NovelToon NovelToon
TERJERAT CINTA DUDA

TERJERAT CINTA DUDA

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Aliansi Pernikahan / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Desty Cynthia

Alana Shaabira Dewantara harus menelan pil pahit tak kala Calvin lebih memilih di jodohkan dengan pilihan orang tuanya daripada bersama Alana.
Ditengah kegalauan Alana, masa lalunya muncul kembali. Teman semasa kecilnya yang dulu Alana cintai sebelum Calvin.
"LEPASIN KAK!" Alana terus menghindari pria masa lalunya itu.

Tangan kokoh seseorang menarik tangan Alana "Jangan sentuh milikku! Alana tunanganku!" Ucap Erlando Agathias dengan gentle.

Seketika itu hati Alana berdesir dia menatap lekat Erlando dan berlindung dibelakangnya. "Tenang ada aku!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Alana Terkapar

Dua hari sudah Alana dan Erlando masih tinggal dirumah lamanya Erlando. Om dan tantenya masih di sana sampai resepsi pernikahan keponakannya di gelar. Alana sangat nyaman sekali bisa bercengkrama dengan tante Ara.

"Gitu loh, Al. Pokoknya Erlan itu nyebelin dari kecil hahaha tapi tante sayang sekali sama dia. Oh iya nanti kalian harus ke rumah kami, tante kenalin sama Jena dan Rayyan sepupunya Erlan, anak tante."

"Mau banget tan, nanti ya tan sambil liburan kami pasti mengunjungi tante." Jawab Alana lembut.

"Harus, pokoknya kalian harus kesana. Keluarga kami disana mau ketemu kamu, Alana." Kali ini om Andre yang berbicara.

Erlan baru datang setelah memotong buah buahan untuk istrinya. Om dan tantenya senang sekali melihat kemesraan keponakannya ini. "Dimakan sayang." Erlando menyuapi buah apel kesukaan istrinya ini.

Tante Ara dan om Andre pamit keluar dulu karena ada urusan mendesak. Alana bilang jika papih Alarich menghubunginya meminta ia pulang dulu ada yang harus di bicarakan. Erlando mengangguk pelan.

"Mungkin mau ngomong soal resepsi kita mas."

"Iya sayang, boleh. Nanti kita kesana. Udah ada rasa belum?"

"Maksudnya?"

"Tanda tanda hamil gitu hehehe." Ucap Erlan sambil berbisik ke telinga istrinya, mengingat usianya yang sangat matang ia ingin sekali mempunyai anak.

"Hahaha belum lah mas, kan kita aja menikah baru tiga hari. Sabar ya mas, kalau aku belum hamil apa mas akan tetap bersamaku?"

Tangan Erlando membelai wajah teduh sang istri. "Sampai kapan pun aku akan tetap mencintaimu, aku sudah pernah bilang kan, aku pernah kehilangan cintaku satu kali. Dan aku tidak mau kehilangan lagi. Apapun yang terjadi kedepannya kita akan tetap bersama."

"Mau kamu hamil atau tidak, aku tetap mencintaimu. Kita berjuang sama sama. Bukan kamu yang berjuang sendirian."

Inilah yang membuat Alana jatuh cinta. Ketulusan Erlando mampu meluluhkan hatinya. Ia beruntung mendapatkan cinta Erlando yang besar padanya.

"Ayo mas, kita ke rumah papih."

"Ayo sayang, I love you so much my beautiful wife."

"Love you more."

-

-

-

Alana dan suaminya baru saja tiba disana. Kebetulan omah dan opahnya juga ada disana. "Pengantin baru memang beda ya pah, berseri seri wajahnya." Goda omah Winda pada cucunya.

"Eum, kak Zena belum pulang mih?"

"Belum sayang, besok baru bisa pulang. Mamih kangen sama kamu." Ucap mamih Aleesya sambil memeluk manja pada anak keduanya. Tangan Erlando mengelus rambut istrinya lembut. "Sama mih."

"Sama papih enggak?" Tanya papih Al menyindir.

Semua yang disana menertawakan papih Alarich yang amat posesif ini. "Kamu ini... dari Alana lahir dia sudah sama kamu, sekarang giliran suaminya, betul kan nak Erlan?" Celetuk opah Arya sambil meledek anak tunggalnya yaitu papih Al dengan bercanda.

"Oh iya omah sampai lupa, ini sayang buat bulan madu kalian. Kami sudah menyiapkannya kalian tinggal berangkat." Omah Winda memberikan tiket bulan madu ke Maldives.

"Alhamdulillah, terima kasih omah, opah. Padahal tidak perlu repot repot." Sahut Erlando lembut.

"Enggak repot nak Erlan, kalian cucu kami. Ini hadiah dari kami, pokoknya pulang dari sana harus bawa kabar gembira." Jawab omah Winda.

Alana juga berterima kasih pada omah opahnya. Mereka mengobrol santai dan membahas resepsi yang akan di gelar empat hari lagi.

-

-

-

"Permisi nyonya, di depan ada tamu katanya ingin bertemu nyonya." Ucap mbok Inah pada mamih Aleesya. Semua menatap mamih Aleesya.

"Siapa mbok?"

"Namanya Sinta, nyonya."

DEG

Mamih Aleesya langsung berdiri dan ke ruang tamu menemui Sinta. Disusul suami dan mertuanya. Alana dan suaminya ikut menyusul.

Sinta menengok dan menghampiri Aleesya, ia berlari mendekati mamih Aleesya lalu mencekiknya keras.

"Ini semua gara gara kamu, Aleesya! Anakku menderita, kami semua hancur." Teriak Sinta, amarahnya sudah tak bisa ia tahan lagi.

"Brengsek! Lepaskan istriku!" Geram papih Alarich, ia sontak menarik Sinta dan mendorongnya. Hingga Sinta terbentur ke tembok lalu pingsan seketika.

"Uhuk uhuk uhuk... Pih udah pih.." Lirih mamih Aleesya yang menahan suaminya. "Sayang kamu enggak apa apa?" Tanya omah Winda yang mengecek leher menantunya.

"IBU .... " Dari pintu terdengar teriakan yang sangat nyaring, siapa lagi kalau bukan Jessica. Ia dan kekasihnya segera menyusul kerumah orang tua Alana, ketika tahu kalau ibunya kabur dari rumah sakit jiwa.

Jessica dan Vino mengecek keadaan ibunya yang masih jatuh di lantai. Matanya merah, bibirnya bergetar, tangannya mengepal kuat.

"Jessica..." Tutur Alana, ia heran melihat Jessica ada di rumahnya. Ketika ia ingin menghampirinya, suaminya menahannya. "Jangan sayang." Celetuk Erlando.

"Stop! Kalian...? Apa yang kalian lakukan terhadap ibuku? Kalian orang orang kaya yang tidak punya hati. Belum puas menyiksa ibu ku hah?! Brengsek!" Teriak Jessica dengan penuh amarah.

"Kita bawa ibu pulang ayo_" Ucap Vino yang sudah menggendong ibunya Jessica yang pingsan akibat dorongan papih Alarich.

Perkataan pacarnya tak di hiraukan Jessica, ia mengeluarkan pis*u lipat kecil dan berlari ke arah Alana. Ia menus*knya ke bagian perut Alana. Tangan Alana reflek memegang perutnya yang mengeluarkan dar*h. "Jess_kamu_"

Erlando tak sempat menghadangnya kejadiannya sangat cepat. Posisi Alana di depan Erlando dan lebih dekar dengan Jessica.

BRAK

"ALANA...!" Teriak mamih Aleesya. Orang tua Alana menghampiri anaknya itu. Alana terkapar di lantai dengan berlumuran dar*h. "Cepat bawa dia." Teriak opah Arya.

"Alana sayang bangun nak!" Teriak omah Winda histeris.

"Sayang bangun Alana..." Teriak papih Alarich cemas.

Semua orang syok, Erlando sangat murka ia mendorong Jessica dan menghajarnya. "Brengsek! Wanita syalan!"

BUGH BUGH BUGH

Vino tak tinggal diam. Ia menyandarkan ibunya Jessica di tembok, lalu ia berdiri dan balik menghajar Erlando. Jessica tumbang setelah di pukul oleh suami Alana.

"Beraninya kamu memukul kekasihku!" Teriak Vino tak kalah marah.

Sementara yang lain fokus pada Alana. Mamih Aleesya menangis histeris melihat anaknya terkapar. "Pih, Alana pih. Alana bangun sayang!" Mamih Aleesya terus memeluk anaknya dengan isak tangisnya.

Evan dan Bastian kebetulan baru datang, saat masuk ne dalam mereka melihat pemandangan yang tak di inginkan. Dengan cepat keduanya melerai Erlando dan Vino.

Bastian berlari ke arah papih Alarich "Kita harus cepat, Alana bisa kehilangan banyak dar*h!" Ucap Bastian yang membantu papih Alarich membawa Alana.

Evan menahan badan Erlando yang sudah di balut emosi. "CUKUP! Alana membutuhkan mu!" Ucap Evan dengan sorot mata tajamnya.

Ray baru datang seusai mengerjakan urusannya, ketika datang keadaan rumah bossnya sangat kacau. Ia menghubungi anak buahnya untuk membereskan kekacauan di rumah bossnya. Para pelayan yang mengintip pun sama kagetnya.

"Kasihan non Alana." Ucap mbok Sumi.

-

-

Alana segera di bawa ke rumah sakit saat itu juga. Baju Erlando dan papih Alarich masih bersimbah dar*ah. Saat di mobil, Erlando terus memeluk sang istri dan menahan luka yang ada di perut istrinya.

Sesampainya di rumah sakit, Erlando terduduk lemas di lantai tepat di depan pintu unit gawat darurat.

"Sayang...kamu harus bertahan Alana, aku mohon." Erlando menangis sejadi jadinya, opah Arya mencoba menenangkan Erlando. Meskipun dirinya juga sedih melihat cucunya yang sekarat.

Orang tua Alana menangis histeris terutama mamih Aleesya. Evan memberi kabar pada ketiga saudaranya Alana. Mereka semua syok berat.

DUGH

Semua anggota keluarga menoleh ke arah suara. Erlando dengan nafas tersengal menonjok tembok rumah sakit itu sampai tangannya terluka.

"Jessica! Nyawa di balas nyawa! Aku sendiri yang akan membalasmu." Ucap Erlando, dengan menyeringai. Tatapan matanya dipenuhi dendam.

Saat ia ingin pergi Bastian dan papih Alarich menahannya. "Jangan Erlan, biar saya yang urus." Ucap papih Alarich.

"Betul... Biar kami yang urus Jessica! Alana membutuhkan mu sekarang." Lanjut Bastian yang masih menahan tubuh besar Erlando.

"Tapi wanita syalan itu sudah mencelakai istriku, pih!" Teriak Erlando yang begitu menyayat hati. Papih Alarich memeluk menantunya itu.

"Bukan kamu saja! Saya juga sakit melihat anak perempuan yang saya sayangi terluka." Papih Alarich mencoba tegar menahan rasa sakitnya. Apa yang di rasakan Erlando pernah ia rasakan dulu. Ketika istrinya berjuang melawan maut.

"Tapi_"

"Alarich benar nak, kamu harus di sini temani Alana. Urusan Jessica biar Bastian dan Evan yang akan mengurusnya." Kali ini omah Winda yang memberi pengertian pada Erlando. Ia membawa Erlando duduk di sebelahnya dan mengelus punggungnya.

Sedangkan Jessica dan Sinta dibawa ke rumah sakit. Vino ikut menemani juga. "Ya Tuhan kenapa jadi seperti ini?" Lirihnya, ia menunggu di luar, sementara dokter masih memeriksa Jessica dan Sinta.

1
Rian Moontero
lanjuuuttt/Determined//Determined/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!