Clarissa, yang terikat oleh sistem terpaksa harus menjalani dua kehidupan lagi agar dia bisa mati dengan tenang.
Setelah dalam kehidupan sebelumnya, suskses sebagai wanita karir yang dicintai oleh keluarga dan semua orang, kini dia terlempar ke jama di era 80 an yang terlahir sebagai bayi dari keluarga buruh tani miskin yang tinggal di desa Sukorejo.
Misi kali ini adalah mengentaskan keluarganya dari kemiskinan dan menjadi wanita suskse seperti sebelumnya.
Mampukah Clarissa yang kini bernama Lestari,seorang bayi dengan otak dan pemikiran wanita dewasa,yang sudah pernah jatuh bangun dalam menjalankan usahanya mampu menyelesaikan misinya?
Kehidupan di era 80 an tidaklah mudah, keterbatasan alat dan juga masih tingginya praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) membuat hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Lestari yang dalam kehidupan sebelumnya banyak ditunjang oleh kemajuan teknolgi dan percepatan informasi.
Penasaran...
ikuti terus kisa Lestari dalam cerita ini!
HAPPY READING...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OPERASI SENYAP
Setelah masalah Jumilah didesa Sukorejo berhasil diatasi kini tiba waktunya bagi Poltax dan kawanannya diringkus.
Poltax yang sempat galau seharian kini pada akhirnya memutuskan untuk menjalankan rencana keduanya sehingga merekapun memulai aksinya pada sore hari, ketika Anton dan Sulastri pergi keacara pernikahan tetangganya sementara Arjuna jam segitu belum kembali dari perusahaannya.
Tari yang sudah mengetahui keputusan Poltax, segera bangun dan memanggil ibunya dengan cara menjerit keras, membuat Srikandi yang ada didapur segera masuk kedalam kamar dengan panik.
“Ada apa sayang? Apa ada yang tidak nyaman?”, tanya Srikandi sambil memutar tubuh Lestari untuk melihat apa ada luka yang membuat bayinya itu menjerit kesakitan.
“Tidak ibu, aku tadi menjelit untuk memanggil ibu agal datang kekamal kalena aku masih belum bisa lancal bejalan untuk mencali ibu”, jelas Tari.
Srikandi menghembuskan nafas lega mendengar penjelasan putrinya. Diapun segera duduk disamping Tari untuk mendengar apa yang ingin bayinya itu katakan.
“Ibu, pala penculik itu telah belgelak. Ibu sebaiknya segela menghubungi teman kakek agal lencana meleka bisa segela dijalankan”, ucap Tari.
Srikandi yang sepenuhnya percaya kepada bayinya pun segera keluar dari kamar menuju meja telepon yang ada diruang keluarga.
Dengan cepat, jarinya yang lentik memutar tombol telepon sesuai dengan nomor yang ayahnya tinggalkan dibuku catatan samping telepon.
“Hallo...”
Begitu tersambung dan suara Guntur terdengar, Srikandi pun segera memperkenalkan diri dan mengutarakan maksud tujuannya menghubungi teman ayahnya itu.
Guntur yang mendengar kabar jika Poltax mulai bertindak segera mengistruksikan anak buahnya yang memang sudah berada dibeberapa titik kediaman Srikandi untuk waspada.
Sesuai dengan saran dari Anton yang mendapatkan petunjuk dari Tari, Gunturpun merubah sedikit strateginya.
Beberapa anggota menyelinap masuk kebagian belakang halaman melalui rumah yang berada tepat dibelakang kediaman Anton dimana ada tangga sudah disiapkan disana sehingga tak menimbulkan kecurigaan dari luar.
Begitu masuk kehalaman belakang, para anggota pun segera berpencar dan bersiap diposisinya masing-masing.
Poltax dan anggotanya sama sekali tak tahu jika aksi mereka sudah terendus. Didepan rumah sama sekali tak ada pergerakan. Bahkan penjual bakso dan pemulung yang biasanya lewat juga tidak ada sehingga kondisi jalan didepan rumah Srikandi sangat sepi saat ini sehingga memudahkan bagi mereka untuk beraksi.
“Bagaimana situasinya?”, tanya Poltax.
“Aman bos”, jawab anggotanya.
“Bagus, jalankan sesuai rencana”, perintahnya.
Begitu isntruksi dibuat, para anggota Poltax pun mulai bergerak. Mereka berjalan seperti orang biasa pada umumnya sambil sesekali menoleh untuk memastikan kondisi aman.
Setelah memastikan aman dan tak ada yang mencurigai gerak-gerik mereka keduanya pun segera meloncat masuk setelah menaiki pagar rumah.
Satu orang segera membuka gerendel pagar dan satu lainnya mengintip dari balik jendela sambil mengeluarkan pisau belati dari saku celananya.
Tok tok tok...
Mendengar pintu diketuk, Srikandi yang pura-pura tertidur detak jantungnya berdebar sangat kencang.
Meski Tari sudah memastikan jika mereka akan selamat, namun menyadari para penculik mendatangi rumahnya ketika sedang tak ada orang dirumahnya, hatinya tetap merasa cemas dan diapun segera memeluk bayinya dengan erat.
“Tak apa bu. Semua sudah paman lencanakan dengan baik”, ucap Tari berusaha membuat ibunya tenang.
“Ya, ada anggota kepolisian disini dan ada Tari. Tak akan ada hal buruk terjadi”, Srikandi mencoba mensugesti dirinya dengan pikiran positif.
Setelah mengetuk pintu beberapa kali dan tak melihat ada pergerakan didalam setelah diintip dari kaca jendela, kedua anak buah Poltax itupun perlahan mulai membuka pintu menggunakan kawat yang dimasukkan kedalam kunci.
Ceklek,
Begitu pintu terbuka, keduanya berjalan mengendap-endap dalam rumah yang sangat sunyi. Keduanya pun segera memasuki beberapa kamar dilantai satu tanpa tahu jika sudah ada orang yang menunggu mereka disana.
Bugh!
Satu pukulan membuat keduanya pingsan didalam dua kamar berbeda. Dengan cepat merekapun segera melepaskan pakaian anak buah Poltax dan diserahkan kepada anggota polisi yang memiliki tubuh yang sama dengan para penjahat tersebut sebelum mengikat keduanya dalam kondisi hanya memakai pakaian dalam saja.
Selanjutnya, mereka segera memanggil seorang polwan yang memakai pakaian dan berdandan mirip Srikandi sambil membawa boneka yang dia gendong dalam selendang, seperti yang biasa adik Arjuna itu lakukan ketika membawa Tari keluar rumah.
Begitu selesai bersiap, satu anggota yang melihat mobil van hitam dengan kaca gelap berhenti diluar halaman segera mengistruksikan keduanya untuk keluar sambil membawa Srikandi yang kedua matanya telah mereka tutup rapat dan diarak menuju mobil.
Melihat kedua teman dan target mereka telah masuk kedalam mobil, tanpa curiga rekan mereka segera memacu kendaraan menuju tempat dimana Poltax dan kawananannya menunggu.
Begitu mobil melaju, beberapa anggota yang sudah berada diatas motor pun siap membuntuti sambil mengkode beberapa anak buah mereka sepanjang perjalanan yang mereka lalui.
Untungnya, selama perjalanan sang supir tak mengajak keduanya berbincang. Hal ini tentu saja sangat menguntungkan sehingga penyamaran mereka pun bisa hingga tiba ditempat yang mereka duga sebagai tempat persembunyian Poltax.
Begitu tiba di sebuah bangunan tua yang sudah bobrok di kawasan yang cukup jauh dari pemukiman warga, melihat mobil van berhenti para anggota yang juga sudah tiba dilokasi segera bergerak mengepung rumah tersebut, memastikan tak ada jalan keluar bagi Poltax dan anak buahnya untuk kabur.
Poltax yang tak tahu jika dia sudah dikepung tampak puas melihat wanita yang mirip dengan Srikandi sambil mengendong bayi datang dengan dua anak buah yang ditugaskan untuk menculik keduanya.
Para anggota yang ingin bergerak masuk kedalam dan membekuk Poltax setelah memastikan jika pria dengan tubuh penuh tato didalam ruangan memang benar-benar buronan yang sudah beberapa bulan ini mereka cari menghentikan aksinya ketika melihat sebuah sepeda motor datang mendekat.
Samsul dan Bogang datang setelah mendapat kabar jika Srikandi dan anaknya berhasil diculik karena dia ingin segera menghubungi Arjuna untuk meminta tebusan besar sebagai ganti keselamatan adik dan keponakannya.
Meski tak terlalu dekat, namun Samsul cukup hafal wajah dan bentuk tubuh Srikandi sehingga dia sedikit memicingkan matanya curiga jika anak buah Poltax salah menculik orang begitu dia melihat wanita yang mengendong bayi didepannya.
“Buka penutup matanya, aku ingin lihat apakah wanita ini benar-benar Srikandi”, ucap Samsul tajam.
Poltax yang mendengar ucapan Samsul seketika merasa ada hal yang tak beres tengah terjadi. Tapi sebelum dia sempat beraksi, salah satu polisi yang menyamar sebagai anggota Poltax yang menculik Srikandi, merasa jika pria yang datang tampaknya mencurigai penyamaran polwan disampingnya pun segera memberi kode kepada rekan-rekannya diluar sehingga sebelum semua orang tersadar, semua anggota sudah bergerak masuk sambil menodongkan pistol.
“Anda sudah kami kepung! Cepat angkat tangan!”, teriak salah satu anggota lantang.
Poltax, Samsul dan Bogang yang hendak melarikan diri pun ditembak betisnya hingga jatuh tersungkur dan tak bisa lagi melarikan diri.
Begitu pentolan penjahat berhasil dilumpuhkan, dengan mudah anggota kepolisian pun menangkap anggota Poltax yang ikut kabur bersamanya, melarikan diri dari kejaran polisi selama ini.
Srikandi yang mendengar dari suara hati Tari jika Poltax telah ditangkap pun merasa sangat lega karena badai ini telah berhasil mereka lalui dengan baik.
jahat banget ya tu orang katanya mau meringankan padahal dia mau uang tuk sendiri...
hayu anak2 buat budhemu kelimpungan...bair nyahok
tp siapa tu yg nguping di balek pohon ya