NovelToon NovelToon
INDIGO

INDIGO

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Mata Batin / Hantu / Tumbal
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lia Ap

Nadia ayu, seorang gadis yang bisa melihat 'mereka'

mereka yang biasa kalian sebut hantu, setan, jin, mahluk halus atau lain sebagai nya.


suara dari mereka, sentuhan bahkan hembusan nafas mereka, bisa di rasakan dengan jelas. Sejak mengalami kecelakaan itu, mengubah cara pandangannya terhadap dunia..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lia Ap, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. Ditengah senja

Sore itu, aku baru keluar dari gedung Peru Horizon. Langit sudah mulai berwarna oranye, tanda jam kerja akhirnya selesai. Di depan, mobil hitam yang kukenal terparkir rapi. Kak Joan berdiri di samping mobil, kemeja putihnya masih rapi meski lengan digulung, celana kain gelapnya kontras dengan debu jalanan. Wajahnya terlihat lelah, tapi tatapannya selalu terasa menenangkan.

Begitu aku menghampiri, dia langsung membuka pintu untukku.

“Capek, ya?” tanyanya pelan.

“Lumayan. Tapi aku seneng kamu jemput. Kamu sendiri udah makan?”

Dia menggeleng sambil tersenyum tipis. “Belum. Tapi aku kuat. Ayo masuk, aku antar kamu pulang.”

Begitu mobil melaju, suara mesin berpadu dengan lagu pelan dari radio. Joan menatap jalan dengan fokus, tapi suaranya terdengar ringan.

“Tadi aku baru selesai autopsi dua kasus,” katanya. “Yang satu korban kecelakaan, tubuhnya remuk parah… yang satu lagi korban pembunuhan, tusukan di perut. Aku hampir nggak bisa makan siang gara-gara baunya.”

Aku spontan meringis. “Kamu kok ceritanya sekarang, sih? Aku jadi kebayang…”

Dia melirik sebentar, senyum tipis di bibirnya. “Aku kira kamu udah kebal. Kamu kan suka denger aku cerita.”

“Aku denger, tapi kamu bisa pilih kasus yang nggak bikin aku mual nggak?”

Joan terkekeh kecil, suaranya rendah. “Kalau aku cerita kasus yang ringan, kamu nggak akan manja kayak gini. Aku suka kalau kamu begini… jadi aku bisa bikin kamu tenang.”

Aku meliriknya, pura-pura manyun. “Kamu sengaja, ya?”

Dia menoleh sebentar, tatapannya serius tapi hangat. “Sengaja bikin kamu deket sama aku? Iya, selalu.”

Ucapan itu bikin dadaku hangat. Aku bersandar sedikit ke kursinya, meraih tangannya yang ada di tuas persneling.

“Kamu selalu tahu cara bikin aku luluh.”

Dia menggenggam jemariku sebentar, senyum tipis kembali muncul. “Karena aku cuma mau kamu tenang sama aku.”

Di kursi belakang, Wita dan Gilang asyik ngobrol pelan.

“Kamu capek banget, ya?” tanya Gilang, menatap Wita.

“Iya, tapi aku seneng kamu ikut. Jadi nggak terlalu berasa capeknya.”

Gilang tersenyum, suaranya pelan. “Kalau kamu mau, habis dari pantai nanti kita cari makan bareng, cuma berdua.”

Wita menoleh, matanya menyipit nakal. “Kamu nggak takut aku ngantuk terus ninggalin kamu makan sendiri?”

Gilang tertawa kecil. “Nggak apa-apa. Yang penting aku bisa lihat kamu senyum hari ini.”

Aku yang mendengar percakapan mereka cuma bisa senyum kecil. “Eh, kalian berdua kayaknya lagi mesra banget, ya?”

Wita langsung nyeletuk, “Yaelah, lo sama Kak Joan juga nggak kalah mesra, Nad. Jangan pura-pura polos deh.”

Aku nyengir, “Gue mah biasa aja. Biar lo yang norak duluan.”

Tawa kami bertiga pecah, sementara Joan cuma menggeleng kecil sambil fokus nyetir.

Joan kemudian menurunkan volume lagu. “Kamu nggak masalah denger cerita aku soal kerjaan, kan?”

Aku mengangguk. “Aku nggak masalah. Aku cuma… kadang kasihan sama kamu. Pasti capek banget lihat semua mayat tiap hari.”

Dia menarik napas pelan. “Capek, iya. Tapi kalau ada kamu, semua rasanya ringan. Aku cerita ke kamu bukan biar kamu takut… tapi biar kamu tahu, aku selalu pulang dengan lega karena ada kamu yang nunggu.”

Kata-katanya bikin aku menatapnya lebih lama. Aku menggenggam tangannya lebih erat. “Aku selalu nunggu kamu, kok. Dan aku nggak akan kemana-mana.”

Dia melirikku sebentar, matanya hangat. “Bagus. Karena aku nggak mau kamu jauh dari aku.”

Mobil terus melaju ke arah pantai, matahari pelan-pelan tenggelam di cakrawala, dan aku merasa sore ini akan jadi salah satu hari yang sulit kulupakan.

Angin laut terasa lembut di wajahku, membawa aroma asin yang khas. Pasir terasa dingin di telapak kaki, dan suara deburan ombak jadi musik alami yang menenangkan. Aku dan Joan duduk di atas pasir yang agak kering, sedikit menjauh dari bibir pantai. Di kejauhan, Wita dan Gilang sibuk berlari-lari kecil, saling menyiram air, tertawa lepas seperti anak-anak.

Joan menyentuh tanganku, jemarinya hangat di tengah udara sore. “Kamu seneng aku ajak ke sini?”

Aku menoleh, tersenyum. “Seneng. Rasanya semua capek hilang.”

Dia menatapku, matanya dalam. “Kalau aku bisa, aku mau tiap hari bikin kamu merasa kayak gini. Biar kamu nggak pernah mikirin kerjaan berat lagi.”

Aku tertawa kecil. “Kamu sendiri kerjanya lebih berat, tau. Aku justru pengen kamu yang santai.”

Dia mengangguk pelan. “Santai itu kalau aku sama kamu. Itu aja udah cukup.”

Aku bersandar ke bahunya, memejamkan mata sebentar. Tapi ketika membuka mata, pandanganku tanpa sengaja tertuju ke laut.

Langit sudah mulai gelap, matahari hampir tenggelam. Ombak bergerak pelan, tapi… ada sesuatu yang nggak biasa. Di tengah air, agak jauh dari garis pantai, aku melihat bayangan gelap. Bukan perahu. Bukan manusia. Sosok itu seperti… tinggi, bergerak perlahan, bentuknya samar—terlihat seperti beberapa figur berdiri di atas air, tapi tidak tenggelam.

Aku spontan menggenggam lengan Joan lebih erat. “Kamu… lihat itu nggak?” suaraku bergetar tanpa sadar.

Joan menoleh ke arah pandanganku. “Apa? Aku cuma lihat ombak.”

Aku menunjuk pelan. “Di sana… di tengah. Itu… apa?”

Saat aku kembali menatap, sosok-sosok itu seperti berdiri lebih dekat. Bentuknya makin jelas—hitam, tinggi, tubuhnya seperti berasap, tak punya wajah. Seolah-olah memandang ke arah kami. Angin pantai tiba-tiba terasa lebih dingin, menusuk tulang.

Bulu kudukku langsung berdiri. Nafasku memburu.

“Joan… mereka… mendekat…” bisikku nyaris tak terdengar.

Joan menatapku, wajahnya serius. “Kamu pucat. Tenang… mungkin cuma bayangan. Pegang aku.”

Dia meraih bahuku, mencoba menenangkan, tapi matanya ikut menajam, seolah berusaha memastikan apa yang kulihat itu nyata atau cuma bayangan senja.

Di kejauhan, Wita dan Gilang masih tertawa, tak menyadari apa pun. Tapi aku merasa… apa pun itu, bukan cuma bayangan. Dan makin lama aku menatap, makin terasa… seolah sosok-sosok itu bergerak ke arah kami.

Aku berbisik pelan, “Joan… kalau mereka makin dekat… kita harus… pergi.”

Angin kembali bertiup, kali ini membawa suara samar—seperti bisikan, tak jelas dari mana asalnya.

Joan menggenggam tanganku lebih erat. “Aku nggak tahu apa itu. Tapi aku janji… aku nggak akan ninggalin kamu di sini.”

\=\=\=\=

Joan belum sempat berdiri ketika angin tiba-tiba berhembus kencang, jauh lebih dingin dari sebelumnya. Deburan ombak mendadak terdengar berat, seperti ada sesuatu yang bergerak di bawah permukaan. Aku memeluk lengannya erat, jantungku berdegup kencang.

Wita dan Gilang yang tadi tertawa kini berhenti, menoleh ke arah laut.

“Nad… kamu lihat itu juga, kan?” suara Wita bergetar.

Aku menelan ludah. “Iya… mereka… semakin dekat…”

Sosok-sosok hitam itu kini jelas terlihat. Ada tiga, tinggi menjulang, tubuhnya seolah terbuat dari kabut pekat yang terus bergerak, tapi tetap berbentuk menyerupai manusia. Tidak ada wajah, hanya rongga hitam di tempat mata seharusnya. Mereka berdiri di permukaan air, pelan-pelan melangkah ke arah pantai, meski kaki mereka tak pernah benar-benar menyentuh pasir atau air.

Ombak di sekitar mereka beriak tak wajar, seperti laut menolak keberadaan mereka. Angin membawa bisikan samar, suara lirih tak berbahasa, tapi menusuk telinga.

“Joan… mereka nyata… bukan cuma bayangan…” suaraku hampir putus.

Joan berdiri, menarikku berdiri bersamanya. “Pegang tanganku. Kita mundur pelan-pelan. Jangan lepaskan aku.”

Wita meraih tangan Gilang, wajahnya pucat. “Kamu lihat mata mereka? Atau… apa pun itu?”

Gilang menggeleng cepat. “Aku nggak tahu itu apa, tapi kita harus keluar dari sini. Sekarang.”

Saat kami mulai mundur, pasir di bawah kaki terasa dingin seperti es. Ombak tiba-tiba menggulung lebih dekat dari biasanya, meski air laut seharusnya masih jauh. Dari arah sosok-sosok itu, terdengar suara seperti teriakan jauh di bawah air, melengking dan menggetarkan dada.

Tiba-tiba, salah satu sosok berhenti. Kepalanya menoleh langsung ke arahku. Meski tanpa wajah, aku bisa merasakan tatapan tajamnya menembus kulitku. Udara di sekitarku mendadak semakin berat, sulit bernapas.

“Aku… nggak bisa… gerak…” suaraku tercekat. Kakiku terasa kaku, seperti ada sesuatu yang menahan dari dalam pasir.

Joan langsung menarik tubuhku, memelukku erat. “Nadia! Lihat aku! Fokus ke aku, jangan lihat mereka!”

Dia mengguncang bahuku, menepuk wajahku pelan agar aku tetap sadar. Sementara itu, Wita berteriak, “Mereka makin dekat! Gilang, bawa mobil!”

Angin bertiup makin kencang, hampir seperti badai kecil. Bayangan hitam dari sosok-sosok itu mulai merayap di pasir, memanjang seperti tangan-tangan kabut yang berusaha meraih kaki kami.

Joan meraih lenganku kuat-kuat, matanya tajam. “Lari. Sekarang!”

Kami semua berlari sekuat tenaga menuju parkiran, suara pasir berderak di bawah kaki, sementara di belakang, terdengar suara jeritan panjang—bukan dari manusia, tapi dari sosok-sosok itu.

Sesaat sebelum sampai ke mobil, aku menoleh sekilas. Sosok-sosok itu sudah di tepi pantai, tubuh mereka mulai terpecah menjadi asap hitam yang berputar-putar, seperti berusaha mengikuti kami… tapi tak bisa keluar dari garis pasir basah.

Kami semua masuk ke mobil, Gilang langsung menyalakan mesin. Joan meraih wajahku, memastikan aku sadar. “Kamu nggak apa-apa? Kamu bisa napas?”

Aku mengangguk pelan, meski jantungku masih berpacu. “Mereka… apa itu?”

Joan menatap kaca spion, wajahnya tegang. “Aku nggak tahu… tapi kita nggak akan berhenti di sini lagi malam-malam.”

Saat mobil melaju menjauh dari pantai, bisikan samar masih terdengar di telingaku, entah nyata atau hanya bayangan.

1
Afiq Danial Mohamad Azmir
Wahhh!!
Alexander
Nggak kebayang ada kelanjutannya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!