NovelToon NovelToon
Ayo, Menikah!

Ayo, Menikah!

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Romantis / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Office Romance / Cintapertama
Popularitas:847
Nilai: 5
Nama Author: QueenBwi

Arkan itu cowok baik—terlalu baik malah. Polos, sopan, dan sering jadi sasaran empuk godaan Elira, si gadis centil dengan energi tak terbatas.

Bagi Elira, membuat Arkan salah tingkah adalah hiburan utama.
Bagi Arkan, Elira adalah sumber stres… sekaligus alasan dia tersenyum tiap hari.

Antara rayuan iseng dan kehebohan yang mereka ciptakan sendiri, siapa sangka hubungan “teman konyol” ini bisa berubah jadi sesuatu yang jauh lebih manis (dan bikin deg-degan)?

Cinta kadang datang bukan karena cocok—tapi karena satu pihak nggak bisa berhenti gangguin yang lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenBwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tiga Belas

Hal pertama yang Arkan dapati ketika tiba dirumah Elira adalah raut wajah cemas sang pengawal pribadi anak itu. Berlari tergesa menaiki anak tangga untuk mencapai kamar si nona muda.

Disudut kamar bisa ia lihat sosok manis yang selalu tertawa menggodanya itu sedang terduduk miris, melipat kedua kaki dan memeluknya erat.

Anak itu hanya terdiam menatap lantai kamar, namun kedua matanya basah. Anehnya tak ada isakkan apapun yang terdengar.

Arkan terduduk dihadapan Elira, "Elira.." Panggilnya pelan, sebelah tangannya terangkat untuk menghapus sisa-sisa airmata dipipinya.

"Elira," Lagi, tapi Elira tak merespon.

Dingin.

Itulah yang Arkan rasakan ketika menyentuh kulit wajahnya.

Elira seolah tak bernyawa tapi ia masih bernafas dengan baik.

Jujur saja Arkan tak mengerti apa yang terjadi, saat datang ia langsung dibawa menuju kamar Elira tanpa diberi penjelasan apapun.

"Kau kedinginan, Lira. Ayo naik ke atas ranjang saja, hm?"

Benar-benar tidak merespon.

Jika saja Arkan tak mengenal Elira, mungkin ia akan mengira anak itu adalah sebuah mannequin karena tak bergerak sama sekali.

Karena tak kunjung mendapat respon akhirnya Arkan nekat mengangkat tubuh Elira ala bridal.

Anehnya, tak ada perlawanan.

Elira hanya diam, membiarkan tubuhnya diangkat dan ditidurkan diatas ranjang besarnya.

Arkan sendiri lalu mengambil tempat di bagian ranjang yang kosong dan memposisikan tubuhnya disana. Kepala Elira sedikit ia angkat untuk menyampirkan lengannya disana.

"Sayang.. Ada apa..?" tanyanya lagi dengan nada cemas.

Kali ini ia memeluk tubuh Elira dan mengecup pucuk kepalanya beberapa kali, Sebelum Arkan kaget ketika tubuhnya balas dipeluk erat. Lalu detik berikutnya terdengar tangisan Elira cukup kuat, namun teredam oleh tubuh Arkan.

Ada apa?

Kenapa Elira menangis begini?

Arkan masih bingung.

Tapi yang bisa ia lakukan hanyalah membiarkannya saja.

Farhan memperhatikan bagaimana Arkan dengan sabar dan lembut menemani Nona Mudanya.

Elira itu memiliki penyakit. Entah apa yang cocok untuk mendeskripsikan kondisinya selain kata itu.

Jika sedang dalam keadaan tertekan luar biasa, maka Elira akan selalu terbangun setiap jam 3 pagi. Terduduk disudut ruangan dan terdiam bagai patung, menangis dalam sunyi.

Bisa dibilang, Elira memiliki traumanya sendiri hingga ia seperti itu.

Biasanya jika dalam keadaan begini, hanya sang kakeklah yang bisa menenangkan. Memeluknya dan menanamkan kalimat-kalimat positif untuk menguatkan. Karena itu, Tuan Hans jarang sekali meninggalkan Elira sendirian jika tak dalam keadaan terpaksa.

Seperti saat ini Tuan Hans sedang melakukan perjalanan bisnis dan besok baru kembali. Maka Farhan tak ada pilihan lain selain menghubungi Arkan.

Bisa saja ia menghubungi Tuan Hans dan sudah dipastikan pria tua itu akan langsung mengambil penerbangan pertama demi sang cucu. Tapi Farhan tak ingin membuat Tuan Hans kelelahan, biar bagaimanapun usia pria itu sudah tak muda lagi.

***

Esok harinya..

Arkan terbangun dengan wajah lelah serta tubuh yang kaku. Posisinya tidak berubah sejak semalam, tentu saja membuat sisi tubuhnya yang lain kram dan kebas.

Pria itu masih berusaha membiasakan bias cahaya yang masuk dari jendela kamar yang terbuka. Lalu helaan nafas Elira terdengar begitu teratur diceruk lehernya mengalihkan seluruh atensinya.

Ah benar, dari malam ia tidur dikamar Elira. Memeluk anak itu sepanjang malam karena Elira menolak untuk melepaskan.

Arkan sedikit memundurkan tubuhnya demi melihat wajah damai Elira lalu tersenyum lembut sekali.

Sejak kapan ia telah jatuh pada Elira?

Tangannya yang bebas terangkat lalu mengelus rambut hitam anak itu. Menyingkap poninya dan sedikit mengernyit saat melihat ada bekas luka jahitan disana.

Kenapa tak pernah ia sadari?

Nanti akan ia tanyakan.

Tapi selain itu.. Anak itu cantik sekali bahkan ketika sedang tidur begini.

"Cantik sekali.." Bisik Arkan kagum.

"Yaa.. Cucuku memang cantik.."

Dalam sedetik Arkan langsung membelalak dan refleks bangkit dari tidurnya. Menatap syok sosok Tuan Hans yang berdiri dihadapannya dengan tongkat yang menopang tubuhnya dibagian depan.

"Tu-tu-tuan Hans?!" Gagapnya kaget.

Demi apapun,,Arkan tak tahu kepergok kakek Elira akan se-menyeramkan ini.

"Pelankan suaramu. Kau akan membangunkan cucuku. Bersihkan dirimu, kutunggu diruang tengah.." Ucapnya dengan senyuman tipis lalu berjalan keluar kamar meninggalkan Arkan yang memucat.

***

Saat ini Arkan tengah terduduk kaku bersama Tuan Hans diruang tengah. Dihadapannya sudah tersaji teh panas beserta beberapa cemilan untuk sarapan. Terlihat menggiurkan sih, tapi situasi ini membuat Arkan jadi mules dan ingin sembunyi di kamar mandi saja.

Tuan Hans sendiri hanya tersenyum dan menyeruput minumannya.

Arkan jadi ikutan meminum tehnya pelan-pelan karena memang masih panas.

"Jadi.. Sudah berapa sering kau tidur dengan cucuku?"

OHOK..! OHOK..!

Teh panas yang meluncur ditenggorokan Arkan serasa membakar kerongkongannya. Bahkan ada sebagian yang masuk kedalam rongga hidungnya.

"Ma-maaf Tuan Hans," kata Arkan cepat sembari meraih tissue diatas meja dan membersihkan kekacauannya.

"Aku hanya bertanya seberapa sering kau tidur dengan cucuku, Arkan. Bukan seberapa sering kalian melakuka hubungan badan. Kenapa kaget begitu?" Tuan Hans menggeleng pelan sembari menghisap cerutunya.

Sial.. Arkan salah pemahaman. Ternyata yang dimaksud Tuan Hans adalah tidur dalam artian sebenarnya.

Habisnya.. Mereka kan keseringan hampir kebablasan melakukannya. Bagaimana Arkan tak salah pengertian?

"...atau jangan-jangan, kau sering melakukan seks dengan cucuku tanpa sepengetahuanku?" Suara dan aura Tuan Hans berubah total. Udara jadi terasa memberat dan terasa dingin mencekam.

"TIDAK TUAN. SAYA BERSUMPAH.!" Arkan memekik tanpa sadar. Hingga ia menyadarinya dan berdehem sembari menundukkan kepala meminta maaf.

"Kakek.. Jangan menyiksa Arkan~ku" Suara Elira terdengar dari lantai atas. Arkan mendongak dan mendapati anak itu yang sedang menatapnya sambil tersenyum ceria sekali, masih memakai piyama omong-omong.

Sontak saja Tuan Hans terkekeh dan menyeruput minumannya, kembali bersikap santai dan menormalkan situasi.

"Kakek hanya sedang berbincang dengan calon suamimu, sayang."

Jungkook mendengus pelan, "Kalau begitu jangan menanyakan hal-hal yang aneh kakek. Arkanku itu polos sekali tahu."

"Baiklah...sekarang bersihkan dirimu dulu dan bergabunglah bersama kami."

"Iyaa" Jawabnya kemudian melihat Arkan dan tersenyum lebar, "Daddy tunggu sebentar yaa~ baby Lira mau mandi dulu"

Panggilan itu...

Sepertinya Elira benar-benar ingin membuatnya mati ditangan Tuan Hans.

"A-ah.. I-iya Lira.." Jawab Arkan gugup.

"Panggilan yang manis sekali~" Tuan Hans terkekeh lagi.

"Ah.. Itu.. Saya bisa jelaskan Tuan.. Saya—"

"Terimakasih Arkan.."

"Ya?"

Arkan blank.

Pria tua itu menatap Arkan dengan tatapan lembut penuh kasih sayang dan tersenyum tulus sekali.

"Terimakasih karena kau ada disaat Elira membutuhkan seseorang dan aku sedang tidak disampingnya. Aku berterimakasih padamu.."

Arkan jadi semakin gugup, tapi disisi lain ada perasaan bangga karena ia bisa membuktikan pada Tuan Hans bahwa dirinya bisa diandalkan dalam menjaga sang cucu kesayangan.

"Iya, Tuan.."

"Kakek saja, Arkan. Kau akan menikahi cucuku jadi kaupun adalah cucuku."

"Iya kakek."

"Lebih baik."

Hening beberapa saat.

Arkan berdehem pelan dan tersenyum, "Boleh saya bertanya, Tu-eh.. Kakek?"

"Ya.."

"Apa saya boleh tahu apa yang terjadi pada Elira hingga dia seperti semalam ?"

Tuan Hans tersenyum, "Sebenarnya.. Elira itu..... "

***

"Dad~"

Arkan yang tengah fokus menyetir, menoleh sejenak dengan deheman.

"Maaf ya kalau kakek membuatmu tak nyaman."

"Kakek tak seburuk itu kok."

Elira menoleh dan tersenyum, "Benarkah ?"

Baru kali ini ada yang mengatakan Kakeknya begitu dan Elira senang. Biasanya jika ia membawa teman atau seseorang kerumahnya mereka akan selalu bilang sang kakek menyeramkan dan sejenisnya.

Tapi Arkan berbeda.

"Ya.. Kurasa kakek bersikap agak dingin karena ingin melindungimu. Tapi kakekmu baik kok.. Jangan cemas.."

"Kakek memang baik sekali kok. Kakek selalu menuruti apapun keinginanku, makanya aku sayang sekali padanya~"

Arkan ikut tersenyum, "Jadi.. Kita akan kemana ? Aku sudah terlambat kalau harus kekantor.."

"Jalan-jalan saja.. Asal bersama Daddy~aku sudah senang.."

Ucapan Elira membuat hati Arkan menghangat.

Arkan.. Elira itu rapuh sekali. Tolong jaga dia selalu ya~

Perkataan kakek Hans masih terngiang dikepalanya.

"Dad~"

"Ya?"

"Aku ingin melakukan seks denganmu. Kapan kita bisa melakukannya?"

Dalam sekejap Arkan langsung menginjak rem dengan wajah syok. Membuat mobil mereka berhenti seketika.

"A-apaa?!"

"Ayo kita lakukan, Dad. Sekarang juga.."

Oh, Tuhan!

1
QueenBwi
💜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!