NovelToon NovelToon
SUAMI DADAKAN

SUAMI DADAKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Bercocok tanam
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Khanza hanya berniat mengambil cuti untuk menghadiri pernikahan sepupunya di desa. Namun, bosnya, Reza, tiba-tiba bersikeras ikut karena penasaran dengan suasana pernikahan desa. Awalnya Khanza menganggapnya hal biasa, sampai situasi berubah drastis—keluarganya justru memaksa dirinya menikah dengan Reza. Padahal Khanza sudah memiliki kekasih. Khanza meminta Yanuar untuk datang menikahinya, tetapi Yanuar tidak bisa datang.
Terjebak dalam keadaan yang tak pernah ia bayangkan, Khanza harus menerima kenyataan bahwa bos yang sering membuatnya kesal kini resmi menjadi suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Keesokan paginya Khanza membuka matanya dan melihat Reza yang tidur di sofa.

Reza masih memakai kaos dan sarung yang semalam masih belum ia lepas setelah mengobrol dengan mama.

"Pagi Za, sudah baikkan?" tanya Reza.

Khanza menganggukkan kepalanya dan ia meminta Reza untuk duduk disampingnya.

Reza bangkit dari sofa dan ia langsung duduk di sebelah Khanza.

"Mas, yakin soal kemarin yang tiga bulan?" tanya Khanza.

"Iya, Za. Kalau Yanuar bisa membahagiakan kamu. Aku pergi dari kehidupan kamu." jawab Reza.

Reza tidak mengatakan soal surat yang diberikan oleh Kakek.

Khanza menatap wajah suaminya yang sedang menundukkan kepalanya.

Ingin sekali Khanza memeluk tubuh suaminya, tapi ia masih belum yakin apakah ia mencintai Reza atau masih ada Yanuar dihatinya.

"Mas, boleh aku tanya sesuatu?" tanya Khanza.

"Silahkan, kamu mau tanya soal apa." jawab Reza

"Mas suka sama aku sejak kapan?"

Reza tersenyum tipis saat mendengar perkataan dari istrinya.

"Jujur saja ya, Za. Aku suka sama kamu sejak kamu pertama kali kerja di kantor ku." jawab Reza.

"Suka sama aku dari pertama kali? Tapi, kok nyebelin."

Reza tertawa kecil sambil menatap wajah istrinya.

“Nyebelin itu cuma caraku biar bisa dekat sama kamu, Za. Kalau aku terlalu baik, mungkin kamu nggak akan pernah perhatiin aku.”

Khanza terdiam, hatinya bergetar mendengar ucapan jujur suaminya.

Ia tak menyangka, lelaki dingin yang selama ini selalu membuatnya kesal ternyata menyimpan rasa sejak awal.

"Mas, kenapa nggak bilang dari dulu kalau suka sama aku?" tanya Khanza.

"Bilang ke kamu? kamu saja sama Yanuar," jawab Reza.

Mereka berdua saling pandang, Reza mendekatkan wajahnya ke wajah Khanza.

"Reza, Khanza. Ayo bangun, sudah pagi." ucap Mama sambil mengetuk pintu.

Mereka berdua langsung salah tingkah dan Khanza bangkit dari tempat tidurnya.

Reza membuka pintu kamar dan mengajak istrinya untuk turun kebawah.

Mereka melihat mama, Dessy dan saudara yang lain.sudah berada di ruang makan.

Khanza melihat nasi goreng, telur dadar dan kerupuk yang sudah dimasak oleh Mama.

"Ayo Za, ajak suamimu sarapan dulu." ucap Mama.

Khanza menganggukkan kepalanya dan ia mengambil piring yang kemudian ia isi dengan nasi goreng, telur dadar dan kerupuk.

"Terima kasih, sayang." ucap Reza.

Kemudian Khanza duduk disamping suaminya sambil menikmati sarapannya.

"Khanza, Reza. Terima kasih kalian sudah datang untuk membantu pemakaman kakek. Mama berharap semoga kalian selalu rukun terus sampai maut memisahkan kalian berdua." ucap Mama.

Khanza mengangguk kecil sambil menatap wajah Reza.

Mama mengambil beberapa bungkusan plastik dan rantang untuk mereka berdua.

“Ini lauk dari Mama, buat kalian bawa pulang. Nggak usah masak dulu beberapa hari, biar kalian bisa istirahat.”

“Terima kasih, Ma. Kami pasti akan menjaga diri. Mama jangan khawatir.”

Khanza ikut tersenyum, meski matanya masih sembab.

“Ma, Khanza janji akan lebih kuat. Maaf kalau selama ini Khanza sering ngeyel.” ucap Khanza sambil mencium tangan mamanya.

“Kamu itu masih anak Mama, Za. Tapi sekarang, kamu juga sudah jadi istri Reza. Jangan lupa, patuh sama suami. Mama hanya ingin lihat kalian bahagia.”

Khanza yang mendengarnya langsung memeluk tubuh mamanya.

Setelah selesai sarapan, Reza mengajak istrinya masuk ke kamar untuk bersiap-siap.

"Mas, kita pulang sekarang?" tanya Khanza yang masih berat meninggalkan rumah.

"Iya sayang, Mama meminta kita untuk pulang ke rumah. Mama nggak ingin melihat kamu menangis terus disini." jawab Reza.

Khanza menghela nafas panjang dan mulai memasukkan pakaiannya kedalam koper.

Setelah itu mereka keluar dan berpamitan dengan Mama, Dessy dan keluarga semuanya

"Ma, Khanza masih mau disini." ucap Khanza.

"Kalau libur panjang, kamu masih bisa pulang, Za. Sekarang kamu harus ikut dengan suami kamu pulang."

Reza menggenggam tangan istrinya dan mengajaknya masuk ke dalam mobil.

Setelah itu Reza melajukan mobilnya menuju ke rumah.

Khanza melambaikan tangannya ke arah Mama yang tersenyum kearahnya.

Di dalam mobil Khanza menangis sesenggukan sambil menutup wajahnya.

Reza menggenggam tangan istrinya sambil menenangkannya.

“Za, jangan ditahan sendiri. Menangislah sepuasnya. Aku ada di sini,” ucap Reza lirih.

Khanza menoleh perlahan, matanya merah dan bengkak.

“Mas, aku takut. Kakek sudah nggak ada. Rumah itu… rasanya kosong tanpa beliau.”

Reza menarik napas dalam, berusaha menahan suaranya agar tetap tegar.

“Kakek nggak pernah benar-benar pergi, Za. Doa dan kenangan kalian akan selalu ada. Dan aku janji, aku nggak akan biarkan kamu merasa sendirian.”

Khanza menunduk, air matanya kembali jatuh dan kali ini ia tidak menolak saat Reza menarik tubuhnya, memeluknya erat sambil tetap mengendalikan kemudi.

Di luar sawah-sawah terhampar dan burung-burung beterbangan rendah.

Suasana hening, hanya suara tangisan Khanza dan tarikan napas berat Reza yang terdengar.

Beberapa menit kemudian, tangisan Khanza mulai mereda.

Ia bersandar di bahu Reza, matanya menatap kosong ke luar jendela.

Khanza memejamkan matanya di bahu Reza yang masih menyetir.

Reza menghentikan mobilnya dan membiarkan istrinya tidur terlebih dahulu.

Ia memandang wajah Khanza yang tertidur di bahunya.

Pipinya masih basah karena air mata, bulu matanya menempel karena terlalu lama menangis.

Perlahan Reza mengusap rambut istrinya yang tergerai, lalu membetulkan posisi duduknya agar Khanza lebih nyaman bersandar.

“Za, seandainya kamu tahu betapa berharganya kamu buatku,” gumam Reza pelan hampir seperti doa yang hanya ia dan Allah yang mendengar.

Reza menyandarkan tubuh Khanza yang masih tertidur pulas sambil memasang sabuk pengaman.

Setelah itu ia kembali melajukan mobilnya menuju ke rumah.

Sementara itu di tempat lain dimana Yanuar duduk di kamarnya dengan botol minuman yang hampir kosong di atas meja.

Ia menggenggam erat foto dirinya bersama dengan Khanza.

“Za, kenapa kamu bohongi aku? Kenapa kamu nikah sama bosmu sendiri? Apa kamu benar-benar mencintainya? Atau cuma terpaksa?”

Tatapannya tajam, penuh dendam sekaligus patah hati.

“Aku nggak akan tinggal diam, Za. Aku akan ambil kamu kembali darinya. Kamu masih milikku.”

Yanuar meraih ponselnya, mengetik pesan panjang untuk Khanza.

Ia bangkit dari duduknya dan menunggu di tempat biasa dimana ia dan Khanza bertemu.

Khanza mendengar suara ponselnya yang berdering dan ia langsung membuka matanya.

Ia mengambil ponselnya dan membaca pesan yang dikirimkan oleh Yanuar.

"Siapa, Za?" tanya Reza.

"J-janet, Mas. Mas, aku turun sini saja, ya. Nanti aku lekas pulang." jawab Khanza.

Khanza mengatakan kalau Janet sedang menunggunya di kafe.

"Za, aku antar ya. Kita sudah hampir sampai rumah." ucap Reza sambil menghentikan mobilnya.

Khanza menggelengkan kepalanya dan mengatakan kalau ia hanya sebentar.

"Assalamualaikum, Mas." ucap Khanza sambil mencium tangan suaminya.

"Waalaikumsalam, Za."

Khanza lekas memanggil taksi dan masuk kedalam.

Reza tidak tinggal diam dan mengikuti istrinya dari belakang.

1
Dwi Estuning
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!