Ada seorang wanita sedang menangis di dalam sujudnya. Dia adalah Nasya Fahriza Putri, wanita yang sudah menginjak usia 25 tahun itu menangis saat mendengar bahwa seseorang yang ada di dalam hatinya sebentar lagi akan menikah. Sudah sejak usia 20 tahun Nasya berdoa di dalam sujudnya agar yang Maha Kuasa mengabulkan permintaannya untuk di jodohkan dengan Atasannya. Pria itu bernama Aditya Zayn Alfarizi yang berstatus sebagai CEO di salah satu perusahaan ternama di Jakarta.
Lalu bagaimana nasib Nasya? Apakah doanya selama ini akan terkabul, atau justru harus melihat pria yang ia cintai dalam diam menikah dengan kekasihnya?
Kita simak kisahnya yuk di cerita Novel => Cinta Di Atas Sajadah
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CDAS 23
Tak terasa, mobil yang di tumpangi Zayn kini sudah sampai di halaman rumahnya jam tiga dini hari. Nasya yang masih tertidur di bahu suaminya membuat pria itu tidak tega untuk membangunkannya.
"Tolong buka pintu rumah, Pak. Saya akan menggendong istri saya ke dalam." ujar Zayn pada supir yang sudah membukakan pintu mobil.
"Baik, Pak." balas Pak supir dan segera berlari menuju pintu rumah.
Dengan langkah lebar, Zayn membopong tubuh Nasya menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Ibu Zubaidah yang mendengar suara keributan dari dalam kamarnya segera keluar.
"Zayn..." panggilnya.
"Sebentar ya, Mah. Aku membawa Nasya dulu ke kamar." sahut Zayn setengah berbisik dan ibu Zubaidah mengangguk sebagai jawaban.
Zayn meletakkan Nasya di atas ranjang king size miliknya dan tak lupa menyelimuti tubuh kecil istrinya dengan sangat hati-hati. Selesai itu, Zayn kembali melangkah keluar menuruni tangga untuk menemui ibunya yang sudah menunggu di ruang keluarga.
"Mama belum tidur?" tanya Zayn setelah duduk di samping ibunya.
"Mama kebangun tadi waktu denger suara ribut dari luar. Oh ya, kamu kok sudah pulang? Bukannya masih dua hari lagi di Paris? Kenapa?" kebiasaan ibu Zubaidah yang selalu merutuki beberapa pertanyaan pada putranya belum juga hilang.
"Huuuft... Iya. Ada masalah pekerjaan, besok harus meeting secara langsung dengan perusahaan Exford." lagi-lagi Zayn membohongi ibunya.
"Kan ada Yuda, kenapa tidak di serahkan padanya?" ucapnya.
"Tidak bisa, Mah. Kali ini aku yang harus terjun langsung dalam pertemuan."
Anak dan ibu itu terus mengobrol hingga waktu adzan subuh memanggilnya. Zayn hanya tidur saat perjalanan saja, itu pun sedikit tidak tenang. Karena Zayn juga harus siaga menjaga istrinya selama perjalanan.
Setelah memasuki kamar, Nasya terbangun saat mendengar suaminya membuka pintu kamar.
"Kau sudah bangun?" ucap Zayn.
"Kapan kita sampai, Kak? Kok aku tidak dengar?" tanya Nasya sedikit heran saat dirinya sudah ada di atas ranjang.
"Kau tidur seperti kerbau, sulit sekali di bangunkan." mata Nasya membulat saat Zayn mengatakan dirinya seperti kerbau.
"Tega sekali mengatai aku seperti kerbau." gerutu Nasya memajukan bibirnya kemudian meninggalkan Zayn begitu saja ke dalam kamar mandi.
Zayn yang melihat Nasya kesal menggelengkan kepalanya. "Lucu sekali jika sedang kesal." gumamnya lalu tersenyum lucu.
.
.
Keduanya kini telah melaksanakan sholat subuh berjamaah di dalam kamar Zayn. Selesai sholat, Nasya mengulurkan tangannya ingin mencium tangan suaminya. Zayn yang melihat itu sedikit tersentuh.
"Maaf..." ucap Zayn saat Nasya mencium tangannya.
Kening gadis itu berkerut mendengar kata maaf dari suaminya. "Maaf kenapa, Kak?" tanya Nasya.
"Sudah membuat mu sakit hati." ujarnya.
"Sakit hati karena apa?" tanya Nasya lagi masih belum mengerti arah pembicaraan suaminya.
"Sudah lah, lupakan saja. Aku mau tidur dulu sebentar, bangunkan aku jam delapan." balas Zayn bangkit menuju ranjang.
Nasya yang masih duduk di atas sajadah beserta mukenah yang masih dia pakai semakin heran dengan sikap Zayn yang berlalu begitu saja. Setelah melihat suaminya berbaring di atas ranjang, Nasya hanya menggelengkan kepalanya.
"Kenapa sih dia? Kadang melow, kadang ketus, kadang marah-marah. Seperti perempuan sedang haid saja." gerutunya seraya melepas mukenahnya.
Selesai membereskan peralatan sholat, Nasya bergegas keluar kamar. Dia melangkah menuruni tangga dengan perlahan menuju dapur. Nasya ingin membuatkan sarapan untuk suami dan ibu Mertuanya pagi ini.
"Selamat pagi, Non." sapa seorang pelayan di rumah itu yang bernama Bi Inah.
"Pagi, Bi. Lagi ngapain, Bi?" tanya Nasya dengan begitu ramah.
"Ini, Bibi lagi buatkan nasi goreng untuk sarapan Non." sahut Bi Inah.
"Oooh, sini Nasya bantu. Nasya ingin membuatkan sarapan untuk Kak Zayn." balas Nasya di halangi oleh Bi Inah.
"Eeeh... Jangan Non. Nanti Bibi di marahi Nyonya."
"Nggak apa-apa, Nasya cuma ingin melayani suami Nasya, Bi." ujarnya memaksa.
Bi Inah akhirnya mau tidak mau membiarkan Nasya untuk memasak pagi ini dan dia hanya membantu sekedarnya saja agar masakan tidak terlalu lama untuk matang.
.
.
Jam tujuh pagi, Nasya sudah berdandan dengan cantik dan wangi tentunya. Dia berjalan menuju ranjang untuk membangunkan suaminya. Karena jam delapan nanti Zayn harus berangkat ke kantor.
"Kak... Kak Zayn, bangun Kak. Sudah jam tujuh, Kak Zayn jadi meeting pagi ini kan?"
"Hem..." hanya itu yang keluar dari mulut Zayn tanpa membuka matanya.
Jujur pria itu masih sangat mengantuk, tapi pekerjaannya lebih penting dari rasa kantuk yang dia rasakan sekarang. Nasya lagi-lagi memajukan bibirnya mendengar jawaban Zayn.
"Ish... Hanya begitu saja jawabnya." gumamnya lirih.
Zayn yang mendengar Nasya menggerutu kesal pun perlahan membuka matanya menatap Nasya yang masih berdiri di samping ranjang.
"Sedang apa kau di situ?" tanya Zayn membuat Nasya mengerutkan keningnya.
"Sedang membangunkan mu, kenapa?" balas Nasya.
Zayn lalu bangkit dan duduk menatap Nasya dengan wajah bangun tidur.
"Aku akan ada pertemuan dengan perusahaan Exford hari ini. Aku harap, kau tidak pergi kemana pun tanpa aku. Mengerti?"
Nasya mengangguk tersenyum mendengar perintah dari suaminya. Doanya di setiap sujud selama ini tidak sia-sia, perlahan suaminya sudah mulai terus memberikan perhatian padanya.
...****************...