NovelToon NovelToon
Last Chance

Last Chance

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Teen Angst / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: CutyprincesSs

Daniel Ferondika Abraham adalah cucu pertama pemilik sekolah menengah atas, Garuda High School.
Wajahnya yang tampan membuatnya menjadi idaman siswi sekolahnya bahkan di luar Garuda juga. Namun tidak ada satupun yang berani mengungkapkan rasa sukanya karena sikap tempramen yang di miliki laki-laki itu.
Hal itu tak menyurutkan niat Dara Aprilia, gadis yang berada di bawah satu tingkat Daniel itu sudah terang-terangan mengungkapkan rasa sukanya, namun selalu di tolak.
Mampukah Dara meluluhkan hati Daniel? dan apa sebenarnya penyebab Daniel menjadi laki-laki seperti itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CutyprincesSs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22

Setelah pengumuman beasiswa itu, Dara duduk lama di dalam kamar sambil memandangi notifikasi di layar laptop. Hatinya campur aduk, antara bahagia, gugup dan belum percaya. Tapi satu hal : dia harus kasih tahu Zahra. Ia lalu mengetik sesuatu dengan cepat.

^^^Dara :Zahra, besok bisa ketemuan di taman? Gue mau ngasih tahu sesuatu^^^

Zahra : Kenapa gak sekarang aja?

^^^Dara : No, gue maunya ketemu langsung, jangan telat ya? Jam 10 pagi.^^^

Zahra : Serius amat dah. Siap Dara queen of ambis

Besoknya di taman kecil belakang kafe favorit mereka,Dara duduk sambil bawa tas jinjing. Wajahnya nahan sesuatu yang besar, sedangkan Zahra datang dengan gaya santai sambil ngunyah permen karet.

"Muka lo kaya ketahuan maling." celetuknya sambil duduk di sebelah Dara. "Heh, jangan ngawur!" balas Dara ketawa panik. "Yaudah, terus kenapa nih ngajak ketemuan sayang?" Dara mengembuskan napas, "Gue keterima beasiswa kuliah di Inggris.

Zahra ngefreeze, "Apa...?" alaa Zahra buat beberapa orang di sana nengok ke arah mereka, "Ini serius? Inggris, Dara." Dara mengangguk dan senyum kecil. "Iya Zah, Education and Child Development, kuliah sambil healing hehe." Zahra mendekat dan memeluk erat sahabatnya itu.

"Lo g*la! Lo keren banget sumpah! Terus... Terus Daniel?" Dara mengendikkan bahunya. "Gue nggak peduli lagi!" Zahra mengangguk. "Yaudah stop mikirin dia lagi! Sekarang kita harus rayain ini. Samudra juga harus tahu, kak Revan juga. Kalau kak Aldrian kan udah ke jepang. Pokoknya ini harus di rayain!" Dara menggelengkan kepala melihat tingkah Zahra. "Drama banget astaga."Zahra mengibaskan rambutnya. "ini momen bersejarah anjay", ia lalu mengetikkan sesuatu di grup :

Zahra : Paket!!! Ayo kumpul, Dara punya kabar besar!

Samudra : Waduh, jangan bilang Dara mau nikah sama Daniel

Revan : Fix dia kabur ke Korea

Dara : Kalian pada ngawur heh

Zahra : Pokoknya hari ini kita ketemu jam 5 sore di tempat biasa, semua wajib datang.

Setelah menutup obrolan chat, mereka berdua berpelukan lagi dan Dara menjawab pertanyaan Zahra dengan santai mengenai step by step dia daftar beasiswa.

Menjelang sore, di rooftop kedai ice cream favorit mreka. Angin semilir meniup beberapa helai anak rambut Dara. Warna jingga kecoklatan juga menambah suasana santai mereka disana. Dara duduk di sebelah Zahra, sementara Revan dan samudra duduk di hadapan mereka. Kedua laki-laki itu sedang khidmat menyantap es krim. Semua sudah hadir, minus Aldrian yang emang udah berada di Jepang, sebulan setelah terima ijazahnya.

"Keren anjir, seorang Dara Aprilia Fransiska sehabis nyerah sama Daniel langsung keterima beasiswa, Inggris men!" Revan menggelengkan kepala, di buat dramatis. "Apalagi jurusannya, itu nunjukin kalau hatinya lebih gede dari isi dompet gue." imbuh Samudra nyengir setelah minum es krim yang mulai mencair.

Dara terkekeh, ia mencubit lengan Samudra.

"Gue pamit ya gaes, walaupun belum ujian, tapi gue takut kita gak bisa ketemu kaya gini lagi." Zahra melihat Dara dengan syok, "Ya ampun ini pamitan?" nadanya di buat lebay. "Yaelah Dar, baru juga keterima beasiswa masa langsung pamitan? Kaya kita nganter lo ke bandara aja." revan mendesah keras, Samudra geleng-geleng kepala, "Sama-sama lebay emang kalian berdua." Dara cemberut, lalu ikut ketawa. "Biarin wlee! Gue sekalian persiapan mental. Kalian juga tahu, keluarga gue juga baru tahu kemarin, reaksinya juga... Campur aduk." Zahra memeluk dan menyandarkan kepala nya di bahu Dara.

"Lo keren banget, modal nekat doang, dan semua sesuai sama yang lo mau."

Mereka terdiam sejenak, hening dan larut dalam suasana saling mendukung dan mempererat persahabatan mereka. Kemudian, Revan mengangkat gelas plastiknya. "Oke, ini untuk Dara, buat langkah barunya... Dan untuk kita semua yang akhirnya harus rela... Kehilangan satu pasukan lagi." Dara ikut mengangkat gelasnya, "Gue gak mau nangis ini."

"Halah, ember di belakang banyak, nanti kita pinjam." celetukan Zahra membuat hari mereka berlalu dengan bahagia.

 

Hari yang di tunggu pun tiba. Ruang guru yang biasanya ramai, mendadak sepi. Hanya suara balikan kertas yang mendominasi. Walaupun ujian sedang berlangsung, Dara tetap tidak menurunkan fokusnya untuk lulus dengan nilai baik walaupun beasiswa kuliah di inggris sudah berada dalam genggamannya.

Zahra pun juga meskipun sedang menghadapi ujian, ia pelan-pelan menyiapkan berkas untuk bekal kuliahnya di Bandung bersama Samudra. Revan yang memilih stay kuliah di jakarta kembali pada rutinitas nya. Semua sibuk dan melakukan aktifitas masing-masing.

Sementara itu, di tengah kondisi kantor yayasan yang sedikit memanas, Daniel tetap memantau tunangan nya, Ebie. Ebie terlihat sangat biasa dalam ujian akhir. Ia berpikir, orangtua nya adalah orang berpengaruh, jadi nilai ujian pun bukan masalah untuk nya.

Ebie justru semakin meningkatkan status sosial nya dengan sering mengunjungi butik tempat gaun pesta pernikahan nya dengan Daniel di pesan untuk pernikahan nya bulan depan.

"Mama! Aku mau semua serba pink dan di penuhi bunga mawar merah yang wangi!" perintah nya kepada ibunya. "Semua akan berjalan sesuai impianmu sayang, kau akan menjadi ratu di hari pernikahanmu." balas ibunya. Ebie sedang melakukan perawatan kulit di temani Daniel. Sebenarnya Daniel, sudah berkata tidak bisa karena masalah kemarin, tapi ibu Ebie meminta nya untuk lebih dekat dengan putrinya.

"Bukankah kau seharusnya ujian sekolah?" tanya Daniel melihat Ebie yang tersenyum bahagia. "Sudah ada papa, apa yang harus aku khawatirkan?" jawabnya mengendikan bahu. "Dengar Ebie, kau adalah perempuan, dan kau adalah calon ibu untuk anak-anakku nanti, bagaimana kau bisa seperti itu? Siapa yang akan mengajar mereka-" ucapan Daniel terpotong, "Oh! Kau ingin mengungkit masa lalumu itu? Kau sengaja membandingkan aku dengan Dara? Sudahlah! Menyebalkan!" Ebie pergi, ibu nya tak dapat menahannya sedangkan Daniel mengepalkan tangannya diam-diam.

Daniel pulang seperti biasa, dia melepas jas dan dasinya, membuka satu kancing kemeja nya lalu ponsel di meja nya berdering.

"Mengapa kau baru menghubungiku?" terdengar dari seberang telepon, suara seorang pria yang seumuran dengan Daniel menjawab, "Karena aku pikir ini adalah berita yang melegakan untukmu."

Daniel melempar tubuhnya ke atas kasur, "Beritahu aku."

"Dara mendapat beasiswa penuh ke Inggris 2 minggu lalu, dia merayakan bersama teman-temannya di cafe es krim langganannya." lapor mata-mata itu. Daniel terkejut, "Mengapa kau tak memberitahuku saat itu juga?" gumam Daniel pelan. "Aku pikir kau sibuk. Lagipula bukankah kau sudah membuat jarak sendiri dengan hidupnya."

Daniel tersenyum kecut, 'Selamat ya dara, maaf karena gue nggak sempat ikut bahagia bareng lo.' Daniel menutupi mata dengan tangan kirinya, menahan air matanya keluar.

Beasiswa penuh, Inggris, selebrasi 2 minggu lalu, tanpa dirinya tahu. satu persatu fakta itu membentuk luka dalam dadanya yang tak bisa ia jelaskan dengan kata-kata.

Bahkan Revan yang dulu sangat dekat dengannya tidak memberitahu soal ini padanya. "Gue udah nggak ada artinya ya Ra buat lo? apa cinta lo benar-benar hilang buat gue?" ia meringkuk, tangsinya pecah, perasaan sesak keluar begitu saja.

Beberapa minggu terakhir hidupnya seperti jatuh dalam lubang tekanan. Yayasan tempat kakeknya berjuang, tengah sekarat akibat tangan licik yang memanipulasi keuangan tempat itu, dan bukti mengarah ke keluarga tunangannya. Ebie semakin mengejar popularitas, namun tak pernah memperhatikannya. orang tuanya fokus pada pengobatan Abraham yang kian menurun titik Daniel rasanya ingin lari dari ini semua, menuju satu tempat pelabuhan ternyaman : Dara.

***

Jangan lupa dukungannya buat author berupa vote dan komen biar semangat ngetik lagi, hehe

lopyuu😘

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!