumah itu, meninggalkan Akari dalam antisipasi kedatangan Araya.