Bagi seorang ibu selama khayat di kandung badan kasih sayang pada anak tak akan hilang. Nyawa pun taruhannya, namu demi keselamatan sang anak Suryani menahan rindu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mantan Pengemis Sudah Jadi Pengacara
Adi mendatangi biro yang diminta tolong untuk menemukan ibunnya. Tapi sebuah kejutan besar terjadi.
Orang-orang dibalik biro yang menangani orang hilang itu adalah adalah Firman Cs, anak-anak pengemis yang dulu anak buahnya Kang Jarot.
Tentu saja pertemuan itu jadi semacam riuni. Firman yang lebih tua dari ada dua tahun itu merupakan seorang pengacara yang sudah menyelesaikan S2nya, sedangkan Rivai yang seumuran Adi juga merupakan anak buah Firman juga seorang sarjana hukum. Lalu Gani pun demikian lulus Sarjana hukum membantu Firman di kantornya, sedangkan Idam pun demikian. Mereka empat sekawan dibesarkan oleh orang tua angkat berbeda, namun selalu saja mengadakan pertemuan. Hanya Fery yang paling kecil dulu diantara mereka yang menjadi seorang sarjana Ekonomi dan kini sibuk menjadi ahli waris dari perusahaan orang tua angkatnya. Namun begitu Feri sering mentraktir mereka.
Alangkah bahagianya Adi bertemu dengan kenalan kecilnya. Walau tak sampai begitu lama bersama mereka, namun telah terjalin kebersamaan yang indah dulu, dan mereka saling berjanji untuk saling mencari kelak dewasa.
Rupanya mereka dipertemukan lewat profesi Firman Cs si pengacara yang menangani juga orang hilang.
Pada mereka Adi tak ragu menceritakan semuanya. Dan Firman, Rivai, Idam serta Rivai kompak tak menarik tarif pada Adi.
"Kami akan membantumu sampai ke urusan hukum jika terpaksa terjadi padamu,Di," janji Firman.
"Terima kasih sudah dipertemukan denhan jalian, kini aku tak sendiri," namun begitu ada sedih yang sangat dalam tergambar pada bola matanya. Rasa bersalah yang dalam pada sang Ibu yang harus menebusnya di penjara.
"Tenang Di, kami ada bersamamu. Percayalah jika calon kakak iparmu itu macam- macam padamu, kami tak akan tinggal diam." Janji Firman.
"Terima kasih, ya," sangat terharu Adi akan kesediaan teman temannya itu."Sebenarnya aku belum berniat berkeluarga sebelum bertemu Ibu, tapi calon mertuaku
menginginkan putrinya menikah disaat mereka masih bisa mendampingi nya," memang pernikahan itu desakan pihak orang tua Dila, "Kan aku jadi bingung. Menolak dikira mempermainkan putrinya, padahal aku memang cinta. Ya begitulah ..."
"Kita berserah sajalah. Kurasa ibumu juga senang jika tahu kamu mau menikah. Dapat anak konglomerat lagi," Rivai tertawa.
"Itu kebetulan, karena waktu kenal Dila aku tak tahu keluarganya. Kebetulan Dila nggak glamor. Ya kata calon ayah mertuaku, sih, setelah menikah beliau menyarankan bersama Dila mencari ibuku,"
"Berarti calon mertuamu juga memikirkan Ibumu, Di," sambung Gani.
"Ya mereka ikut prihatin pada Ibuku,"
"Tapi mereka nggak tahu kisah masa lalunya bersama ibumu kan?" Idam menatap Adi.
"Oh nggak,"
"Itu lebih bagus," angguk Gani.
"Tapi namanya kehidupan sesuatu yang ditutupi akan terbongkar juga nantinya," ujar Adi.
"Semoga saja semua akan baik baik saja," harap Rivai.
"Ya semoga," hela napas Adi.
"Ibumu itu sungguh luar biasa. Menahan pilu hatinya membiarkanmu pergi seorang diri. Itu bukan hal gampang" ujar Idam.
"Ya semata mata ingin membebaskanmu dari balas dendam anak mantan majikan kalian," lanjut Gani.
"Ya kelihatannya Tuan muda Yanuar sangat marah pada Ibuku walau Ibu sudah menebusnya di penjara," cerita Adi tentang pertemuannya dengan Yanuar semalam.
Firman tertawa.
Adi menatap Firman heran.
"Kenapa juga kamu sekarang menyebutnya Tuan muda Yanuar, kan sekarang beda, kalian sejajar,"
Adi tersipu, "Biasa jiwa pembantu masih melekat'
Keempat teman lamanya itu menyambutnya dengan tawa.
"Okelah kalau begitu," seru Firman.
"Kamu harus hati hati" ujar Idam
"Secara tak langsung kamu masuk kandang macan," seru Firman,"Tetapi nggak usah takut, hidup kadang memang tak kita duga apa dan siapa yang akan terjadi serta kita temui," ujar Firman bijak.
"Semoga semua lancar,nya, Di"
"Terima kasih kawan- kawan, sungguh pertemuan ini membuatku sangat bersemangat dan tak terlalu cemas seperti sebelumnya terhadap Yanuar,"
"Di,'
Adi menatap Firman.
"Kamu ingat- ingat deh apakah di rumah itu ada cctvnya?"
Adi langsung mengangguk.
"Semua ruangan?"
"Ya" Adi masih ingat kata ibunya semua ruangan ada cctvnya.
"Adi jangan telanjang cepat pakai baju dan celananya, tuh ada cctv nanti kerekam dan malu dong'" saat itu Adi kedinginan setelah mandi berlari telanjang mencari ibunya di ruang tengah.
Adi mengikuti telunjuk ibunya. Ada bulatan warna putih dan hitam di sudut ruangan.
"Ya ada pastinya aku ingat" angguk Adi.
"Berarti ada yang menyembunyikan rekaman cctv itu," ujar Firman.
"Mungkin Yanuar,' tebak Idam.
"Ya siapa lagi," lanjut Rivai.
Tiba tiba Adi ingat dengan istri Tuan Sunyotonya.
"Tuan punya istri tapi kata Ibu istri Tuan ada di Vila. Nyonya sedang sakit stroke,"
"Wah mungkin di Nyonya itu yang menyembunyikan rekaman cctvnya karena rekaman itu bisa untuk mempertimbangkan hukuman ibumu, Di," ujar Gani.
"Itu aib makanya mereka sembunyikan dan berdalih ibumu yang membunuh," ujar Gani.
'Bisa jadi," angguk Firman.
"Kita harus bertemu Ibu Sipir Penjara. Di sana pasti ada foto ibumu, bagaimana kami bisa bekerja jika main tebak seperti apa ibumu, Di," mengangkat kedua bahunya firman.
Ibu Sipir penjara menerima kedatangan Adi dan para Pengacara yang merangkap sebagai detektif pencari orang hilang itu, dengan penuh haru.
Betapa Adi ingin bertemu ibunya hingga melibatkan empat orang yang kompeten di bidangnya.
"Di persidangan Ibu Suryani telah dituduh membunuh majikannya berdua anaknya, Karena saat diperiksa di laboratorium ada sidik jari anak kecil. Tapi Ibu Suryani mengatakan anaknya tak terlibat. Karena anaknya menyentuh pajangan yang pecah itu saat sudah tergeletak di lantai."
Meninggalkan penjara mereka mengantongi foto Suryani. Baik waktu pertama kali masuk dan saat sudah beberapa tahun di dalam penjara, mau pun foto terbaru saat menandatangani kebebasannya.
"Maafkan saya karena tak memberi beritahukan dimana Ibu Suryani berada," batin Sipir penjara.
Berpisah dengan teman temannya Adi terpekur seorang diri memandang tiga foto ibunya dalam tiga usia yang berbeda
Waktu pertama masuk penjara ibunya lebih kurus dari saat ditinggalkannya dulu.
Beberapa tahun di penjara ibunya turun drastis berat badannya. Mungkin sangat sedih dan tersiksa perasaannya, batin Adi.
Dan saat jelang bebas hukuman, sepasang mata ibunya cekung badannya kurus.
"Ibu dimana sekarang?" Diciumnya foto ibunya satu persatu. Ah rasanya tak sanggup menjalani hari bahagia tanpa sang ibu.
Tubuh ibunya yang kurus. Sepasang matanya cekung menggambarkan betapa jiwa ibunya sangat tersiksa.
Ya tahu pasti ibunya sangat memikirkan dirinya. Sangat merindukannya. Seperti juga dirinya yang sangat merindukan sosok perempuan yang menyayanginya teramat sangat.
Perpisahan itu telah memutus kasih sayang secara fisik. Tapi tetap tersimpan dalam dirinya kenangan bersama ibunya. Perhatian dan betapa ibunya berjuang demi bisa membiayainya.
Terbayang saat ia harus meninggalkan ibunya. Adi kecil yang terpaksa dilepas ke dunia luar yang penuh onak dan duri. Tapi semua itu demi menyelamatkannya dari amukan anak majikannya. Juga dari hukum yang kemungkinan juga akan menempatkannya di lapas anak anak nakal.
Seorang anak umur tujuh tahun membunuh. Pasti sangat menggegerkan. Tapi ibunya telah merengkuh semua apa yang dilakukannya. Menggantikannya pasang badan.
"Ibu betapa Ibu menderita batin di penjara selama dua puluh tahun lebih. Ibu sehat ya Bu," dan air mata Adi tak bisa berhenti menetes.
"Ya Allah pertemukan hamba dengan perempuan mulia itu. Lindungi Ibu hamba ya Allah," bak anak kecil Adi terseduh.
Bayangan masa ke kecilnya bersama sang ibu begitu membayang.Bak memutar sebuah film yang begitu penuh kenangan.
Seperti halnya Adi di kamar tempatnya istirahat Suryani pun menangis mengenang masa kecil Adi anak yang kini sudah dewasa dan tak mungkin diakuinya, karena statusnya menantu sang majikan. Selain itu demi keselamatan Adi karena Yanuar masih menaruh dendam pada permata hati yang entah sampai kapan bisa dipeluknya untuk melepas rindu yang begitu dalam.