NovelToon NovelToon
LUPIN : Atlantis Crown Theft

LUPIN : Atlantis Crown Theft

Status: tamat
Genre:Kriminal dan Bidadari / Misteri / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Action / TKP / Light Novel / Tamat
Popularitas:443
Nilai: 5
Nama Author: Miss Anonimity

Sebuah kota yang ditimpa tragedi. Seseorang baru saja membakar habis gedung pengadilan di Withechaple, Inggris. Beruntung tidak ada korban jiwa.

Seorang detektif hebat ditugaskan menangkap sang pencuri Lupin. Waktu yang dimiliki Wang yi semakin terbuang sia-sia. Semakin ia merasa bisa menangkap pencuri Lupin, semakin ia terjebak dalam permainan menyebalkan yang dibuat oleh musuh. Beruntungnya gadis cantik bernama Freya, yang bekerja menyajikan bir untuk para polisi di kedai setempat selalu memberinya motifasi yang unik.

Selama beberapa Minggu, Wang yi menyusun rencana untuk menangkap sang Lupin. Hingga sebuah tugas melindungi mahkota Atlantis tiba di kota itu. Wang yi akhirnya berhasil mengetahui siapa sosok sang Lupin. Namun, ketika sosok itu menunjukan wajahnya, sebuah rahasia gelap ikut terkuak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Anonimity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 23 : Penangkapan Zhou Shiyu

Bazza berdiri kaku di tempatnya. Wajahnya memucat, tangan kirinya gemetar hebat sambil menunjuk ke arah Zhou Shiyu yang kini berdiri di depan pintu ruang tamu. Pisau lipat di tangan gadis itu berkilat memantulkan cahaya redup dari lampu ruang tamu.

Zhou menatap sekeliling dengan ekspresi datar. "Ruang tamumu masih sama. Masih pengap." katanya pelan sambil melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya. Bunyi engsel pintu terdengar serak, dan Bazza menelan ludah.

"Aku… aku tidak bermaksud—"

"Diam!" Zhou Shiyu mengangkat tangannya, memberi isyarat agar Bazza menutup mulut. "Kau tahu, aku sebenarnya tidak ingin datang ke sini. Tapi ternyata kau membuka mulut terlalu lebar." Sosok yang duduk di sofa masih bersandar santai, memainkan tutup gelas di tangannya. Ia hanya memandangi interaksi itu dengan tenang, seperti sedang menonton film.

Zhou Shiyu melangkah mendekat, pandangannya tajam. "Kau bilang pada polisi kalau aku si pembakar?"

Bazza menatap lantai. "Aku hanya bilang yang kulihat. Aku tidak bermaksud membuat masalah. Aku… aku pikir mereka hanya ingin tahu kebenarannya."

"Kebenaran?" Zhou Shiyu tertawa pendek. "Kau yakin masih tahu arti kata itu, Bazz? Lihat sekitarmu." Ia menunjuk dinding penuh coretan dan kertas lusuh. "Kau bahkan hidup di antara bayanganmu sendiri. Tahukah kau bahwa ada beberapa kebenaran yang seharusnya tidak pernah di katakan."

Bazza mulai mundur pelan, tapi langkahnya terhenti ketika punggungnya menabrak meja kecil di belakang. Gelas air di atas meja terguncang dan jatuh, pecah di lantai.

"Aku tidak bohong!" teriak Bazza tiba-tiba. "Aku melihatmu! Kau membawa galon-galon itu malam itu! Kau yang membakar rumah sakit!"

Zhou Shiyu mendekat sampai jarak mereka hanya satu meter. Tatapannya tak berubah. "Kalau aku memang melakukannya, lalu kenapa?"

Bazza mulai panik. Ia melangkah ke samping, mencoba mencari jarak, tapi sosok di sofa kini berdiri, memblokir arah ke pintu. "Tenang, Bazz," katanya dengan nada santai. "Kami hanya ingin bicara. Itu sebelum kami membunuhmu."

Bazza panik. Ia mundur lagi, hampir tersandung koper hitam di bawah meja. Tangannya berusaha mencari sesuatu untuk dijadikan senjata, tapi yang dia temukan hanya patung besi kecil di rak. Ia meraihnya dan memegang erat. "Jangan dekati aku," katanya parau. "A-aku minta maaf. Aku akan bilang pada polisi kalau bukan kau pelakunya."

Zhou Shiyu tersenyum tipis. "Kau pikir semudah itu? Well, mudah dikatakan tapi sulit di lakukan."

Ia melangkah lebih dekat lagi. Suara langkah kakinya terdengar jelas di lantai kayu yang retak. Bazza menelan ludah keras-keras. Ia bisa mendengar detak jantungnya sendiri.

Zhou Shiyu berhenti tepat di depannya. "Jika aku memberimu kesempatan untuk hidup, apa yang akan kau katakan pada polisi?"

Bazza gemetar. "Aku… aku akan bilang kalau ternyata orang lain yang melakukannya."

"Hanya itu? Kau pikir mereka akan percaya?"

Bazza mengangguk cepat. "Ya. Aku yakin mereka akan percaya. Maka dari itu, tolong—" Sebelum kalimat itu selesai, Zhou Shiyu meninju wajah Bazza dengan keras. Pria itu jatuh ke lantai, patung besi di tangannya terlempar ke pojok ruangan.

"Berhenti bicara omong kosong, mulutmu sangat bau." kata Zhou Shiyu datar. Ia menatap sosok disampingnya memberi isyarat. "Aku mulai mengantuk, sebaiknya kita bereskan dia."

Sosok itu mendekat, tapi sebelum sempat berbuat apa pun, Bazza menendang meja, membuat air pecah di lantai dan mengenai kabel dari televisi yang masih menyala. Percikan listrik muncul, membuat lampu padam seketika. Ruangan jadi gelap total. Terdengar suara langkah cepat, suara tubuh bergesekan, lalu benturan keras.

Zhou memutar pisau di tangannya, menunggu. "Jangan buat aku mencarimu, Bazz," katanya pelan dalam kegelapan. Tidak ada jawaban. Hanya suara napas berat dan desahan pendek dari arah rak besi.

Sosok bertopeng menyalakan senter dari ponselnya. Cahaya kecil itu menyorot lantai yang kini basah, dan di sudut ruangan, Bazza bersembunyi sambil memegang patung besi lagi.

"Sudah cukup," kata Zhou Shiyu. "Kau tidak akan keluar dari rumah ini hidup-hidup."

Sebelum Bazza sempat bergerak, Zhou melangkah cepat ke depan. Satu gerakan tajam, pisau di tangannya menebas pergelangan tangan Bazza. Membuat pria itu merintih. Bazza berteriak keras. Darah memancar deras dari pergelangan tangannya yang nyaris putus. Ia mundur terburu-buru, menabrak meja dan menjatuhkan tumpukan kertas dari dinding. Napasnya memburu, matanya liar seperti hewan yang terjebak.

Zhou Shiyu tidak menunjukkan sedikit pun emosi. Ia menatap darah yang menetes di lantai kayu dan berkata pelan, "Kau tahu, Bazz, aku benar-benar muak mendengar suaramu."

Bazza berusaha bangkit. Dengan tangan yang tersisa, ia mendorong meja untuk menahan Zhou Shiyu. Tapi Zhou dengan cepat menendang meja itu ke samping, menghantam lutut Bazza hingga pria itu jatuh lagi. Ia menendang dada Bazza keras-keras sampai terdengar suara retak.

"Aku—aku tidak mau mati," erang Bazza lirih.

"Sayangnya, aku tidak peduli," jawab Zhou dingin. Ia menekan bahu Bazza ke lantai, lalu menusukkan pisau ke perut pria itu. Sekali. Dua kali. Tiga kali. Setiap tusukan menimbulkan suara basah yang menakutkan, disusul erangan pendek yang melemah setiap kali. Darah mengalir deras, membentuk genangan di bawah tubuh Bazza.

Zhou tidak berhenti sampai ia yakin napas terakhir pria itu keluar. Ia menarik pisau dari tubuh Bazza dengan satu gerakan kasar, lalu menyeka bilahnya di lengan bajunya. "Kau terlalu banyak tahu. Dan terlalu mudah panik," katanya datar.

Sosok di sebelahnya hanya berdiri menonton. Ia mendekat perlahan, menatap mayat Bazza yang kini terbujur kaku dengan mata terbuka. "Cepat juga kau menyelesaikannya," katanya.

Zhou Shiyu menatap tubuh itu tanpa rasa bersalah. "Dia bodoh. Aku tidak tahan dengan orang bodoh." Ia menendang kepala Bazza agar menghadap ke samping.

"Kita harus pergi," kata sosok itu sambil menatap ke arah pintu. Zhou mengangguk.

Namun di saat yang sama, dari luar rumah terdengar suara sirene polisi yang mendekat. Zhou berhenti. Tatapannya langsung mengarah ke sosok bertopeng. "Shit! Kenapa tiba-tiba ada polisi?" Zhou Shiyu Panik.

"Kita pergi lewat pintu belakang." Sosok itu lari lebih dulu. Zhou Shiyu mengikuti di belakangnya, tapi ia tidak sengaja tersandung sesuatu, penerangan di rumah itu gelap setelah Bazza membuat air di atas meja tumpah dan mengenai kabel listrik. Penglihatan mereka terbatas. Zhou Shiyu berdiri tertatih, kakinya terkilir. Sosok itu sudah pergi lebih dulu.

Pintu rumah Bazza di dobrak dengan keras. Wang Yi masuk paling depan mengarahkan pistolnya. Ia melihat mayat Bazza yang terbujur kaku, polisi lainnya menyoroti sosok yang membelakangi mereka hendak kabur.  Di tangannya terlihat jelas bekas darah.

"Jangan bergerak!" Seru Wang Yi.

Tapi Zhou Shiyu tidak peduli. Ia lari sekuat tenaga dengan kaki yang pincang. Namun, Wang Yi memberikan satu tembakan peringatan di hadapan Zhou Shiyu. Untungnya ia mendapat nilai terbaik dalam ujian menembak. Tembakan itu hanya membuat Zhou Shiyu terkejut dan jatuh tanpa melukainya.

Polisi lainnya langsung mengerubungi Zhou Shiyu sembari mengarahkan senjata. Yang lainnya membantu membawa mayat Bazza keluar. Wang Yi mendekati Zhou Shiyu yang terduduk di lantai. Ada kilatan sendu di matanya.

"Maaf, Zhou. Tapi cukup sampai di sini." Wang Yi berjongkok di hadapannya.

"Sejak awal kau memang sudah tahu?" Tanya Zhou Shiyu.

"Aku orang yang penuh dengan prasangka. Aku mencurigai petunjuk sekecil apapun. Itulah caraku menjadi detektif. Aku tidak tahu alasanmu melakukan ini semua, tapi aku mohon. Cukup sampai di sini." Kata Wang Yi.

"Kau tau apa!" Bentak Zhou Shiyu tiba-tiba. "Kota ini dan semua yang tinggal di sini adalah orang-orang kotor. Apa kau tahu kalau orang tuaku mati karena mereka. Orang tuaku di hukum mati karena tuduhan yang tidak berdasar tanpa bukti. Dan kau memintaku untuk cukup!" Zhou Shiyu mulai mengamuk tapi Wang Yi menahan Zhou Shiyu dalam pelukannya.

"Lepaskan aku, bajingan!!" Zhou Shiyu meronta tapi tenaga Wang Yi lebih kuat.

Wang Yi menghela nafas, "Jadi kau membakar gedung-gedung di kota ini karena dendam? Aku memahami itu, tapi tetap saja itu tidak benar." Ucap Wang Yi.

Zhou Shiyu akhirnya di tangkap. Bahkan ketika ia digiring keluar dengan tangan yang di borgol kebelakang. Tidak sedikitpun ia menoleh pada Wang Yi. Ia mungkin sudah membenci pria itu. Wang Yi hanya bisa melihat kilatan kebencian di mata Zhou Shiyu saat dimasukan kedalam mobil. Inilah salah satu alasan kenapa dia sangat membenci dunia kriminalitas. Orang yang ia cintai terkadang bisa melakukan kriminalisasi karena dendam dan benci. Sebagai manusia biasa, Wang Yi tidak memiliki kekuatan untuk mencegahnya. Kebencian akan selalu tumbuh dalam diri manusia, sepanjang mereka hidup.

1
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
wahhh cocok ini yang aye cari, ilustrasi adegan mu keren 👍✨
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
aye suka kata ini. dan itu benar adanya reall✨
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
Woahh ilustrasinya keren ✨ 👍 semoga lanjut sampai tamat💪
Miss Anonimity: Makasih, kak.
total 1 replies
mary dice
wang yi pasti dalam bahaya🧐 lanjut thor
Miss Anonimity: Nanti ya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!