Selama ini Amara memberikan kehidupannya kepada Dion dan mengabdikan diri sebagai istri yang sempurna. sudah 3 tahun sejak pernikahan tidak ada masalah pada rumah tangga. namun fakta lain membuat hati Amara begitu teriris. Dion berselingkuh dengan seorang wanita yang baru ia kenal di tempat kerja.
Amara elowen Sinclair berusia 28 tahun, wanita cantik dan cerdas. Pewaris tunggal keluarga Sinclair di london. Amara menyembunyikan identitasnya dari Dion Karena tidak ingin membuat Dion merasa minder. mereka menikah dan membina rumah tangga sederhana di tepi kota London.
Amara menjadi istri yang begitu sempurna dan mencintai suaminya apa adanya. Tapi saat semuanya terungkap barulah ia sadar ketulusannya selama ini hanyalah dianggap angin lalu oleh pria yang begitu ia cintai itu.
Amara marah, sakit dan kecewa. ia berencana meninggalkan kenangan yang begitu membekas di sisa sisa hubungan mereka. akankah Amara dapat menyelesaikan masalahnya?....
ikuti terus ya guysss
selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 4
Amara menatap ponselnya lama sambil menahan sesuatu yang bergemuruh di dalam dadanya. Pesan foto masuk di ponselnya dari nomor seseorang yang ia suruh untuk memata matai Dion. Dion terlihat berbelanja barang barang mewah bersama seorang wanita di sebuah mall. Ia juga melihat Dion merangkul mesra wanita itu masuk ke dalam hotel.
" Selidiki siapa wanita itu." pesan terkirim pada sebuah nomor yang baru saja mengirimkan foto foto Dion bersama wanita selingkuhannya.
" Dion, mengapa kamu tega mengkhianati cinta suci kita." gumam Amara penuh sesal.
" Sayang."
Dion datang dan duduk tepat di samping Amara yang sedari tadi berada di atas ranjang. Amara meletakkan ponselnya dan menarik nafas panjang.
" Ini sudah menjelang siang saatnya makan. Aku sudah menyiapkan semuanya jangan mengurung diri terus di kamar." ucap Dion dengan nada lembut.
Amara mengangguk dan mencoba mengikuti semua perkataan Dion. Meskipun kata kata yang keluar dari mulut Dion terdengar menjijikan, namun Amara tetap menahan diri dan tidak ingin gegabah. Ia perlu mengumpulkan bukti yang kuat mengenai perselingkuhan yang dilakukan Dion agar dirinya bisa lepas sepenuhnya dari pria itu.
Amara bangkit dan berjalan keluar kamar. Sementara Dion merasa ada yang berbeda dengan sikap Amara.
" Apa dia mulai curiga padaku? "
Dion merasa khawatir dengan perubahan sikap Amara.
Dion memutuskan untuk menyusul Amara yang saat ini sudah berada di ruang makan.
Sesampainya di meja makan, Dion melihat Amara sudah menyantap makanannya tanpa menunggu kedatangannya. Sementara selama ini Amara tidak akan mulai makan jika Dion belum makan duluan. Dion semakin merasa janggal.
" Sayang, kenapa tidak menungguku?. Biasanya kamu selalu menunggu ku makan duluan."
" Memangnya aku tidak boleh makan duluan?. Aku sudah lapar." jelas Amara singkat tanpa memandang wajah Dion.
" Bukan begitu sayang, tapi sikapmu hari ini sangat berbeda. Apa karena aku meninggalkan mu tadi malam. Aku bekerja semalaman demi kamu sayang jangan marah lagi ya." Dion mengecup lembut pipi Amara lalu menggenggam tangan wanita yang sudah bersamanya selama tiga tahun itu.
" Aku hanya lelah mengurus rumah setiap hari. Aku butuh liburan sejenak apa kamu bisa beri uang padaku. Hari ini aku berencana pergi ke salon dan belanja pakaian baru." ucap Amara. Kini ia meletakkan sendok makannya dan fokus berbicara. Ia ingin melihat apakah Dion akan menuruti kemauannya sama seperti selingkuhannya atau tidak.
Dion terkejut mendengar ucapan Amara. Selama ini Amara tidak pernah meminta apapun pada nya terlebih untuk hal hal seperti yang dikatakan barusan. Amara selalu berhemat dan memanfaatkan uang untuk kebutuhan rumah. Tapi sekarang dia meminta sesuatu yang selama ini tidak pernah ia minta. Dion panik karena semua uang tabungan mereka sudah ia berikan pada Vanya. Semalam Vanya membeli tas branded dan perhiasan sebelum mereka masuk ke hotel.
" Sayang. begini, aku sekarang sedang tidak punya uang kamu tahu sendiri kan kemarin ibu minta uang buat lunasin hutang hutangnya. Jadi semua uang yang ada di tabungan aku serahkan pada ibu."
Amara sudah bisa menebak jika Dion menghabiskan semua uangnya untuk membeli barang barang mewah pada wanita simpanannya. Sementara Amara tahu berapa penghasilan Dion selama ini. Pasti dia sudah menghabiskan semua uangnya. Dan sekarang pria itu semakin licik dengan menuduh ibunya sebagai kambing hitam. Tapi Amara memilih untuk menahan diri dan mengikuti alur permainan Dion.
"Kamu memberikan semua uang tabungan pada ibu. Bukannya kamu bilang ibu sudah berhenti berjudi sejak satu tahun yang lalu?." tanya Amara dengan ekspresi penasaran.
" Ibu sudah kembali berjudi dan kalah. Dia memiliki hutang sebanyak 200 juta jadi aku membantu ibu dulu. Tapi aku janji akan memberikanmu uang saat sudah gajian." ucap Dion menjelaskan.
"semoga kamu percaya Amara. Uang tabungan itu sebenarnya aku berikan pada Vanya bukan pada ibu."
Amara tersenyum hambar sambil melipat tangan di dada. " Aku baru sadar ternyata komunikasi kita sangat buruk. Apa kamu tidak menganggap aku sebagai istri sehingga hal seperti itu tidak di diskusikan dulu?."
Dion merasa heran dengan sikap Amara yang terlihat tegas. Biasanya Amara hanya akan mengiyakan dan menyetujui semua perkataannya. Tapi sekarang Amara seperti orang yang berbeda.
" Bukan seperti itu sayang, tapi ini keadaan terdesak jika aku tidak segara membantu ibu dia akan celaka. Dia bisa masuk penjara." ucap Dion.
" Seharusnya jika ibu di penjara bukannya bagus agar ibu sadar dan jera." ucap Amara.
" Amara kenapa kamu berkata begitu. Dia ibuku, aku wajib berbakti padanya!." Emosi Dion membuncah saat mendengar ucapan kejam Amara.
" Berbakti?." ucap Amara singkat. Ia bangkit dan meninggalkan Dion begitu saja.
" Amara!." panggil Dion namun Amara tak menggubrisnya.
" Dia benar benar berbeda." gumam Dion dengan ekpresi penasaran dan khawatir.
.
.
Clarissa Huntington adalah orang kepercayaan keluar Sinclair. Dia sudah mengabdi selama 25 tahun pada keluarga Sinclair. Ia juga sudah berada di keluarga Sinclair dari Amara kecil. Dia salah satu orang yang masih berkomunikasi baik dengan Amara. Bahkan orang yang me mata matai Dion adalah suruhannya karena Amara memintanya melakukan itu. Ia sudah berjanji pada Amara untuk merahasiakan hubungan mereka dari orang tua Amara.
Selama ini Clarissa juga yang membantu Dion naik jabatan atas permintaan Amara.
" Nona. Ternyata wanita itu seorang selebritis, namanya Vanya Rowe, dia bekerja di agensi media Nova Creatives dimana Dion juga bekerja di sana. Dia seorang model dan penyanyi yang sedang naik daun." ucap Clarissa saat mengobrol di telepon dengan Amara.
" Ternyata mereka bekerja di perusahaan yang sama, aku sangat bodoh tidak bisa mengetahui hal hal seperti itu. Pantas saja mereka mudah sekali saling menyukai ternyata setiap hari bertemu. Aku sangat bodoh Clarissa."
" Tidak nona, anda hanya khilaf. Saya yakin nona bisa menjadi seorang wanita luar biasa yang tidak ada tandingannya dengan wanita pelakor itu." Ucap Clarissa mencoba menenangkan dan mendukung Amara.
" Clarissa, bantu aku menuntaskan ini." ucap Amara dengan sorot mata tajam.
" Baik nona, saya akan melakukan yang terbaik." Sambungan telepon terputus.
" Aku akan mempermalukan kalian berdua di muka umum Dion, lihat saja pembalasanku!." Amara mengepalkan tangan sambil menatap ke depan dengan kemarahan yang menggebu gebu.
BRAK
Amara terperanjat saat mendengar suara pintu yang terbuka dengan kasar.
" Amara, kamu ngapain aja sih di kamar. Aku lapar buatkan makanan. Ibuku datang hari ini dia ada di bawah." teriak Alis pada Amara yang saat itu sedang terduduk di depan meja rias.
"Ada maksud apa ibu datang ke sini?." gumam Amara dalam hati.
Amara sudah sangat bodoh dengan tidak pernah memarahi sikap kurang ajar Alis selama ini. Dia hanya akan menuruti semua kemauan gadis itu tapi sekarang situasinya sudah berbeda. Amara tidak seperti Amara yang dulu.
" Dimana sopan santun mu masuk ke dalam kamar seseorang tanpa mengetuk. Keluar sekarang juga!." ucap Amara tegas dengan tatapan tajam.
" Amara, beraninya kamu." Alis membulatkan mata dengan perlawanan yang dilakukan Amara. Biasanya dia tidak seperti itu.
" Kenapa?, kamu mau aku memasak untuk ibumu. Apa gunanya tangan mu itu jika tidak melakukannya sendiri?." Amara berkata sambil merias tipis wajahnya.
"Amaraaaa!." Alis berteriak kesal. Ia maju dan akan melayangkan tamparan di pipi Amara. Namun sayang, tangannya langsung di tangkis dan dihempaskan kasar oleh Amara.
" Aku masih sabar dengan tidak berbuat kasar karena sikap kurang ajar mu. Tapi kamu berniat menyerang ku. Jika melakukannya lagi aku akan melaporkan mu atas tindakan kekerasan." ucap Amara dengan tatapan tajam.
Alis mengepalkan tangan meluapkan kekesalannya.
" Amara."
Amara menoleh pada asal suara.