NovelToon NovelToon
Istri Simpananku, Canduku

Istri Simpananku, Canduku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO / Ibu Pengganti
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Fauzi rema

Revana Arnelita...tidak ada niatan menjadi istri simpanan dari Pimpinannya di Kantor. namun kondisi keluarganya yang mempunyai hutang banyak, dan Ayahnya yang sakit-sakitan, membuat Revana menerima tawaran menjadi istri simpanan dari Adrian Wijaksana, lelaki berusia hampir 40 tahun itu, sudah mempunyai istri dan dua anak. namun selama 17 tahun pernikahanya, Adrian tidak pernah mendapatkan perhatian dari istrinya.
melihat sikap Revana yang selalu detail memperhatikan dan melayaninya di kantor, membuat Adrian tertarik menjadikannya istri simpanan. konflik mulai bermunculan ketika Adrian benar-benar menaruh hatinya penuh pada Revana. akankah Revana bertahan menjadi istri simpanan Adrian, atau malah Revana menyerah di tengah jalan, dengan segala dampak kehidupan yang lumayan menguras tenaga dan airmatanya. ?

baca kisah Revana selanjutnya...semoga pembaca suka 🫶🫰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fauzi rema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. Bab 18

Mobil Adrian sudah menunggu. Andrew melambaikan tangan riang ke arah Revana. Maria tersenyum tipis, sementara Gerald hanya mengangguk pelan. Revana membalas dengan sopan sebelum akhirnya mengikuti Adrian menuju mobil.

Begitu pintu mobil tertutup dan kendaraan mulai melaju, suasana hening beberapa detik. Revana menunduk, wajahnya jelas terlihat gusar.

“Pak Adrian… kenapa tadi saya tidak diberi tahu kalau harus bertemu orangtua Bapak? Bapak sengaja jebak saya ya ! Huft....” celetuk revana menahan kesal, kedua matanya melotot ke arah Adrian.

Adrian hanya melirik sebentar, bibirnya terangkat seolah menahan tawa.

“Dijebak? Kamu terlalu dramatis, Revana. Aku hanya memintamu jemput Andrew. Tidak ada yang salah, kan?”

Revana mendengus kasar.

“Ohh.. ternyata… semua ini sudah bapak rencanakan. Saya jadi tidak enak, Pak. Saya hanya sekretaris, bukan siapa-siapa di hadapan mereka.”

Adrian menghela napas santai, lalu memutar stir dengan gaya tenang.

“Justru itu maksud aku, Revana. Aku ingin mereka mengenalmu secara natural. Dan buktinya? Mereka suka padamu. Apa kamu tidak lihat cara Mamaku menatapmu tadi?”

Revana semakin salah tingkah, wajahnya memanas.

“Bapak ini… kenapa sih selalu seenaknya begitu.” Revana cemberut.

Adrian tersenyum lebar, tatapannya menggoda.

“Karena itu kenyataan. Kamu sopan, cantik, kalem… Andrew juga lengket sekali padamu. Aku harus jujur, melihatmu di rumah itu tadi… rasanya kita cocok sekali.”

Revana menatap Adria tegas dan langsung cepat-cepat menyela.

“Bapak ini kepedean sekali.!”

Adrian terkekeh kecil, jelas menikmati sikap ketus Revana.

Adrian berbisik nakal

“Itu kenyataan, Nona Galak. Tapi kalau kamu marah-marah begini, kamu terlihat lebih manis.”

Revana memalingkan wajahnya ke jendela, mencoba menutupi pipinya yang merona.

Dalam hati, ia kesal sekaligus tidak bisa membohongi perasaan hangat yang perlahan tumbuh karena perhatian Adrian.

Mobil melaju melewati jalan kota yang mulai padat. Revana duduk kaku di kursi penumpang, tangannya sibuk menggenggam tas kerja seolah itu tameng. Adrian, di sisi lain, tampak santai sekali menyetir, bahkan sempat bersiul kecil.

Revana berdehem, sebelum memecah hening

“Pak, lebih baik kita membicarakan persiapan rapat nanti. Saya sudah menyiapkan ringkasan data proyek—”

Adrian memotong, melirik dengan tatapan nakal.

“Rapat itu urusan mudah. Aku lebih tertarik membicarakan sesuatu yang lebih rumit. Seperti… bagaimana caranya membuat sekretarisku berhenti bersikap dingin padaku.”

Revana langsung menoleh dengan wajah tak percaya.

“Astaga, Pak Adrian… tolonglah. Jangan bercanda di saat seperti ini.”

Adrian tertawa pelan.

“Aku tidak bercanda. Aku serius. Kamu sadar tidak, Revana? Wajahmu itu selalu berubah-ubah kalau bersamaku. Kadang tegang, kadang galak, kadang salah tingkah… jujur saja, itu menggemaskan.”

Revana menghela napas panjang, mencoba menahan diri.

“Pak… saya ini sekretaris, bukan… bukan seperti apa yang Bapak pikirkan. Tugas saya membantu pekerjaan kantor, bukan dilibatkan dalam hal pribadi seperti ini.”

Adrian tersenyum samar, matanya tetap fokus ke jalan tapi nada suaranya penuh arti.

“Sayangnya, aku tidak bisa memisahkan kamu dari urusan pribadiku. Nyatanya, tadi kamu sudah membuat orangtuaku terkesan. Andrew pun lengket padamu. Bagaimana aku bisa menutup mata dari kenyataan itu?”

Revana terdiam, pipinya terus memanas. Ia memalingkan wajah ke jendela, menatap lalu lintas yang berkelebat.

“Bapak ini… selalu saja mencari cara membuat saya salah tingkah.” gumam Revana pelan hampir tak terdengar.

Adrian mencondongkan tubuh sedikit, ia kembali membisikan kata-kata nakal

“Karena aku suka melihatmu begitu. Itu tanda kalau kamu bukan sekadar sekretaris biasa bagiku.”

Revana langsung tegak, menatap lurus ke depan.

“Pak, cukup! Saya mohon… jangan bicara begitu lagi.”

Namun Adrian hanya tersenyum, tanpa menanggapi serius. Senyum yang membuat Revana semakin gugup, karena ia tahu, pria itu tidak main-main.

Mobil berhenti di basement kantor. Adrian turun lebih dulu, lalu menunggu Revana yang tampak ragu untuk keluar. Dengan santai ia membuka pintu untuknya, membuat beberapa karyawan yang kebetulan lewat saling pandang penuh tanda tanya.

Di lobi, Anton, rekan sekaligus sahabat Adrian. sudah menunggu untuk rapat sore itu. Tatapannya tajam memperhatikan Adrian dan Revana yang berjalan beriringan. Ada keakraban samar di antara mereka yang tak biasa.

“Hm… sekretaris setia ikut juga ya? Kayaknya sekarang kamu susah dilepaskan dari Adrian, ya, Rev?” ucap Anton dengan senyum menyelidik.

Revana hanya menunduk sopan.

“Pak Anton, saya hanya ikut membantu persiapan rapat.”

Adrian terkekeh kecil, menepuk bahu Anton sambil berjalan menuju ruang rapat.

“Sudahlah, jangan ganggu dia. Ayo, waktunya rapat.”

Revana mendengus pelan melihat sikap Adrian dan Anton.

---

Rapat berjalan lancar. Revana sibuk mencatat dan menyiapkan dokumen, sementara Adrian memimpin dengan penuh wibawa. Begitu semua peserta bubar, Anton sengaja menahan Adrian yang baru saja keluar ruang rapat.

Anton menyilangkan tangan, menatap serius.

“Adrian, Aku mau tanya. Sampai sejauh apa hubungan kamu sama Revana? aku lihat ada sesuatu yang beda.”

Adrian terdiam sejenak, lalu perlahan tersenyum samar.

“Kalau kamu mau tahu yang sebenarnya… Secepatnya aku akan menikahi dia.”

Anton langsung terbelalak.

“Apa? kamu serius.? Menikah… jadi istri kedua? Atau gimana ?”

Adrian mengangguk mantap, tatapannya penuh keyakinan.

“Aku serius, Ton. Aku udah pikirkan ini baik-baik. Kamu tau sendiri kan, rumah tangga aku sama Nadya udah hancur dari dulu. aku bertahan cuma karena anak-anak. Tapi sekarang… aku butuh seseorang yang bener-bener bisa selalu di sisiku, yang bisa nerima aku apa adanya. Dan itu ada di Revana.”

Anton terdiam beberapa detik, lalu perlahan senyumnya terbit. Ia menepuk bahu Adrian dengan kuat.

“Gila kamu, tapi aku dukung, Dan. aku memang berhak bahagia. aku juga udah capek lihat kamu pusing terus gara-gara Nadya. Kalau Revana bisa bikin kamu hidup tenang lagi… ya kenapa enggak?”

Adrian menatap sahabatnya dengan rasa lega.

“Thanks, Ton. Dukungan kamu berarti banyak buat aku.”

Anton mengangguk.

“Cuma satu pesan aku… jangan sia-siakan dia. Cewek kayak Revana jarang ada. Dan segera urus perceraian kamu dengan nadya, aku tau itu tidak mudah, karena dia selalu melawan. Tapi aku yakin kalau kamu bisa.”

Adrian tersenyum samar, matanya seolah menyimpan janji yang dalam.

"Iya pasti Ton, aku sudah pikirkan semuanya." jawab Adrian mantap.

⚘️⚘️⚘️

Sudah sepekan penuh rumah besar keluarga Adrian itu sepi. Tidak ada suara Andrew yang berlarian, tidak ada tawa ceria Alesya, bahkan kamar utama tetap kosong setiap malam karena Adrian memilih tinggal di rumah orangtuanya. Namun, Nadya sama sekali tidak terlihat resah. Ia justru bersantai di ruang tamu, duduk dengan piyama satin, sambil memoles kukunya.

Bel berbunyi.

Ketika pintu dibuka, ibunya berdiri di sana dengan wajah khawatir.

Miranti langsung masuk, menatap sekeliling.

“Rumah sepi sekali, Nadya. Mana anak-anakmu? Mana Adrian?kalian baik-baik saja kan?” tanya Miranti

Nadya hanya melirik sekilas, masih asyik dengan kukunya.

“Anak-anak lagi betah di rumah Oma Opa mereka. Adrian juga ikut di sana. Aku sih malah lebih tenang begini. Bisa istirahat, nggak pusing ngurusin mereka.”

Wajah Miranti langsung mengeras. Ia duduk di hadapan Nadya, menatapnya dengan nada penuh peringatan.

“Nadya! Kamu ini istri sekaligus ibu. Jangan terlalu santai begitu! Kalau kamu terus cuek, Adrian bisa saja benar-benar meninggalkan kamu. Kamu pikir gampang kalau sampai dia menceraikanmu? Selama ini hidup keluarga kita banyak ditopang dari dia. Dari rumah tangga kamu dengan Adrian. Kalau itu hancur, bagaimana nasib kita?”

Nadya mendengus, meletakkan botol cat kukunya di meja.

Nadya menatap Ibunya dengan sinis.

“Ibu selalu mikirin soal uang. Hidupku, rumah tanggaku, terserah aku dong. Kalau Adrian mau pergi, biar saja. Aku nggak akan mengemis untuk dia tetap tinggal. Lagi pula… aku punya kehidupanku sendiri.”

Ibunya terkejut dengan sikap acuh itu.

“Nadya… jangan egois begitu. Kamu pikir dunia selalu ada di pihakmu? Suatu saat kamu bisa nyesel kalau Adrian benar-benar lepas.”

Nadya hanya menyandarkan tubuhnya ke sofa, tersenyum tipis penuh keangkuhan.

“Ketakutan ibu terlalu berlebihan, untuk apa Adrian menceraikanku, selama ini hidupnya hanya sibuk di kantor, anak-anak juga sudah besar...dia tak akan pernah berpikiran untuk bercerai dan mencari wanita lain di luar sana, Ibu harus percaya sama aku.”

Perkataan Nadya terdengar masuk akal di telinga Miranti, namun tetap saja dibenaknya menyimpan kekhawatiran.

⚘️

⚘️

⚘️

1
Ma Em
Sudahlah Revana terima saja Adrian dan menikahlah dgn Adrian .
Ma Em
Revana sdh terima saja pemberian Adrian karena kamu emang membutuhkan nya , lbh baik cepatlah halalkan segera hubungan Revana dgn Adrian .
Ma Em
Adrian kalau benar serius dgn Revana segera resmikan hubunganmu dgn Revana jgn ditunda lagi , semoga Revana bahagia bersama Adrian .
Ma Em
Adrian segera resmikan hubunganmu dgn Revana jgn cuma janji 2 doang buat Revana hdp nya bahagia cintai dan sayangi Revana dgn tulus .
Ma Em
Semangat Revana tunjukan pesonamu pada sang calon mertua agar mereka bisa melihat ketulusan dan kebaikan hatimu Revana 💪💪💪
Ma Em
Ya terima saja Revana lamaran Adrian lagian Revana tdk salah2 amat karena emang Adrian sdh tdk bahagia hdp bersama istrinya karena istrinya Adrian tdk mau mengurusi suami juga anak2 nya .
Ma Em
Bagaimana Adrian tdk terpesona sama Revana jika Adrian selalu diperhatikan dan dilayani setiap keperluannya sangat berbeda jauh dgn sikap istrinya Adrian yaitu Nadya yg tdk pernah diperhatikan dan dilayani dgn baik sama istrinya
Ma Em
Pantas Adrian cari perempuan lain yg membuatnya nyaman , dirumah nya selalu dicuekin sama Nadya istrinya dan tdk pernah diurus semua keperluan suami dan anak2 nya .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!