NovelToon NovelToon
Suamiku Dokter Sultan

Suamiku Dokter Sultan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: omen_getih72

Yang sudah baca novelku sebelumnya, ini kelanjutan cerita Brayn dan Alina.

Setelah menikah, Brayn baru mengetahui kalau ternyata Alina menderita sebuah penyakit yang cukup serius dan mengancam jiwa.

Akankah mereka mampu melewati ujian berat itu?

Yuk baca kelanjutan ceritanya 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Brayn membeku selama beberapa saat. Apa yang disampaikan Dokter Ben membuatnya seperti melayang.

Meski begitu, ia tak langsung menerima begitu saja. Khawatir jika pemeriksaan yang dilakukan kemarin terjadi kesalahan.

"Kamu yakin, Ben?"

"Kamu bisa baca sendiri. Hasil pemeriksaannya memang tidak ada sel kanker." Ben menyodorkan hasil pemeriksaan Alina.

Secepat kilat Brayn meraih berkas tersebut, membaca dengan teliti. Sungguh, Brayn berharap apa yang ia temukan ini benar adanya.

"Tapi, bagaimana dengan hasil pemeriksaan istriku sebelumnya?"

"Aku juga tidak mengerti soal ini. Bagaimana hasilnya bisa menunjukkan ada kanker, padahal hasil pemeriksaan di sini bersih?" Ben mulai memikirkan berbagai kemungkinan. "Kalau pemeriksaan sebelumnya salah, keterlaluan sekali."

"Apa mungkin mereka salah diagnosa?"

"Bisa jadi. Tapi, salah diagnosa bisa terjadi karena berbagai faktor. Tentunya, unsur kelalaian bisa memungkinkan juga."

Brayn yang masih terkejut itu belum mampu berpikir jernih. Hatinya terlalu bahagia.

Jika benar Alina sama sekali tidak mengidap kanker, ini akan jadi berita paling bahagia bagi keluarga mereka.

"Aku akan coba cari tahu ke laboratorium tempatnya menjalani pemeriksaan." Ia menghela napas panjang. "Kamu yakin pemeriksaan kali ini tidak salah, kan?" tanyanya sekali lagi untuk memastikan.

"Insyaallah. Kalau perlu kita bisa lakukan pemeriksaan lanjutan lagi untuk memastikan. Aku rasa apa yang dialami istrimu memang karena hemoglobinnya sangat rendah. Keadaan ini juga cukup berbahaya kalau tidak ditangani."

Brayn berpikir sejenak. Teringat ketika ia memeriksa Alina saat pingsan di hari pernikahan mereka.

Kala itu ia memang tidak menemukan gejala sakit berat, melainkan hanya kelelahan dan tekanan darah rendah.

Selain itu, Alina kurang menjaga pola makannya. Karena itulah Brayn tidak buru-buru membawa Alina ke rumah sakit.

"Ya Allah Alhamdulillah... Khumairahku baik-baik saja."

"Aku juga membaca beberapa catatan yang dibuat istrimu di bukunya. Dia menuliskan beberapa gejala yang dialaminya. Merasa lemas dan lelah walaupun tidak beraktivitas berat, pusing dan sakit kepala, mual, kaki dan tangan sering dingin, sesak napas, dia juga menuliskan bahwa dirinya sulit mengingat dan berkonsentrasi, dan terakhir, jantung berdebar cepat. Semua gejala yang dituliskan itu memang gejala dan efek HB yang rendah," jelas Ben panjang lebar. "Dan sering kali penyebab HB rendah dikaitkan dengan beberapa kondisi berat seperti anemia, kanker atau sirosis," imbuhnya.

Brayn mengusap wajahnya, bernapas lega. Saat ini satu-satunya yang ingin ia lakukan hanyalah memeluk Alina dan memberitahu kabar ini.

"Terima kasih, Ben. Kamu tidak tahu betapa leganya aku sekarang."

Ben terkekeh. "Aku tahu, Brayn. Aku bisa melihat wajah pucatmu semalam di ruang IGD."

"Ya, kamu benar. Kami baru menikah beberapa hari lalu. Qadarullah, dihadapkan dengan ujian seperti ini. Belum lagi kasus antara aku dan Siska yang menghebohkan. Semoga ada hikmah dari semua kejadian ini."

"Aamiin," sahut Dokter Ben. "Jadi bagaimana perkembangan kasus ini?"

"Orang-orang Papa sedang menyelidikinya. Perekam dan penyebar videonya sedang dicari."

"Siapa yang bisa iseng merekam orang dan menyebarnya? Ada-ada saja." Ben berdecak heran.

"Entahlah. Tapi orang itu harus diproses hukum."

Brayn melirik jam tangannya. "By the way, terima kasih banyak, Ben. Aku mau ke kamar dulu dan memberitahu istriku."

"Sama-sama. Aku cuma mau mengingatkan, meskipun penyebabnya HB rendah bukan kanker, kita harus tetap memantau perkembangannya. HB rendah juga harus ditangani dengan serius."

"Aku mengerti, terima kasih sekali lagi."

Usai berbicara dengan Dokter Ben, Brayn segera beranjak untuk kembali ke kamar perawatan istrinya yang berada di lantai atas.

Saat hendak naik ke lift, ia berpapasan dengan Maya dan Bagas.

Bagas merangkul istrinya yang tampak lemas, matanya sembab.

Melihat itu, Brayn menebak bahwa ibu mertuanya menangisi putrinya semalaman.

"Ayah ... Ibu ...."

"Bro?" panggil Bagas menatap sang menantu. "Bagaimana Alina?"

Brayn tersenyum menatap keduanya. "Aku baru bicara dengan Dokter Ben. Hasil pemeriksaannya sudah keluar. Kalau bisa, aku mau bicara dengan Ibu dan Ayah dulu."

Brayn mengajak mertuanya ke untuk bicara di sebuah ruangan.

Bagas tampak tegang. Dari raut wajahnya tergambar jelas kekhawatiran.

Sedangkan Maya tampak gemetar dan lesu. Bahkan wajahnya sedikit pucat.

"Bro, bagaimana tawaranku kemarin? Apa bisa? Aku bersedia memberikan hatiku bila perlu. Tolong lakukan apapun untuk Alina."

"Ayah, itu tidak perlu."

"Kenapa? Apa sama sekali tidak ada cara untuk menolong Alina? Kamu seorang dokter, kamu pasti tahu cara untuk menyembuhkan Alina, kan?"

Namun, Brayn malah tersenyum, membuat Bagas menatap penuh tanya.

"Sepertinya ada kesalahan saat pemeriksaan Alina. Tidak ditemukan sel kanker dalam tubuhnya. Dia hanya mengalami anemia karena hemoglobin darahnya rendah."

Bagas dan Maya tersentak. Keduanya saling pandang.

"Apa maksudnya, Brayn? Alina tidak mengidap kanker?" tanya Maya.

"Benar, Bu. Alhamdulillah.. Alina baik-baik saja, Ayah Bro tidak perlu mendonorkan hatinya."

Bagas masih terkesiap. Tanpa sadar titik bening jatuh di pelupuk mata.

"Kamu tidak sedang berbohong, kan?"

"Kami sudah melakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Hasil pemeriksaannya Alina bersih dari kanker. Artinya, terjadi kesalahan diagnosa pada pemeriksaan sebelumnya."

"Serius, kan? Ini bukan kebohonganmu supaya aku membatalkan niat mendonorkan hati?" tanya Bagas sekali lagi.

Anggukan kepala dari Brayn membuat Bagas berseru penuh syukur. Sontak ia berdiri, memeluk menantunya dengan tangis pecah.

"Alhamdulillah, Ya Allah," seru Bagas lirih.

Maya pun tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya.

Dua tangannya mengusap air mata yang mengalir kian deras. Meskipun lega, masih ada yang mengganjal di hatinya.

"Tapi, Brayn. Bagaimana dengan gejala yang dialami Alina selama ini? Dia sering pingsan, mual, pucat dan lemas. Apa itu bukan tanda penyakit berbahaya?"

"Insyaallah, tidak, Bu. Itu hanya efek karena hemoglobinnya rendah. Bayangkan turun ke angka 7. Itu yang membuat dia mengalami gejala seperti itu. Ada kemungkinan Alina juga stress setelah divonis kanker. Stress memicu kondisi yang lebih buruk. Dia juga sempat mengonsumsi beberapa obat yang dikhususkan bagi penderita kanker."

"Ya Allah, putriku ...." Maya terisak-isak membenamkan diri dalam pelukan suaminya. "Terima kasih, Brayn. Terima kasih sudah menjaga Alina."

"Apa Alina sudah tahu kalau pemeriksaannya salah?" tanya Bagas.

"Belum. Aku baru mau ke kamar dan memberitahunya."

"Kalau begitu kamu duluan masuk saja dan bicara dengan dia. Kami tunggu di sini," ucap Maya.

Brayn mengangguk. Rasanya sudah tidak sabar. Saat ia beranjak menuju kamar, Bagas dan Maya saling memeluk. Keduanya berseru penuh bahagia dan haru.

Brayn bahkan sempat mengambil gambar mereka dengan kamera ponselnya untuk ditunjukkan pada Alina.

Saat memutar gagang pintu kamar, langkahnya terhenti saat mendengar suara seorang wanita yang berasal dari dalam.

Dahi Brayn berkerut tipis saat mampu mengenali pemilik suara itu.

Ia membuka pintu sedikit hingga pandangannya menangkap seorang wanita dengan jas putih yang sedang duduk di sisi ranjang pasien.

"Maafkan aku, Alina. Kemungkinan untuk sembuh memang sangat kecil, apalagi kalau sel kanker sudah menyebar."

Alina yang terbaring itu hanya menangis sesegukan.

Brayn perlahan melangkah tanpa menimbulkan suara, berdiri tepat di belakang wanita itu.

***********

***********

1
Maulida Maulida
seru bgt
Maulida Maulida
sedih banget part ini😭 suka bgt cerita nya thor
Yasmin Natasya
up dong thor...
Endang 💖
pasti itu akal2n Siska tu hasilnya
DozkyCrazy
dasar siskamling
Endang 💖
jahat juga rupanya si Siska itu

up lagi thor
DozkyCrazy
pasti si siskamling
DozkyCrazy
syukaaa sama cerita author 😘
DozkyCrazy
Alhamdulillah
ovi eliani
Ya Allah semoga benar cuma anemia aja, tidak ada penyakit yg lain, cepat sembuh ya pengantin baru sehat 2, ya, semangat thor
Yasmin Natasya
lanjut Thor...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!