A wild fictional history of a brothel.
Sepak terjang seorang pengusaha muda mendirikan sebuah rumah bordil dengan konsep yang mewah.
Dengan ditemani wanita-wanita cantik dan jatuh bangun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Turunnya Bintang-bintang
Sabtu, Stasiun Kereta Api Longblack
"Selamat pagi petugas",
"Kapan kereta pagi ini tiba?",
Seorang pria kekar bertanya kepada petugas stasiun.
"Sebentar lagi tuan",
"Tut...! Tut...! ",
"Tut...! Tut...! ",
"Itu dia keretanya tuan",
"Terimakasih petugas",
Baru juga dibicarakan.
Kereta api pertama di pagi hari yang indah ini telah tiba di stasiun Longblack.
Pria besar itu adalah Boom. Yang membawa sebuah papan nama yang bertuliskan First Class Lady.
Boom datang untuk menjemput bintang-bintang yang turun dari langit.
Memastikan mereka semua sampai di rumah bordil dengan tidak kesasar karena salah pilih jalan.
Sesudah kereta api benar-benar berhenti.
Para penumpang dipersilahkan untuk turun.
Satu persatu, berbondong-bondong dan berdesak-desakan.
Ratusan kepala manusia berjalan keluar dari dalam gerbong kereta.
Boom mengangkat papan First Class Lady yang dibawanya tinggi-tinggi.
Tidak mau kalah dengan orang-orang yang lain dan pedagang yang berjualan.
Boom juga ikut berteriak.
"First Class Lady",
"First Class Lady",
"First Class Lady",
"First Class Lady",
Entah sudah teriakan suara yang kali keberapa.
Tapi Boom masih seorang diri.
Tidak ada satu orang penumpang pun yang turun dari kereta api yang mendekat kepadanya.
Pada akhirnya setelah dengan sabar menunggu dan keramaian manusia yang berjejal itu mulai surut.
Datang seorang perempuan yang berjalan dengan anggun ke arah Boom.
"First Class Lady?",
"Apakah tuan Phil yang menyuruh mu?",
"Benar sekali nona",
"Tuan Phil yang menyuruh ku untuk menjemput kalian",
First Class Lady. Nama rumah bordil itu tercantum di dalam kontrak perjanjian kerja.
"Kalian?",
"Ya benar kalian",
"Apakah nona tidak mengetahuinya?",
"Aku pikir hanya aku seorang",
"Tunggu sebentar nona, kita menunggu yang lain",
"Namaku Boom",
"Siapa namamu nona?",
"Namaku Laura",
"Salam kenal tuan Boom",
Perempuan berambut hitam panjang yang pertama kali menghampiri Boom adalah Laura.
Tidak berselang lama. Datang seorang perempuan yang lain.
Berjalan dengan penuh percaya diri mendatangi papan yang bertuliskan First Class Lady.
"First Class Lady",
"Apakah kalian berdua suruhan tuan Phil?",
"Ya benar nona, aku disuruh oleh tuan Phil",
"Aku yang akan membawa kalian ke tempat tuan Phil",
"Terimakasih banyak kalau begitu",
"Aku memang belum pernah berkunjung ke kota ini sebelumnya",
"Namaku Stacey",
"Namaku Boom",
"Senang berkenalan dengan anda tuan Boom",
"Namaku Laura nona Stacey",
"Salam kenal Laura, panggil saja aku Stacey",
"Kalau begitu mari kita beranjak ke tempat tuan Phil",
"Tunggu apalagi tuan Boom?",
"Sebentar nona-nona",
"Kita masih harus menunggu satu orang lagi",
Dari kejauhan terlihat seorang perempuan yang berjalan tampak kelelahan.
Perempuan itu datang menghampiri Boom, Laura dan Stacey.
"Apakah kalian juga akan pergi ke tempat tuan Phil?",
"Ya benar, kami hanya tinggal menunggu mu nona...",
"Panggil saja aku Naomi",
"Namaku Stacey",
"Aku Laura",
"Aku Boom nona Naomi",
"Aku yang akan membawa kalian semua ke rumah bordil",
"Biar aku bawakan barang-barang mu nona Naomi",
"Kamu terlihat lelah sekali",
"Terimakasih tuan Boom",
"Aku harus berjalan jauh sebelum naik kereta",
Kereta Kuda
"Masuklah nona-nona",
"Aku akan duduk di samping pak kusir",
Kereta kuda yang ditarik oleh empat ekor kuda hitam.
Itulah kendaraan yang akan membawa tiga wanita yang cantik-cantik itu ke rumah bordil di pinggiran kota Longblack.
"Berkenalan lah hingga akrab nona-nona",
"Ini adalah hari bersejarah untuk hari yang panjang kelak",
"Selamat datang di Longblack",
Naomi, Laura dan Stacey bertiga duduk di dalam kereta kuda.
Mereka mulai saling mengenal dan bercerita.
