"Menikahlah lagi mas! Aku ikhlas!"
Kalimat yang pada akhirnya menjadi boomerang bagi pernikahan Sekar Indraswari
Keluarga besar Adrian Baskara sang suami, menuntut hadirnya penerus bagi keluarga, membuat Sekar mengambil keputusan yang begitu menyakitinya
hadirnya wanita lain sebagai madu perlahan memaksa Sekar meninggalkan indahnya mahligai cinta bersama Adrian
Kemana takdir akan membawanya? akankah pertemuan dengan seorang duda beranak satu bernama Alvaro menjadi awal kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sarapan
"Terima kasih mas, tapi saya"
"Berhenti membantah! Masuk dan istirahatlah!"
Suara Alvaro yang tegas membuat nyali Sekar menciut, bahkan dirinya tidak berani menatap wajah pria itu
Alvaro bangkit! Melangkah meninggalkan ruang keluarga. Hingga menyisakan Sekar serta Kanaya saja
Kanaya menggenggam tangan Sekar, tatapannya lembut bak seorang ibu "Tetap disini ya sayang! Jika bukan untuk kamu, setidaknya untuk anak dalam kandungan kamu"
"Maafin Sekar ya Tan! Karena Sekar Tante harus berdebat dengan anak Tante sendiri!"
"Bukan salah kamu, Alvaro emang kayak gitu! Orangnya dingin tapi sebenarnya dia baik, jadi kamu gak usah pikirin dia yaa!" Tutur Kanaya mengusap kepala Sekar
Sekar memejamkan matanya, andai mertuanya seperti Kanaya, mungkin pernikahannya akan baik-baik saja
Sejenak Sekar berpikir, alangkah bahagianya jika dirinya menjadi menantu dari wanita cantik yang tengah memberinya kelembutan ini
Namun pikiran itu segera ditepis, bisa-bisanya dirinya ingin menjadi menantu Kanaya, benar-benar gila
"Sudahlah, sekarang kamu istirahat! Nanti Tante suruh pelayan untuk bawakan makan malam kekamar kamu!"
"Tidak perlu tante, nanti Sekar makan didapur saja" Tolak Sekar, rasanya terlalu ngelunjak jika ia sampai harus dilayani sebaik itu
"Kamu mau makan malam sama Alvaro? Tante rasa kamu gak mau ketemu lagi sama dia" Kanaya terkekeh melihat Sekar yang terlihat gugup
"Tante becanda! Sudahlah, sekarang kamu istirahat! Pasti capek kan seharian jagain Lucky?"
"Enggak kok, Sekar malah seneng. Lucky anak yang manis"
"Dia persis seperti Alvaro waktu kecil!"
"Semoga pas dewasa gak sama ya tan"
Kanaya tertawa mendengar celetukan Sekar yang polos "Harusnya kamu bilang itu didepan Alvaro tadi"
"Sekar mana berani tan, ngeliat mukanya aja Sekar takut"
Keduanya lalu tertawa, ada rasa hangat dalam diri Sekar akan interaksinya bersama Kanaya, rasa yang ingin ia rasakan sejak lama
***
Adrian kembali kerumah, hari sudah kembali gelap. Seharian ia mencari Sekar namun nihil, wanita itu hilang bak ditelan bumi
Tak ada petunjuk apapun, Sekar juga tidak membawa ponselnya. Entah sudah berapa rumah sakit yang Adrian datangi demi mencari keberadaan istrinya
Adrian membuka pintu, kamar luas itu kini benar-benar sepi. Tak ada kehangatan lagi yang tersisa
Tak ada lagi Sekar yang akan membantu melepaskan jas, tak ada lagi Sekar yang manja dan memeluknya
Adrian kesepian, Sekar pergi dengan membawa semangat hidup pria itu. Adrian berbaring, menjadikan lengannya sendiri sebagai bantal lalu menatap nanar pada langit-langit kamar
"Kamu dimana sayang?" Lirihnya "Apa kamu gak merindukan suamimu? Mas minta maaf, kembalilah sayang"
Adrian terus meracau hingga kantuk akhirnya mengambil alih, dirinya terlelap dengan rasa sepinya
Adrian tak tahu berapa lama ia terlelap, hingga dirinya merasakan usapan lembut pada pipinya
Manik hitamnya perlahan terbuka, hal pertama yang ia lihat adalah wajah cantik yang kini tersenyum sangat manis
"Selamat pagi mas" Suaranya mendayu begitu lembut "Ayo bangun! Kamu harus kerja! Aku pengen hadiah lagi"
Sekar mengoceh sembari mengeluarkan pakaian kerja milik suaminya dari dalam lemari
Adrian tak menyahut, rasanya seperti benar-benar Sekar. Pria itu masih terpaku melihat bagaimana Sekar sibuk dengan kebiasaannya dipagi hari
"Mas"
Adrian tersenyum, gegas ia bangkit dari tempat tidur dan menghampiri wanitanya. Ia peluk tubuh wanita itu dari belakang, namun bayangan itu hilang tepat saat ia merengkuh nya
"Sayang" panggilnya dengan suara menggema "Sekar kamu dimana?"
Adrian berkeliling, membuka kamar mandi lalu berakhir di balkon. Hari masih sangat pagi, cahaya matahari baru saja menyinari bumi
Hangatnya menerpa wajah Adrian yang tengah berdiri sembari memejamkan matanya. Dirinya hanya berhalusinasi, tak ada Sekar disini
"Kembalilah sayang!"
***
Kediaman Gautama
Para pelayan tengah sibuk menata berbagai jenis makanan diatas meja, para penghuni rumah belum ada yang keluar dari kamarnya
"Selamat pagi nyonya!" Sapa seorang wanita paruh baya yang merupakan kepala pelayan
"Selamat pagi" Kanaya lalu menarik kursi dan duduk "Semua orang belum datang?"
"Belum nyonya!"
Kanaya mengangguk, hingga tak lama setelahnya Alvaro datang dan melabuhkan kecupan pada pipi sang Mama
"Pagi mah"
"Selamat pagi sayang!" Kanaya tersenyum pada putranya
"Lucky belum dateng?"
"Belum"
Seorang bocah laki-laki datang bersama seorang pelayan, tawa cerianya memang menjadi penyemangat bagi semua orang untuk menjalani hari
"Selamat pagi Oma, selamat pagi Daddy!"
"Selamat pagi sayang!"
"Selamat pagi sayang"
Suara Alvaro dan Kanaya saling bersahutan, menyambut kedatangan tuan muda keluarga Gautama
"Tuan muda ingin sarapan apa?" Tanya kepala pelayan pada Lucky
"Dimana Tante baik?" Bukannya menjawab pertanyaan pelayan, Lucky justru menanyakan keberadaan Sekar
"Ngapain cari orang lain, Lucky. Fokus pada sarapanmu!" Ujar Alvaro pada putranya
"Tapi Lucky mau sarapannya sama tante baik!" Rengek bocah laki-laki itu
"Tante baik tidak disini! Dia akan sarapan dikamarnya, Lucky sarapan ya sayang" ucap Kanaya lembut
"Gak mau.. kalau gitu Lucky mau sarapannya dikamar tante baik aja!" Rengek nya lagi, bahkan Lucky mendorong piring dihadapannya
"Lucky!"
"Al" Jika Alvaro berteriak pada putranya maka Kanaya pun melakukan hal yang sama
"Kalau Tante baik disini, Lucky mau sarapan?"
Bocah tampan itu mengangguk, wajahnya menunduk karena takut akan bentakan sang Daddy
"Panggilkan Sekar!" Titah Kanaya pada seorang pelayan
Tanpa menunggu lama, Sekar datang dan bergabung. Sekar cukup tegang berada diruangan yang sama dengan Alvaro yang terkenal dingin
"Tante baik" Sekar tersenyum kearah Lucky "Ayo duduk sini Tante!"
Sekar duduk disamping Lucky, bocah lima tahun itu terlihat sangat bahagia. Bahkan Lucky meminta Sekar menyuapinya dan Sekar menurutinya
"Lucky"
Lucky mengangkat wajahnya menatap kearah sang ayah "Ya Dad?"
"Makan sendiri! Biarkan Tante baik juga makan"
"Emm.. tidak masalah mas, saya akan menyuapi Lucky dulu, setelah itu sarapan!" Sekar membuka suara
"Sudah waktunya kamu sarapan! Kamu sedang hamil dan tidak boleh terlambat, jadi biarkan Lucky makan sendiri!" Tegas Alvaro
"Tapi mas.."
"Apa kamu memang sangat suka membantah? Biasakan dirimu untuk menurut!"
Tatapan Alvaro yang seolah menusuk tajam membuat Sekar menunduk takut
"Biar Lucky sarapan sendiri Tante!" Lucky mengambil alih mangkuk serealnya
Sekar mulai menyantap makanan yang tersedia untuknya, berbagai macam sayur serta daging sebagai protein disiapkan untuknya
"Berikan buah potong untuknya!" Titah Alvaro pada seorang pelayan
"Baik tuan"
Sekar tak membantah, tadi Alvaro sudah menyuruhnya untuk tidak membantah
"Mah"
Kanaya beralih menatap sang putra "ya Al?"
"Setelah ini belanja untuk kebutuhan dia!" Alvaro menunjuk Sekar dengan tatapannya "Al gak liat disini ada susu hamil"
"Boleh?"
"Dia butuh kan?" Sekar tersentuh, ternyata dibalik sikap dinginnya, Alvaro memiliki sifat manis dan perhatian "Aku gak mau dia sama bayinya kenapa-napa entar nyusahin lagi"
udh bener dpt mantu sekar.... eeee mlah g ada syukurnya...