NovelToon NovelToon
DiJadikan Budak Mafia Tampan

DiJadikan Budak Mafia Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Mafia / Balas Dendam / Lari Saat Hamil / Berbaikan / Cinta Terlarang / Roman-Angst Mafia
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: SelsaAulia

Milea, Gadis yang tak tahu apa-apa menjadi sasaran empuk gio untuk membalas dendam pada Alessandro , kakak kandung Milea.
Alessandro dianggap menjadi penyebab kecacatan otak pada adik Gio. Maka dari itu, Gio akan melakukan hal yang sama pada Milea agar Alessandro merasakan apa yang di rasakan nya selama ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SelsaAulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Milea dan Gio duduk bersebelahan di meja makan yang luas, seperti biasa ruangan itu terasa sunyi, dipenuhi oleh ketegangan yang tak terucapkan.

Keheningan yang mencekam, dipenuhi oleh aura dingin yang tak terlihat, namun terasa menusuk.

Tiba-tiba, suara sepatu hak tinggi memecah keheningan itu.

Gisela muncul, langkahnya anggun, menunjukkan kepercayaan dirinya yang tinggi. Ia mendekati meja makan, senyumnya merekah, mencoba untuk terlihat ramah dan bersahabat.

"Gio," sapa Gisela, suaranya lembut, namun menyimpan kekuatan terselubung.

"Duduklah, kita makan bersama," jawab Gio, suaranya datar, tanpa menunjukkan sedikitpun perubahan emosi.

Ia tetap fokus pada makanannya, mencoba untuk bersikap biasa saja, seakan kehadiran Gisela tak berarti apa-apa baginya.

"Oh, hai," Gisela mengulurkan tangannya ke arah Milea. "Perkenalkan, aku Gisela, teman Gio."

"Milea," jawab Milea singkat, suaranya dingin, tanpa menunjukkan sedikitpun rasa senang.

Ia menerima uluran tangan Gisela, jabat tangan singkat, tanpa ada kehangatan sedikitpun. Tatapannya tajam, menembus jiwa Gisela, menunjukkan ketidaksukaannya yang terselubung.

Gisela duduk dengan tenang di seberang Milea, senyum manis masih terukir di wajahnya. Ia berpura-pura baik-baik saja, menutupi perasaan cemburu dan dendam yang membara di dalam hatinya.

Pertempuran sesungguhnya baru saja dimulai. Ia tak akan tinggal diam melihat pria yang dicintai nya selama ini memiliki wanita lain.

"Ada apa dengan wajahmu? Tersenyumlah pada Gisela, dia temanku," tegur Gio, suaranya sedikit meninggi, menunjukkan ketidaksukaannya pada sikap dingin Milea. Ia merasa terganggu dengan ketegangan yang tercipta di antara Milea dan Gisela.

Milea menatap Gio dengan tatapan tajam, tatapan yang penuh dengan amarah dan kesedihan. Ia tak mampu menyembunyikan perasaannya, perasaan yang terluka oleh sikap Gio yang acuh tak acuh.

"Aku sudah kenyang," kata Milea, suaranya pelan, namun tegas. Ia berusaha untuk berdiri, ingin meninggalkan meja makan itu, menghindari perselisihan yang semakin memanas. "Kalian makan saja."

"Duduk!" Gio memotong ucapan Milea, suaranya keras, menunjukkan kekuasaannya. "Aku belum mengizinkanmu pergi. Apa kau lupa…"

"Ya, aku ingat!" potong Milea lagi, suaranya sedikit gemetar, menahan amarah yang hampir meledak. Ia kembali duduk, menuruti perintah Gio, meski hatinya penuh dengan kekecewaan.

Gisela mengamati semuanya dengan senyum licik di bibirnya. Perselisihan antara Gio dan Milea membuatnya senang.

 Ia berhasil menciptakan keretakan di antara mereka. Rencananya berjalan dengan lancar. Ia akan terus memainkan perannya, memperkeruh suasana, hingga akhirnya ia bisa mendapatkan apa yang diinginkannya.

Senyum kemenangan terukir di wajahnya, menunjukkan ambisi dan kelicikannya. Perang belum berakhir. Ini baru permulaan.

*

*

*

Mentari pagi menyinari halaman rumah megah itu. Di ambang pintu utama, Gisela berdiri, suaranya lembut namun tegas, "Gio, aku akan memeriksa adikmu terlebih dahulu."

Gio, yang telah siap dengan pakaian dan sepatu rapi, hanya bergumam, "Hmm, terima kasih."

Tatapan Gisela menangkap kesiapan Gio. "Apa kau akan pergi?" tanyanya, nada suaranya sedikit waspada.

"Ya, ada pekerjaan di luar," jawab Gio singkat, nada bicaranya datar, tanpa emosi.

"Baiklah, hati-hati di jalan," pesan Gisela, sebuah kekhawatiran tersirat dalam suaranya.

Gio hanya mengangguk, lalu masuk ke dalam mobil mewahnya. Mesin mobil berdengung, membawanya menjauh dari mansion megah itu, meninggalkan Gisela sendiri.

Langkah kaki Gisela membawanya menuju paviliun yang terletak di sudut halaman. Di dalam, Berlin terbaring lemah di ranjang

Gisela mendekat, raut wajahnya dipenuhi dengan penyesalan yang terselubung.

"Maaf, Berlin," bisiknya, suaranya bergetar. "Aku harus melakukan ini padamu. Ini hanya sementara, dan tak memiliki efek berbahaya."

Dengan tangan yang gemetar, Gisela menyuntikkan cairan bening ke dalam infus Berlin.

Beberapa menit kemudian, tubuh Berlin menegang, kejang-kejang hebat mengguncang tubuhnya.

Gisela, dengan cepat mengambil ponselnya. Ia merekam momen mengerikan itu, wajahnya pucat pasi. Setelah itu, ia menghubungi Gio, mengirimkan video tersebut sebagai bukti.

Kegelapan menyelimuti hati Gisela, terbebani oleh beban rahasia yang berat. Apakah tindakannya ini benar? Hanya waktu yang akan menjawabnya.

"Ada apa?" tanya Gio, suaranya terdengar tegang, diselingi deru mesin mobil yang melaju kencang.

"Lihat rekaman yang aku kirim padamu," jawab Gisela, suaranya bergetar, dipenuhi kepanikan yang tak terbendung, "Kalau bisa, kembali lah secepat mungkin!" Kalimat terakhirnya seperti sebuah perintah, diwarnai desakan yang memaksa.

Panggilan terputus. Gio menepikan mobilnya dengan gerakan yang hampir tak terkendali. Jantungnya berdebar-debar tak menentu.

Dengan tangan gemetar, ia membuka pesan dari Gisela. Video itu mulai terputar, menampilkan adegan yang membuatnya tersentak kaget. Tubuh Berlin yang terkulai lemas, kejang-kejang hebat mengguncang tubuh mungilnya.

Sebuah amarah membara membakar dadanya. Tanpa berpikir panjang, Gio membanting stir, mobilnya berputar dengan cepat, meninggalkan jalan raya utama.

Ia harus kembali ke mansion, kembali kepada adik kesayangannya, Berlin. Setiap detik seperti tahun, kecemasan menggerogoti jiwanya. Ia harus segera sampai di sana.

*

*

*

Sesampainya di mansion megah itu, Gio tak mampu lagi mengendalikan langkahnya. Ia berlari, menuju paviliun tempat Berlin dirawat.

"Paman!" Seruan Dominic memecah kesunyian, suara riang bocah itu beradu dengan debar jantung Gio yang bergemuruh.

Namun, Gio tak menghiraukannya. Bayangan adiknya yang terkulai lemas masih menghantuinya. Ia menerobos melewati Dominic, mata hanya tertuju pada pintu kamar berlin

"Bagaimana keadaan Berlin?" Pertanyaan itu terlontar dari bibir Gio, suaranya tercekat oleh kepanikan yang mencekam. Matanya memerah, menahan gejolak amarah yang siap meledak.

Gisela, dengan wajah sendu yang tak mampu menyembunyikan kesedihannya, menjawab, "Sekarang sudah membaik. Aku langsung menanganinya."

"Kenapa bisa begini?!" Suara Gio meninggi, nada suaranya bergetar, mencerminkan amarah yang tak terbendung.

Gisela, dengan tenang—sebuah ketenangan yang tampak dipaksakan—menjelaskan, "Aku tidak tahu. Keadaannya semakin memburuk, Gio. Adikmu butuh pemantauan 24 jam agar bisa menjamin keselamatannya." Kalimatnya terdengar meyakinkan, namun sebuah kegelisahan tersirat di balik senyum tipisnya.

Gio terdiam sejenak, mencoba menenangkan diri. Lalu, dengan suara yang lebih tenang namun tetap serius, ia bertanya, "Apa kau bisa menjaganya 24 jam?"

"Tentu," jawab Gisela, suaranya mantap. "Dia pasienku."

Sebuah tawaran yang terdengar seperti perintah keluar dari bibir Gio, "Jagalah dia. Tinggallah di mansionku. Aku akan menjamin hidupmu dan juga keluargamu."

Gisela tersenyum, sebuah senyum yang menyembunyikan kegembiraan yang membuncah di hatinya. "Tidak perlu berlebihan, Gio. Aku melakukan ini tulus untuk Berlin," jawabnya, suaranya lembut, menutupi ambisi yang terpendam. Ia berhasil. Ia telah memasuki mansion itu, lebih dari sekadar seorang dokter.

"Baiklah," kata Gio, suaranya tegas. "Mulai sekarang, tinggallah di mansionku. Nanti siang aku akan memerintahkan beberapa pengawal untuk membantumu mengemasi barang-barangmu di rumah untuk dibawa ke sini."

Gisela mengangguk, wajahnya tetap tenang, menutupi rasa girang yang hampir membuatnya melompat kegirangan. Rencananya berhasil. Ia telah berhasil memasuki mansion itu.

1
it's me NF
lanjut... 💪💪
Siti Hadijah
awalnya cukup bagus,, semoga terus bagus ke ujungnya ❤️
SelsaAulia: terimakasih kaka, support terus ya ☺️❤️
total 1 replies
Elaro Veyrin
aku mampir kak,karya pertama bagus banget dan rapi penulisannya
SelsaAulia: terimakasih kaka
total 1 replies
Surga Dunia
lanjuttt
Theodora
Lanjut thor!!
Surga Dunia
keren
Theodora
Haii author, aku mampir nih. Novelnya rapi enak dibaca.. aku udah subs dan like tiap chapternya. Ditunggu ya update2nya. Kalau berkenan mampir juga yuk di novelku.
Semangat terus kak 💪
SelsaAulia: makasih kakak udh mampir 🥰
total 1 replies
✧༺▓oadaingg ▓ ༻✧
karya pertama tapi penulis rapi bget
di tunggu back nya 🥰
SelsaAulia: aaaa.. terimakasih udah mampir☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!