Nareshpati Sadewa Adibrata akhirnya bertemu lagi dengan.gadis yang sudah menolaknya delapan tahun yang lalu, Nathalia Riana.
Nareshpati Sadewa Adibrata
"Sekarang kamu bukan prioritasku lagi, Nathal."
Nathalia.Riana
"Baguslah. Jangan pernah lupa dengan kata katamu."
Semoga suka♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Khawatir
Nathalia belum mau bertemu Naresh lagi. Dia ngga menyangka terjebak dalam masalah begini berat
Nathalia iri melihat Nevia. Sepupunya sangat bersemangat dengan pernikahannya. Juga Karla yang sudah menikah. Padahal keputusan keduanya sangat mendadak. Tapi keduanya kelihatan senang senang saja.
Sekarang dia sendirian di lobby hotel. Tadi setelah kembaran dan sepupu sepupunya meninggalkan kamarnya, dia berjalan pelan ke sini.
Nathalia butuh berada di ruangan yang luas dan terbuka untuk menenangkan diri. Kepalanya yang tadinya terasa berat kini sudah mendingan.
Ada beberapa tamu yang tidak dia kenal. Nathalia mensyukurinya. Sekarang di depannya ada secangkir kopi.
Nathalia.merasa aneh dengan ponselnya yang selalu bergetar
Abiyan menambahkan Nareshpati.
DEG DEG
Ada banyak chat di sana dan diakhiri dengan chat Abiyan.
Ini yang Nathalia harapkan. Nomer ponsel Naresh. Ngga dia sangka sepupunya memiliki nomernya dan sekaran sudah dimasukkan ke grup mereka.
Nathalia.segera mengirim pesan pada nomer itu tanpa merasa harus menyimpannya.
Besok ngga usah jemput. Aku berangkat sama Adelia. ≈Nathalia
Nathalia merasa perlu menuliskan namanya, agar Naresh ngga bingung dan menebak nebak siapa.yang mengirimkan pesan itu. Karena Nathalia yakin kalo Naresh ngga mungkin menyimpan nomernya. Sama seperti dirinya.
Dia bukan prioritas. Kata kata Naresh bergema lagi dalam hatinya. Menimbulkan perasaan kesal.
Hampir saja Nathalia memaki karena setelah lebih dari sepuluh detik menatap layar ponselnya tanpa kedip, pesannya masih belum juga tercentang biru. Padahal Nathalia yakin laki laki itu pasti sudah sejak tadi tiba di rumahnya.
Dia menyesap kopinya. Tapi malah ketriger.dengan chat yang baru bermunculan di grup
Adelia Riani
Thal, lagi dimana? Tadi aku paksa masuk, kamarmu kosong
Dr Luna Kanina
Memangnya dia lagi kemana? Jalan aja belum benar
Ayra Salima, S. Psi
Lagi semedi mungkin
Nevia Shaista🌹
Kenapa lagi dengan calon pengantin satu ini🤭
Abiyan Ghiffarie
Ke tempat Naresh
Hampir saja Nathalia mengumpat fitnah.
Adelia Riani
Jangan ngarang
Jayden
Bisa percaya bisa engga
Fadel Arya Wisesa
Istri aku juga belum balik ke kamar. Katanya cuma mau ambil paket. Sayang....Cepat balik ke kamar 😍😍
Abiyan Ghiffarie
Del, lo baru kenal cewe, sih. Ditinggal dikit blangs@t@n🙂↕️
Fadel Arya Wisesa
Terserah gua. Makanya nikah woooiii.... Yang halal lebih berkah
Jayden
Memangnya kita ngapain😆 Cuna nyicip doang😛😛
Dr Luna Kanina
Si alan kalian 😑😑
Nevia Shaista🌹
Memang bang ke
Baim Nagata Faros
Yang belum nikah dilarang ngumpat🤣
Nareshpati
Aku lagi ngga sama Nathalia
Abiyan Ghiffarie
Trus lo sama siapa @Nareshpati
Fathir
Mulai.... Mulai.....
Jennifer
Mulut Abiyan jangan didengerin. Isinya sampah😶
Jayden
Adikku sayang, masih melek? Si dokter udah tidur? 😙🦹♂️
Nathalia menyimpan ponselnya. Ngga ada manfaatnya baca chat ngga guna gini.
"Nath? Kanu di sini?" Kayana berdiri di dekatnya dengan dua buah paper bag.
"Kamu dicariin Fadel," lapor. Nathalia.
Kayana tertawa pelan sambil duduk di depan Nathalia.
"Biar aja."
Nathalia tertawa mendengar jawaban Kayana.
Kayana membuka isi salah satu paper bagnya. Dua buah cup banana puding yang viral.
"Cobain, deh. Es krim sama pisangnya lumer banget," ucapnya dengan sisa tawa di bibirnya.
"Satu aja."
"Kurang ntar," tawa Kayana lagi yang dibalas dengan tawa Nathalia.
"Aku balik ke kamar dulu, ya. Sekarang aja dia udah rewel," pamit Kayana yang diangguki Nathalia yang mengembangkan senyumnya.
"Oke."
"Jangan lupa balik ke kamar, Nath," ucap Kayana lagi sebelum pergi.
"Iya." Nathalia masih tertawa melepas kepergian Kayana.
Nathalia meraih ponselnya lagi sambil menyendokkan banana puding ke dalam mulutnya.
Memang enak, pujinya dalam hati.
Dia ngga tertarik membaca chat di grup, tapi lebih tertarik pada chat baru dari nomer asing yang sudah membalas pesannya. Naresh.
Kamu dimana?
Gitu, doang? Sesal Nathalia karena sudah membuka pesan itu terburu buru tadi. Dia pikir Naresh akan membalas jawabannya, tapi malah bertanya hal lain.
Nathalia melampiaskan dengan terus memakan banana pudingnya.
Kayana memang benar, kurang kalo hanya makan satu cup saja. Sekarang dia sedang menghabiskan cup kedua.
Pesan Naresh muncul lagi, tapi Nathalia membacanya lewat pop menu di layar depan ponselnya.
Aku tetap jemput jam sepuluh.
Nathalia mendengus kesal. Dia tetap akan pergi dengan Adelia.
Setelah menghabiskan cup kedua, Nathalia menyimpan ponselnya, bermaksud kembali ke kamarnya.
Besok dia akan tanya Kayana di mana membelinya. Nathalia hanya membaca nama labelnya saja.
"Ngga kurang?"
Nathalia hampir saja menyenggol cup cup kosong di depannya ketika mendengar suara yang dia kenal dan ingin dia hindari
Kenapa dia ada di sini?
DEG DEG
Reaksinya kenapa norak begini.
Mereka bersitatap sejenak dengan riak berbeda. Nathalia dengan kekagetannya, sedangkan Naresh dengan ketenangannya.
"Kenapa belum tidur?"
Nathalia melengos, dia yakin saat ini pipinya sudah merona.
"Kamu ngapain ke sini? Pulang sana."
Naresh tersenyum miring.
"Memastikan keadaan kamu."
Nathalia merasa aneh dengan dirinya, ketika mendengar ucapan Naresh barusan. Dia merasa laki laki ini memperhatikannya hingga dia ada bunga bunga yang bermekaran di hatinya.
Dia salah tingkah sekarang. Canggung. Kikuk. Ngga tau mau jawab apa. Padahal kalo model Abiyan yang ngomong begini pasti sudah ditoyor kepalanya.
"Aku baik baik aja," jawabnya akhirnya.
"Kalo begitu aku pulang."
Nathalia mengacuhkannya, dia melangkah pergi meninggalkan Naresh. Tapi baru tiga langkah, dia berhenti, ingin melihat Naresh pergi.
Tapi saat dia membalikkan tubuhnya, Nathalia malah mematung. Naresh masih ada di sana dan sedang menatapnya tanpa senyum.
DEG DEG
Kenapa dia belum pergi? Dengan perasaan malu, Nathalia melangkah lagi pergi dengan langkah perlahan. Kalo bisa dia ingin berlari saja agar cepat menjauh dari tatap Naresh.
Ketahuan, kan, Nathal, kalo kamu masih pengen lihat dia, gerutunya dalam hati.
Setelah melihat Nathalia mulai menjauh Naresh mengambil cup itu, membaca labelnya. Dalam hati bersyukur saat Nathalia menoleh, dia belum mengambil cup itu.
Tadinya Naresh ingin memapah atau kalo perlu menggendong gadis angkuh itu yang jalannya masih terseok seok. Tapi dia agak ragu. Mengingat pernah digap, dia agak khawatir juga kalo sedang diawasi.
Tapi tetap saja dia merasa khawatir. Dengan langkah lebar, Naresh mengejar Nathalia.
Siapa tau gadis angkuh itu jatuh dan dijahati penghuni hotel yang ngga dikenal? Apalagi udah malam juga, batin Naresh ngga tenang.
Dia menahan pintu lift yang akan tertutup membuat Nathalia yang akan menekan tombol lift mendongak
"Ngapain kamu di sini?" tanyanya kaget ketika melihat Naresh ikutan masuk ke dalam lift
"Antar kamu."
"Aku ngga perlu diantar," ketus Nathalia.
"Kamu calon istriku. Aku harus mastiin kamu ngga apa apa."
Nathalia hampir tercengang.
"Ini hotel punya keluarga aku. Udah pasti amanlah," ketus Nathalia menyembunyikan kegugupannya. Sekarang mereka sudah berdua saja di dalam lift.
"Kaki kamu." Mata elang Naresh menatap kaki Nathalia yang masih sakit.
"Udah ngga apa apa, kok. Aku masih bisa jalan." Nathalia jadi teringat momen ci uman mereka gara gara kakinya
Naresh menyandarkan punggungnya di belakang dinding lift dengan gaya santai.
"Ya sudah."
Ya sudah maksudnya apa? Batin Nathalia jadi gedeg.
Nathalia udah siap menyemprot tapi fokus Naresh malah di ponselnya.
Nathalia jadi menghembuskan nafas kesal.
Menunggu beberapa detik hingga lift tiba di lantai kamarnya, rasanya berjam jam.
abiyan jgn sampai jatuh cinta sm ratna