Azura Eliyena, seorang anak tiri terbuang. Ibu dan Ayahnya bercerai saat usia Azura masih tiga tahun. Bukan karena ekonomi, melainkan karena Ibunya tak sudi lagi bersama Ayahnya yang lumpuh. Ibunya tega meninggalkan mereka demi pria lain, hidup mewah di keluarga suami barunya. Menginjak remaja, Azura nekat kabur dari rumah untuk menemui Ibunya. Berharap Ibunya telah berubah, namun dirinya justru tak dianggap anak lagi. Azura dibuang oleh keluarga Ayah tirinya, kehadirannya tak diterima dan tak dihargai. Marah dan kecewa pada Ibunya, Azura kembali ke rumah Ayahnya. Akan tetapi, semua sudah terlambat, ia tak melihat Ayah dan saudaranya lagi. Azura sadar kini hidupnya telah jatuh ke dalam kehancuran. Setelah ia beranjak dewasa, Azura menjadi wanita cantik, baik, kuat, tangguh, dan mandiri. Hidup sendirian tak membuatnya putus asa. Ia memulai dari awal lagi tuk membalas dendam pada keluarga baru Ibunya, hingga takdir mempertemukannya dengan sepasang anak kembar yang kehilangan Ibunya. Tak disangka, anak kembar itu malah melamarnya menjadi Istri kedua Ayah mereka yang Duda, yang merupakan menantu Ayah tirinya.
“Bibi Mackel… mau nda jadi Mama baluna Jilo? Papa Jilo olangna tajil melintil lhoo… Beli helikoptel aja nda pake utang…” ~ Azelio Sayersz Raymond.
“Nama saya Azura, bukan Bibi Masker. Tapi Ayah kalian orangnya seperti apa?” ~ Azura Eliyena.
“Papa ganteng, pintel masak, pintel pukul olang jahat.” ~ Azelia Sayersz Raymond.
“Nama kalian siapa?”
“Ajila Ajilo Sales Lemon, Bibi Mackel.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10. ANAK TIRI TERBUANG MENJADI ISTRI TANGGUH DUDA KILLER
Beberapa menit yang lalu.
“Gimana, Joe? Kamu sanggup menikah lagi demi anak-anakmu, kan?” tanya Zander memastikan keputusan adik sepupunya itu yang telah ia anggap seperti adik kandung.
Joeson mengangkat telapaknya, ia menyisir kasar rambut hitamnya. Baginya, situasi ini munculnya terlalu mendadak.
“Apa nggak ada cara lain memenangkan hak asuh anakku selain pernikahan? Atau kita sogok saja pakai uang?” saran Joeson, tapi ia tahu uang saja tak cukup menekan mereka. Ada satu cara yang bisa ia gunakan, yaitu melenyapkan Matthias di muka bumi ini. Tapi itu juga cukup beresiko. Jadi ia harus cari cara yang bisa menjamin masa depan si kembar tak terancam.
Zander menggerakkan kepalanya ke kanan dan kiri, tanda tak ada pilihan lain dari dua pilihan tadi. Menikah atau hak asuh si kembar diserahkan ke keluarga Matthias. Dua pilihan itu adalah syarat yang Arisha tuntutkan ke pengadilan untuk mempersulit Joeson.
“Argh… kenapa hidupku jadi rumit begini!” Joeson menggeram kesal.
“Joe, sebenarnya hidupmu tidak akan rumit jika kamu bersedia menikah lagi. Aku rasa tak ada salahnya cari istri baru, Ibu pengganti untuk anak-anakmu.”
Diberi nasehat itu, tatapan Joeson pun menajam.
“Ck, kamu sih enak, istrimu cinta pertamamu, nggak seperti aku yang cinta pertamaku sudah tiada. Kalau menikah tanpa cinta, apa gunanya hubungan ini?” ucap Joeson mengoceh.
“Joe, kamu tinggal mencintai istri barumu nanti. Kelar, kan?”
“Bicara memang gampang, tapi prosesnya itu mustahil. Aku tak mau membagi cintaku dengan wanita lain. Titik!” sentak Joeson tak terima.
Zander berdiri, sambil berkata, “Kalau begitu, aku tak perlu lagi ikut campur masalahmu. Urus saja sendiri hak asuh anakmu itu dan jangan minta bantuan lagi kepadaku!”
“Tapi, kalau kamu berubah pikiran, kasih tahu aku segera mungkin agar aku mengatur pernikahanmu,” lanjut Zander dan kemudian meninggalkan kamar Joeson.
Setelah Zander pergi dari kamarnya, suasana menjadi sunyi. Joeson tenggelam dalam keheningan sambil memikirkan nasib anak kembarnya. Buah hati berharganya dari mendiang sang istri tercinta.
“Papa…” Sebuah bisikan lirih memecah kesunyian di kamar itu. Joeson menoleh ke samping dengan tatapan murung, namun secepatnya ia tersenyum agar si kembar yang kini berdiri di hadapannya tak melihat kesedihannya.
“Hm, kenapa kalian masuk ke sini? Mau tidur bareng Papa?” tanya Joeson, suaranya sangat lembut pada anak-anaknya.
Azelio dan Azelia serempak menganggukkan kepala. Joeson mengangkat tubuh mereka, menidurkan dengan hati-hati lalu berbaring di tengah-tengah mereka.
“Papa…” bisik Azelia di sisi kanannya.
“Hm, kenapa lagi?” tanya Joeson menatapnya.
“Tadi Jila cempat dengal Om Candel suluh Papa nikah lagi. Apa benal yah?” tanya Azelia, sedangkan Azelio memejamkan mata di sisi kiri Joeson namun telinganya bergerak-gerak, diam-diam menguping.
“Hm, barusan… Papa disuruh nikah biar kalian tetap bersama Papa. Kalau Papa tidak cari Ibu pengganti untuk kalian, Kakek jahat itu akan merebut kalian dari Papa,” jelas Joeson teringat Matthias yang kepribadiannya yang suka semena-mena pada orang lain, bahkan ke anak sendiri.
Mendengar kalimat terakhir sang Ayah, Azelio membuka cepat matanya. Ia beranjak duduk, lalu menolak secepatnya. “Papa, Jilo nda mau pelgi ke lumahna Kakek Mat. Di sana ada nenek lampil paling selem,” mohon Azelio.
“Kalau begitu, Papa sudah putuskan akan menikah lagi.”
Mulut si kembar menganga, terkejut. ‘Nikah lagi?’ Lalu mereka ingin protes tapi tak jadi, mereka teringat pada seseorang.
‘Kita halus minta tolong ke Bibi Mackel!’ batin mereka teringat Azura. Tapi bagaimana caranya mereka hubungi si Bibi Masker jika ponsel mereka sudah diambil oleh Kakeknya? Mereka tak semudah itu diam saja, karena mereka selalu punya ide baru.
Pandangan anak kembar itu kini tertuju ke benda bercahaya di atas meja. Mereka melirik ke Joeson yang sudah menutup mata dan tampak sangat mengantuk.
“Papa!! Papa!!” Mendadak, Joeson membuka mata merasakan badannya digoyang ke kanan kiri.
“Kenapa kalian belum tidur juga?” Tanya Joeson dan sesekali menguap panjang.
“Ihh… Papa bau. Sakit palana Jila.” Azelia dan Azelio mencubit hidung mancung mereka.
“Bau? Masa sih?” Tak percaya, Joeson mengendus ketiaknya sendiri lalu cengengesan. “Papa kayaknya lupa mandi. Kalian tidur saja duluan ya, Papa mau bersihin badan dulu,” ucapnya beranjak, masuk ke kamar mandi setelah menghidupkan saklar lampu kamar tidurnya.
“Yes! Micil peltama belhasil!” seru si kembar melakukan tos. Lalu cepat-cepat mereka mengeluarkan kartu nama Azura yang mereka simpan dalam saku celana tidur. Untuk menghubungi Azura, mereka menggunakan ponsel Ayah mereka.
Dari situlah awal mereka menghubungi Azura. Mereka dengan akal jeniusnya, mengendalikan situasi sebelum melancarkan rencana utama mereka. Dan bodohnya, Azelia lupa tujuannya menghubungi Azura.
“Halo… kenapa kalian diam saja? Kalian tidak apa-apa, kan?” Tanya Azura di seberang panggilan itu.
“Bibi… mau nda besok ketemu Jila?” Azelia akhirnya mengingat tujuannya setelah dibisikan oleh Azelio.
“Ketemu? Untuk apa?” tanya Azura agak penasaran.
“Bibi Mackel, datang aja, ental tau cendili kalo udah sampe di los… losten… apa sih namana? Ah, itu.. lostelan,” jawab Azelia riang meskipun ucapannya tetap salah dan Azelio sekali lagi menepuk jidat. Lama-lama, jidatnya bisa lebar selebar jalan tol mendengar cara bicara adiknya sendiri.
Azura memandangi Leni yang kembali cekikikan. Ia tak tahan melihat sahabatnya itu berbicara dengan seorang balita cadel dan diajak ketemuan. Seperti ajakan kencan oleh pacar bocil.
“Baiklah, kalian kirim alamatnya saja, besok Bibi ke sana,” ucap Azura nurut-nurut saja daripada anak itu menangis. Siapa tahu juga mereka bisa memberitahukan kematian Ayahnya itu benar atau salah.
“Ciap, Bibi Mackel!” ucap Azelia lalu memutuskan panggilan itu, membuat Azura agak kecewa karena ia masih ingin berbicara untuk mengoreksi panggilan mereka.
“Padahal aku sudah kasih nama, kenapa mereka masih saja memanggilku Bibi Masker? Memangnya aku ini power ranger yang sedang menyamar?” gumam Azura bingung lalu menoleh ke Leni yang menjerit sakit perut, akhirnya dia tidur di ranjang Azura. “Ya udah deh, besok saja aku koreksi panggilannya.”
Azura menaruh ponselnya, ia tidur menyamping di sebelah Leni.
Beberapa saat kemudian, Joeson keluar dari kamar mandi dan hanya memakai jubah mandinya. Ia berjalan ke sisi ranjang lalu mengernyit melihat riwayat panggilan tercantum nama Bibi Masker. “Bibi Masker? Siapa ini?” gumam Joeson. Ia duduk di tepi ranjang, melirik sekilas si kembar yang sudah terlelap lalu menghubungi Hansel untuk mencari tahu pemilik nomor itu. Tak disangka, Azelia lupa menghapus riwayat panggilan mereka.
Tak lama menunggu, pesan balasan dari Hansel muncul di layar notifikasinya. Setelah membacanya, Joeson melongo. Ia berdiri sambil menghubungi Hansel. Ia menuntut penjelasan maksud dari balasan Hansel yang mengatakan bahwa si pemilik adalah adik kembar istrinya.
“Han, istriku tidak mungkin punya saudara kembar. Aku yakin hanya istriku satu-satunya yang punya wajah seperti itu. Orang ini pasti sudah melakukan operasi wajah untuk mendekati anak-anakku!” Jelas Joeson langsung berprasangka buruk terhadap Azura.
“Maaf, Tuan Joe, tetapi dari hasil penemuan saya, wanita itu memang saudara kembar istri Tuan. Dia juga orang yang saat ini dicari oleh Tuan Zander. Jika Anda tidak percaya, Anda bisa lakukan tes DNA pada Nyonya Sahira dan wanita itu,” pungkas asisten Hansel yang selalu konsisten menjalankan tugasnya. Asisten paling dipercaya di Raymond Home.
“Kalau begitu, besok kamu ikut dengan saya untuk memastikan wanita itu sendiri!” Titah Joeson lalu menutup teleponnya.
______________
Gimana reaksi mereka bertemu nanti?
Like, komen, subscribe, vote 🌹
pasti lucu tiap ketemu teringat tubuh polos istri nya pasti langsung on
secara dah lama ga ganti oli 😂😂😂
karena klrga joe bukan kaleng3
bapak nymshhidup dn tanggung jawab samaanaj ny, kok malah mauerevut hak asuh.
memang nyari masalah nexh siMatthuas dan Aeishta