"Mulai sekarang, kau bekerja sebagai istriku," tegas Gyan Adriansyah kepada istrinya, Jasmine.
Nasib sial tengah menimpa sang gadis cantik yang terkenal sebagai bunga desa. Mulai dari beredarnya video syur yang menampilkan siluet mirip dirinya dengan calon tunangan. Terungkapnya perselingkuhan, hingga dijadikan tumbal untuk menanggung hutang ayahnya pada pria tua.
Namun, ditengah peliknya masalah yang terjadi. Takdir kembali mempertemukan dirinya dengan musuh bebuyutannya semasa kecil dengan menawarkan pernikahan kontrak. Jasmine tak punya pilihan yang lebih baik daripada harus menikahi pria tua.
Akan seperti apakah pernikahan mereka? Gyan yang ia kenal dulu telah berubah drastis. Ditambah lagi harus menghadapi ibu mertua yang sangat membencinya sejak lama.
Yuk simak keseruan ^_^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CatVelvet, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Dasar nggak jelas!
Seorang Gyan Adriansyah baru saja mengakui dalam hatinya. Sebenarnya sejak kapan? Gyan kembali mengingat dan memastikan. Apakah sejak pertama kali melihatnya saat kecil beberapa tahun silam?
Kala itu Gyan memang sudah terpesona pada Jasmine sejak pertama kali melihat. Gadis kecil yang tersenyum riang menampilkan lesungnya yang manis dan cantik. Tertawa sambil membawa baling-baling yang berputar warna-warni. Dan hembusan angin di sore itu membelai indah rambutnya yang hitam sedikit pirang.
Gadis yang dibonceng oleh kakeknya melewati jalanan depan rumah kakeknya, Kakek David. Gadis itu cukup membuat Gyan saat itu terperangah menatapnya. Sebenarnya mengetahui gadis itu sangat jail, membuat Gyan tak pernah benar-benar marah padanya. Ia tersenyum dibalik perlakuan gadis itu. Hanya untuk tetap dekat dan membiarkan gadis itu tersenyum puas menjahilinya.
Apakah perasaan itu layak disebut cinta?
Gyan tersenyum geli mengingat memori indah itu. Dan saat tiba-tiba mengingat Jasmine pernah menjauh tanpa penyebab yang bisa diketahui dengan jelas membuatnya perasaannya saat itu sakit. Belum sempat ia menanyakan hal itu tapi Jasmine terus saja menjauhinya.
Gyan berpikir mungkin hubungan pertemanan mereka memang usai sampai disitu. Tak pernah terbayangkan jika beberapa tahun berlalu, mereka akan dipertemukan lagi. Melihat Jasmine yang duduk dengan tenang dibalik kaca minimarket. Kerinduan yang lama terpendam kembali mencuat memunculkan rasa yang menyakitkan namun juga menariknya untuk tak menjauh.
......................
Bu Vivian membereskan pakaiannya ke dalam koper dengan raut wajah tak senang dan tak bicara sepatah kata pun. Melihat apa yang terjadi membuat Pak Irwan bertanya-tanya.
"Mau kemana ma? Keluar kota?"
"Aku akan tinggal dirumah Gyan untuk sementara waktu."
"Loh? Kok tiba-tiba? Terus papa gimana?"
"Ya terserah," ucapnya merajuk.
"Gyan kan, baru menikah. Kenapa mama tiba-tiba pengen tinggal disana?"
"Bukan urusan papa."
"Terus Nicole?"
"Nicole akan ikut."
"Ya sudah, papa juga akan ikut."
"Papa tuh ya?"
"Pokoknya kalo mama kesana, papa juga akan ikut kesana."
Pagi itu kedua orangtua Gyan sempat berdebat soal menginap dirumah putra mereka. Bahkan Nicole yang sebenarnya malas untuk ikut pun terpaksa ikut karena Bu Vivian memaksa.
Pak Irwan memberitahu Gyan terlebih dahulu untuk menanyakan dimana posisinya berada saat ini.
Gyan menghela napas panjang seraya menutup laptopnya setelah menerima telpon dari ayahnya. Ia menatap Jasmine yang masih tertidur pulas. Kemudian menyeruput kopi panas di hadapannya.
"Kenapa mereka mendadak mau tinggal di rumahku? Pasti ulah mama. Apa yang kira-kira sedang mama rencanakan? Ck..." Gyan sempat berdecak.
Tak lama Jasmine mulai mengerjapkan matanya. Melihat sosok pria tampan yang sedang duduk dikursi dekat jendela membuatnya sempat merasa kagum. Apakah ini mimpi? Bangun tidur sudah disuguhkan oleh pemandangan pria tampan.
Jasmine memicingkan matanya. Pria itu menatapnya dan menyapa.
"Sudah bangun? Ayo kita pulang."
Pulang?
Jasmine tersentak menyadari pria itu adalah Gyan. Jantungnya sampai berdetak kencang.
Astaga...
Jasmine mengusap wajahnya dan menepuk-nepuk dadanya. Ini bukanlah mimpi. Dia sekarang sudah menikah. Dan pemandangan ini akan menjadi pemandangannya setiap pagi mulai sekarang.
"Jam berapa?" tanya Jasmine.
"Jam setengah sepuluh. Tidurmu nyenyak juga, sampai mendengkur," Gyan kembali menyeruput kopinya.
"Apa? Nggak mungkin aku mendengkur."
"Ah... Seharusnya tadi aku merekamnya."
Jasmine menggeleng cepat. "Jangan! Mu-mungkin karena aku sedang lelah."
Jasmine menyibakkan selimutnya dan mengambil pakaian dari lemari pakaiannya yang semalam sempat ia letakkan beberapa pakaian disana.
Gyan terus memperhatikannya. "Mau ku bantu mandi?" goda Gyan.
Sontak saja Jasmine langsung menoleh padanya. "Hust! Jangan coba-coba ya!"
Kenapa dia sekarang begini? Dia sudah mulai berani menggodaku. Padahal kemarin dia bersikap dingin. Tapi sekarang dia jadi aneh.
"Pfft..." Gyan hanya menahan tawa. Langkahnya mendekati gadis itu dengan santai dan mendekatkan wajahnya. "Kenapa? Memangnya seorang suami tidak boleh menemani istrinya mandi?"
Jasmine melangkah mundur sambil menyilangkan kedua tangan didepan dadanya. Wajahnya memerah dan memasang raut was-was. "Jangan macam-macam!"
"Hahaha..." Gyan terkekeh melihat reaksi barusan. "Kenapa aku kelihatan seperti bajingan dimatamu? Aku hanya bercanda," Gyan kemudian melangkah keluar dari kamarnya.
"Dasar nggak jelas!" gerutu Jasmine.
......................
