NovelToon NovelToon
Di Nafkahi Berondong Ku.

Di Nafkahi Berondong Ku.

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: tami chan

Devina adalah seorang mahasiswi miskin yang harus bekerja sampingan untuk membiayai kuliahnya dan biaya hidupnya sendiri. Suatu ketika dia di tawari dosennya untuk menjadi guru privat seorang anak yang duduk di bangku SMP kelas 3 untuk persiapan masuk ke SMA. Ternyata anak lelaki yang dia ajar adalah seorang model dan aktor yang terkenal. Dan ternyata anak lelaki itu jatuh cinta pada Devina dan terang-terangan menyatakan rasa sukanya.
Apakah yang akan Devina lakukan? apakah dia akan menerima cinta bocah ingusan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Devan act of service

Dari subuh, Devi sudah mematut dirinya di depan cermin. Mencoba beberapa baju dan memasangkannya dengan celana miliknya yang terlihat biasa saja.

Dan tak ada satu pun baju yang bagus untuk dia gunakan kencan dengan Devan hari ini.

Eh, kencan? memangnya Devan mengajak kencan?

"Dia bilang 'jalan', artinya kencan bukan sih?" gumam Devi. Maklumlah, sampai umurnya yang sebentar lagi 20 tahun, Devi belum pernah merasakan pacaran. Jangankan pacaran, dekat dengan lelaki saja tak pernah. Satu-satunya lelaki yang dekat dengannya hanyalah Dimas -bosnya di toko.

Dan sekarang, Devi malah langsung dapat jackpot, dekat dengan cowok ganteng, artis pula. Benar-benar hal yang mustahil, kan? makanya Devi tak mau berharap terlalu banyak, lagi pula Devan lebih muda lima tahun darinya, bayangkan, 5 tahun!

Devi mendengus, "seharusnya kemarin aku mampir beli baju dulu, kan aku ada uang pemberian tante Luci. Beli baju trifting itu kan paling cuma 35-50 ribu!" kesal Devi merutuki diri sendiri.

"Sekarang udah ada yang buka belum, ya?" gumam Devi sambil melirik jam di dinding.

"Baru jam 7, duuhh gimana dong! masa pake baju pemberian Devan, kan kemarin baru di pakai!" Devi kesal sendiri. Kenapa dia tak pernah mengurus dirinya sendiri, tak pernah menyenangkan diri sendiri dengan membeli baju bagus! kalau begini kan repot jadinya!

Akhirnya Devi mengobrak-abrik isi lemarinya hingga ke dasar, dan menemukan sebuah sweater tipis berwarna abu tua, untunglah tak bau apek, walaupun ada di dalam lemari terlalu lama. "Aku setrika dulu aja, biar rapih," gumam Devi sambil mengambil setrikaan.

Sudah jam 8.35 menit, dan Devi sudah siap untuk pergi. Dia tampak cantik dengan sweater polos warna abu tua yang dia beri aksesori kalung batu akrilik etnik yang pernah Devi beli beberapa tahun yang lalu. Devi ingat, dia membeli kalung ini karena kasian pada penjualnya yang nampak sedih karena dagangannya tak begitu laku. Syukurlah dia membelinya saat itu, sehingga sekarang penampilannya tak terlalu buruk.

Saat sedang menyapukan bedak di wajahnya, telpon berdering. Buru-buru Devi mengangkatnya karena yakin si penelpon adalah Devan.

"Ye, Dev?"

"Dev? siapa Dev?"

Devi menjauhkan ponselnya dan menatap layarnya, nama 'Dimas' tertera di sana. Seketika Devi menghela napas.

"Ada apa, kak?"

"Ada temen kamu, namanya Anik. Dia mau kerja di sini gantiin kamu. Gimana menurutmu?" tanya Dimas.

Devi menaikan sebelah alisnya, "Anik?"

Sekarang Devin paham, ternyata si Anik itu mengincar pekerjaannya, makanya dia ikut-ikut Sita memarahi Devi dan menyuruh Devi keluar!

"Terserah Kak Dimas, Kakak kan bisa training dia dulu, kerjanya gimana, ok atau nggak kan bisa ketahuan," ucap Devi sambil melanjutkan aktivitas berdandanya. Kali ini dia menyatukan liptint ke bibirnya agar bibirnya tampak lembab dan lembut.

"Kamu bisa training dia dulu, nggak?" pinta Dimas.

"Bisa, tapi besok. Sekarang aku lagi mau pergi."

"Pergi ke mana?"

Ih! kepo amat ni orang! "kencan dong," Devi menahan senyumnya.

"Kencan dengan siapa? dengan Om-Om yang waktu itu, ya?! Jangan Dev! bisa-bisa kamu di bawa ke Hotel lalu ka-"

"Ih! Kak Dimas pikirannya deh! tolong! nggak usah mikir negatif gitu!" Devi berusaha menghentikan ucapan Dimas yang makin ngelantur.

"Orang dewasa itu, pasti kalau kencan ke tempat begituan, Dev! Hati-hati kamu!"

"Iya, iya, Terima kasih buat perhatiannya, aku pergi dulu ya!" Devi menekan tombol merah dan meletakkan ponselnya.

Dia mendesah sambil menyisir rambutnya.

Tak berselang lama, ponselnya kembali berbunyi. "Kenapa lagi sih, kak?!" kesalnya.

"Kak siapa?"

Devi terdiam mendengar suara yang sangat di nantikan sedari tadi, "Devan? eh, anu tadi kak Dimas anis telpon, aku kira dia yang telpon lagi..." ucap Devi malu.

Devan berdecak, "udah siap belum?" tanya Devan.

"Su-sudah, eh, emangnya kamu sudah sembuh? kok ngajakin jalan-jalan?"

"Sudah," jawab Devan singkat. "Buruan, panas nih..."

"Lho, kamu di mana memangnya?" kaget Devi.

"Aku di depan gang."

"Oh, iya aku langsung ke sana, tunggu sebentar," Devi langsung menyambar tas ranselnya dan berlari keluar kamar. Tak sampai lima menit, Devi sudah berdiri di dekat Devan.

Devan memakai jaket bomber warna coklat, dengan kaos putih dan celana jeans hitam. Sederhana tapi tampak keren karena di dukung dengan bentuk tubuh Devan yang atletis. Ya dia baru 15 tahun, tapi tinggi badannya melebihi Devi yang hanya memiliki tinggi 155cm.

"Kita mau kemana?"

"Aku pengen ke pantai," jawab Devan sambil menyerahkan helm pada Devi.

Devi mengangguk paham. Dia pun memakai helm lalu naik ke atas motor matic. Mungkin karena akan melakukan perjalanan yang cukup jauh, Devan sengaja memakai motor matic ini agar mudah.

Tanpa di suruh lagi, Devi melingkarkan tangannya di perut Devan, dan Devan pun langsung tancap gas.

Dalam perjalanan, tiba-tiba tangan kiri Devan mengelus tangan Devi yang melingkari perutnya. "Kamu sudah sarapan?" tanyanya.

Demi apa! Devi membola. Tangannya, saat ini sedang di genggam Devan! memangnya mereka sudah sedekat apa, sampai Devan bisa dengan santainya menggenggam tangan Devi. Apa yang terjadi? apa mereka sudah jadian tapi Devi hilang ingatan? melupakan tanggal jadian mereka?

"A-aku... aku belum sarapan..." ucap Devi gugup.

"Kita mampir makan dulu kalau gitu, mau makan apa?"

Devi terdiam tak percaya. Ini bener? cowok yang di depannya baru berusia 15tahun? kenapa seperti gentlemen begini sikapnya. Oh my got!

"A-apa aja..." ucap Devi sambil menelan salivanya beberapa kali.

Pergi dengan Devan tampaknya nggak baik buat jantung Devi, berulang kali jantungnya serasa mau copot. Devan terlalu sweet!

"Ada lontong sayur tuh, mau?" Devan melepaskan pegangan tangannya lalu kembali memegang kendali motor karena dia harus berbelok ke sebuah warung lontong sayur di pinggir jalan.

Devi menganggukkan kepalanya, menurut.

Devan memesan dua porsi lontong sayur dan segelas es jeruk, lalu mengajak Devi duduk. Setelah itu dia mengambil sendok dan garpu lalu menyerahkannya pada Devi setelah dia bersihkan terlebih dahulu dengan tisu.

"Terima kasih," ucap Devi sambil terus memandangi Devan dengaan kagum.

"Makanlah, habis itu kita lanjut lagi. Soalnya masih jauh," Devan memalingkan wajahnya lalu menatap lontong sayur yang ada di depannya dan mulai melahapnya.

"Aku nggak bisa bawa motor, kalau bisa pasti kita gantian bawa motornya. Aku takut kamu kecapean terus sakit lagi..." ucap Devi khawatir.

"Aku sudah bawa obatku, kok. Tenang aja. Buruan makan."

"I-iya," Devi pun melanjutkan makannya.

Setelah selesai, mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini, demi kebaikan jantungnya, Devi tak memeluk Devan. Dia meletakkan tangannya di atas pahanya sendiri, namun Devan malah meraih tangan kiri Devi, dan memindahkannya di atas paha kirinya sambil terus menggenggamnya, bahkan kini tangan Devan dan Devi saling bertautan di atas paha Devan.

"Oh... apakah aku masih berpijak di bumi????"

#bersambung.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!