Malam Petaka Berakhir Di Pelaminan
Satu persatu barang bawaannya serta oleh-oleh yang dibelikan ke dalam tas ranselnya yang khusus dibeli untuk keluarganya di kampung.
“Arianna dengan Brianna pasti senang aku belikan boneka, bapak juga pasti menyukai baju batiknya, kalau ibu hijabnya lumayan lembut kainnya cocoknya banget kalau dipakai sehari-hari,” cicitnya seorang perempuan cantik.
Dia mencepol asal rambutnya yang panjang karena kerepotan ketika mengatur beberapa barang-barangnya yang akan dibawanya untuk pulang kampung.
“Rara, Lo jadi balik ke kampung nggak sore ini?” Tanyanya Hani yang melihat temannya yang sedang memasukkan dan mengemas beberapa pakaiannya.
Gadis cantik berusia 21 tahun itu berhenti sejenak dari rutinitasnya sembari menolehkan kepalanya ke arah sumber suara.
“Insha Allah, aku sudah kangen dengan bapak, ibu sama dua adik kembarku kenapa emangnya?” Tanyanya balik seraya menoleh sekilas ke arah Hani teman sekamarnya.
“Kamu pake bus atau make motormu sendiri?” Tanyanya Hani lagi yang tersenyum kikuk dan salah tingkah ketika ditanya balik sambil merapatkan jaket hoodienya.
“Kamu baik-baik saja, kenapa cuacanya panas gini kamu pake jaket?” Tanyanya dengan raut keheranan.
Hani gelagapan ditanya seperti itu,” panas sih cuman lihat di luar sana kayak mau mendung deh,” elaknya yang mengalihkan pembicaraan yang salah tingkah.
“Oh ho, Kalau pake bus kayaknya uangku nggak cukup, kalau pake motor kan palingan beli bensin saja dengan makanan,” balasnya Rara.
Hani berinisiatif membantu Rara tapi dicegah untuk membantunya mengemas barang bawaannya.
“Iya juga sih, apalagi kita butuh banget uang karena kita mau ujian skripsi butuh banyak dana soalnya. Tapi perjalanan kurang lebih tujuh jam itu bukan waktu yang singkat loh, apa nggak capek nantinya disaat berkendara?” Tanyanya lagi yang gerak geriknya terlihat aneh karena sesekali memperbaiki letak jaketnya.
Rara tersenyum simpul, “Jauh sih iya, tapi kan sudah terbiasa juga sih. Makanya aku berhemat, kasihan bapak sama ibu di kampung kalo aku minta dikirimkan lagi uang,” ujarnya.
“Aku balik mungkin minggu depan pas hari sabtu saja, aku masih banyak urusan mau aku selesaikan. Titip salam sama Mama Papa yah,” ucapnya Hani
Hani kemudian berjalan sambil menyerahkan sebuah paper bag untuk kedua orang tuanya yang diletakkan di dalam lemarinya.
Rara mengambil paket titipan untuk Pak Muhammad Said dan Bu Rosmala. Kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya sesekali terlihat senyum tersungging di bibirnya.
“Oke siap! Aku mau siap-siap dulu takutnya kemaleman di jalan,” ujar seraya berjalan ke arah kamar mandi yang ada di sudut dalam kamar kosannya.
Hani tersenyum tipis kemudian berjalan ke arah meja belajarnya, karena masih ingin melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
Hani bisa bernafas lega ketika Rara masuk ke dalam kamar mandi.”hampir saja ketahuan.”
Perbincangan mereka berlanjut setelah mandi,” Mei, kalau Denis datang ke kosan katakan padanya aku balik dua mingguan lagi dari sekarang.”
Hani menautkan kedua alisnya mendengar ucapan teman kosnya sekaligus teman sekampungnya tersebut.
“Kenapa nggak kau yang langsung mengatakan padanya kan bisa ditelpon atau dichat kan?” Tanyanya balik.
“Hpku masih di konter HP belum selesai diservis, jadi aku meminta tolong padamu itupun kalau kamu nggak keberatan,” pintanya.
Azzahra berharap penuh kepada temannya karena hanya Hani yang bisa dipercayanya. Sedangkan temannya yang bernama Liana, dia tidak berani karena menurutnya Lisna itu sering curi-curi pandang dengan kekasihnya yang bernama Dewangga.
“Insha Allah, tapi nggak janji yah! Semoga saja aku ingat. Kamu kan tau aku sibuk banget akhir-akhir ini,” imbuhnya.
“Nggak apa-apa kalau nggak bisa,” balas Rara dengan santai.
Berselang beberapa menit kemudian…
Rara menatap ke arah langit yang sedikit menghitam sore itu sebelum memakai helmnya.
“Bismillahirrahmanirrahim, moga saja ga hujan,” gumamnya sambil mengendarai sepeda motor maticnya menuju jalan raya.
Ia melajukan motornya dengan kecepatan yang sedang saja karena kondisi jalan yang sedikit macet.
“Apa aku menemui kak Dewa langsung ke kosnya? Aku kangen banget sudah lima hari nggak ketemu soalnya,” ide itu terlintas begitu saja dibenaknya sambil melihat jam tangannya yang terpasang di sebelah tangan kanannya.
Rara memutuskan untuk berbelok ke arah jalan dimana letak kosan pemuda yang menjadi kekasihnya sejak tiga tahun lalu.
“Sebentar saja ketemuannya yang paling penting aku bisa melihatnya sebagai obat dikala rindu sebelum balik kampung,” cicitnya.
Rara akhirnya memutuskan untuk berputar arah kembali ke pusat kota karena akan mengunjungi kekasihnya. Meski sudah berjalan lebih jauh, dia tidak mempermasalahkannya dan berputar berlawanan arah dengan jalan tujuannya.
Sekitar tiga puluh menit lebih perjalanan yang ia tempuh karena kondisi jalan yang dilaluinya terjadi kemacetan di sepanjang jalan.
Dia melebarkan senyumannya dikala dia melihat sepeda motor sport Dewangga yang sering dipakainya ketika ke kampus.
“Syukurlah,kak Dewa ada di dalam,” cicitnya kemudian mematikan mesin motornya.
Dia berjalan dengan langkah kakinya yang mantap menuju kamar yang paling ujung dari deretan kamar di kost khusus putra itu. Sesekali tersenyum ketika berpapasan dengan penghuni kamar lainnya yang dikenalnya.
Tetapi, ia merasa ada yang aneh dari arti tatapan orang-orang tersebut yang dilayangkan kepadanya.
“Kenapa, aku merasa mereka menatapku seperti ada hal aneh pada diriku. Apa jangan-jangan ada yang aneh-aneh di wajahku lagi?” tanyanya pada dirinya kebingungan dengan kondisi yang sedang terjadi.
“Mungkin aku tambah cantik kali jadi diperhatikan seperti itu,” candanya.
Rara berjalan menyusuri jalan setapak tersebut yang seolah tidak ada ujungnya karena semakin berjalan semakin lama dia sampai. Tatapan matanya tertuju pada sepasang sepatu perempuan tepat di depan pintu kamarnya Dewa.
“Sepatu cewek!? Bukan punyaku, aku nggak pernah beli sepatu model kayak gitu. Entah kenapa kayak pernah melihatnya, tapi dimana yah?” Tanyanya yang terlihat kebingungan.
Rara berhenti sejenak berfikir tentang keberadaan sepatu berwarna putih dengan merk yang cukup terkenal dan terbilang mahal.
“Entahlah, mungkin itu sepatu yang kebetulan saja nyempil dimari,”
Dia akhirnya menyerah juga karena tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya.
Rara memutar knop pintu kamarnya Dewa, tapi ternyata terkunci. Dia gegas mengambil kunci serep yang selalu dipakainya ketika datang berkunjung.
Baru terbuka sebagian pintu berdaun satu itu, tapi telinganya menangkap suara yang cukup aneh dari dalam kamar tersebut.
“Oh sayang aahhh, enak!!” Racaunya seorang perempuan yang berada di bawah kungkungan pria yang sangat jelas diketahui siapa orangnya.
Kepalanya spontan tertarik ke belakang, refleks menutup mulut, wajah berubah pucat dan memerah mendengar suara kekasih pujaan hatinya. Bahkan rahangnya terbuka lebar, karena mendengar desahan kenikmatan dari dalam kamar itu.
Tangannya terkepal erat,” ini tidak mungkin ya Allah! Aku pasti hanya salah dengar saja.”
Rara masih danial dengan suara-suara gaib yang semakin terdengar jelas. Tetapi, Rara semakin dibuat penasaran dengan suara aneh dan ajaib itu yang semakin terdengar nyaring seiring langkah kakinya menuju ke arah lebih dalam.
“Aku yakin itu kak Dewa, tapi siapa perempuan jalang itu?” lirihnya.
Alisnya menyatu, kepala miring satu sisi, matanya menyipit, indera pendengarannya ditajamkan. Dia semakin dibuat penasaran dengan siapa perempuan yang bersama dengan Aditya Dewangga.
Kamu semakin cantik, kamu sangat seksi. Inilah yang gue sukai dari Lo Hani sayangku,” ucapnya Dewa.
Matanya terbelalak, keringat sebesar biji jagung, wajahnya pucat pasi. Ia tahan napasnya karena tidak berani mengeluarkan suara walaupun itu nafasnya sekalipun.
“Astagfirullahaladzim, ya Allah apa maksud dari semua ini?” Cicitnya sembari menutup mulutnya air matanya lolos seketika.
Tubuhnya reflek mematung, nafasnya memburu hebat saking terkejutnya melihat adegan plus-plus yang dilihatnya secara langsung terpampang jelas di depan matanya.
Dia memegangi dadanya yang terasa sesak seolah pasokan udara semakin menipis di sekitarnya. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
Dia mengatupkan rapat-rapat bibirnya agar suara isak tangisnya tidak terdengar. Hidupnya seolah berhenti berputar ketika melihat kekasih dan cewek yang sudah dianggap saudara kandungnya sendiri berhubungan intim dengan begitu panasnya mengalahkan panasnya matahari sore itu.
“Kita akan selesaikan segalanya setelah aku balik dari kampung. Oke! Aku akan berpura-pura tidak mengetahui apa yang kalian perbuat. Aku akan menuntut pertanggungjawaban dan akan membalas dendam dengan apa yang sudah kalian perbuat!” geramnya.
Rara mengusap wajahnya dengan kasar sambil mengepalkan tangannya kemudian berjalan mengendap-endap menuju pintu keluar dan tak lupa mengunci rapat pintu itu. Ia berlari cepat ke arah dimana kendaraan roda duanya terparkir.
Tangannya tremor tubuhnya gemetaran memasang helmnya ke kepalanya. Dia berjongkok sebentar untuk menetralkan rasa esmosi dan amarah yang membuncah di dadanya.
“Astaghfirullah aladzim, ya Allah apakah ini yang ingin Engkau tunjukkan padaku sehingga aku gelisah dan tidak tenang untuk pulang kampung?”
Beberapa orang yang melihatnya cukup prihatin tapi, tidak ada yang berani ikut campur mengingat Dewangga adalah keponakan dari pemilik kosan itu.
“Kasihan juga Azzahra, pasti hatinya hancur berkeping-keping melihat kekasihnya berselingkuh dengan temannya sendiri,” ucap pria yang tanpa sengaja melihat apa yang diperbuat Azzahrah.
“Kalau gue di posisinya sudah gua hajar mereka biar kapok dan tau rasa agar tidak lagi semena-mena mempermainkan perasaan orang lain!” Gerutu yang satunya.
Setelah dirasa cukup baik, dia melajukan roda duanya. Dan terus mengendarai motornya menuju sebuah masjid untuk melaksanakan shalat ashar terlebih dahulu.
Dia berniat untuk menenangkan dirinya yang hatinya hancur lebur dan bagai ribuan jarum yang menusuk hati dan jantungnya dalam waktu bersamaan m Perasaan itu tak akan bisa kembali utuh seperti sedia kala.
“Bismillahirrahmanirrahim, insha Allah semuanya akan kembali normal. Azzahrah Elara Sofia kamu bisa melupakannya! Kamu itu gadis kuat dan tangguh!”
Rara menyemangati dirinya sendiri agar tidak larut dan meratapi nasibnya yang begitu sedih dan menyakitkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
sunshine wings
Yaa.. Kamu harus kuat Rara demi menghindari vibes negatif yg men̈yesatkan.. Kalau boleh menjauhlah.. Aku dan author will support you from behind from back or from anywheŕe everyway.. ♥️♥️♥️♥️♥️
2025-05-09
1