Siti tak bisa mencegah sahabatnya berbuat tak senonoh bersama kekasihnya di sebuah pemandian air panas Gunung Keramat.
Kejadian memalukan itu mengundang kemurkaan para penunggu gunung. Masyarakat setempat sejak dulu percaya ada sejenis siluman ular pertapa di tempat itu, yang mana jika menggeliat bangun longsor tercipta, jika membuka mulutnya maka mata air deras membuat banjir bandang melanda desa-desa di bawahnya.
Malam itu Siti yang nekad menyusul temannya ke pemandian air panas mengalami kerasukan. Rohnya ditukar oleh Siluman ular pertapa itu, Roh Siti ada di alam jin, dan tubuh Siti dalam kendali Saraswati Sang Siluman berkelana di alam manusia, berpura-pura menjadi mahasiswi pada umumnya.
Di alam manusia, Saras dikejar-kejar oleh Mekel dan Jordan, wakil presiden BEM dan Presiden BEM itu sendiri. Sedangkan di alam jin, Siti malah membuat seorang Pangeran harimau bernama Bhre Rakha jatuh hati.
Bhre Rakha mau membantu Siti mendapatkan kembali tubuhnya, asal mau menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Lions, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Ciuman Pertama Mekel
***
Sementara itu di alam manusia…
Siang ini saat jam makan siang lagi-lagi Saras menghilang mengejar cintanya. Yuli jadi makin gemuk karena dapat jatah makan dobel, hal ini membuat Vano tak suka.
"Beb, udah dong ! Banyak amat ih makan nasi, baju makin nggak muat tuh, ntar beli lagi," ucap Vano menjauhkan piring makan milik Siti dari hadapan pacar setianya itu.
"Kenapa sih, Beb ? Kan sayang nggak dihabisin, mubazir ntar rezekinya ilang. Orang-orang di luar Jawa tuh pada jarang makan nasi, kita di Jawa gak boleh buang-buang nasi," kata Yuli ngotot makan lagi.
"Si Siti kemana sih ? Udah semingguan nggak pernah makan, badannya udah kurus pake diet segala," tanya Vano akhirnya ikut makan jatah lauk pauk Siti.
"Sebenernya… eits tapi jangan bilang siapa-siapa ya, Beb, Siti tuh disukai sama Mekel, pas hari jadiannya dia sama Jordan, Mekel ngasih surat cinta buat Siti," bisik Yuli.
"Udah kuduga nih dari awal, semenjak Siti pake baju-baju adat begitu ke kampus, Mekel jadi sering lewat Fakultas ini, trus Siti milih siapa ?" kata Vano mengetuk-ketuk piring seng itu.
"Milih Mekel lah, ternyata Mekel jauh lebih baik daripada Jordan," jawab Yuli menciduki sayur milik Siti ke piringnya.
"Pilihan tepat, Jordan diincer banyak cewek, bisa-bisa dilabrak tuh si Siti sama fans fanatiknya Jordan," jawab Vano.
Yuli angguk-angguk kemudian berpikir, "eh tapi kamu ngerasa aneh nggak sih sama Siti, Beb ? Pernah liat nggak Siti berperilaku nggak wajar gitu selama ini ?" tanyanya.
Vano jadi ikut mikir, "dia kan emang gak pernah wajar hampir tiap hari, terutama… sejak sering pake baju-baju aneh begitu."
"Nah itu yang aku khawatirin juga, aku tuh ngerasa dia nggak kayak Siti yang dulu, ada sesuatu yang dia sembunyiin dari semua orang," bisik Yuli dengan wajah serius.
"Tapi… setiap orang pasti berubah juga tergantung situasi dan kondisi, atau pengaruh medsos," kata Vano menghabiskan sisa makanan apa saja yang ada di atas meja makan kantin.
"Nggak gitu, Beb, aaaahh susah jelasinnya sama kamu," kata Yuli kesal, ia mau makan lagi tapi kaget semua makanan di meja habis tak bersisa.
"Gak usah dipikirin, Beb, kita mikirin hubungan kita sendiri aja, ya, gimana klo ntar malem aku jemput ? Jalan-jalan keliling, beli pentol, mumpung malam Sabtu," bisik Vano sembari mengedip-kedipkan matanya sebelah.
Yuli merona pipinya, "jalan-jalan doang beli pentol ?" tanyanya.
Dalam hati si Yuli berkata, "nggak mungkin kalau nggak ada maunya."
"Ya… kalau kamu juga mau sih, kita ke kosannya temenku yang ditinggal cuti," bisik si Vano brengsek.
"Katanya cuman sekali doang," ujar Yuli takut hamil di luar nikah, ia juga sadar perbuatannya ini dosa.
"Kamu ragu klo aku bakal nikahin kamu nantinya, Beb ? Klo ragu ya mending gak usah diterusin hubungan kita," katanya.
"Ya jangan gitu, aku udah ngasih keperawananku hanya buat kamu, Beb, aku temenin kamu dari 0, dari ospek, jangan dibuat sia-sia lah semua pengorbananku itu," ujar Yuli wajahnya susaaaah sekali.
"Yaudah, ntar malam kujemput, bilang aja ke Siti, jalan-jalan sebentar nyari pentol, gitu," ucap lelaki tampan beraroma garangan ini mendikte.
Yuli bibirnya mengerucut angguk-angguk. Ia tak paham siapa Vano sebenarnya, bagaimana seorang Vano yang keren bak Arjuna di masa ospek mudah sekali berubah. Seperti yang Vano bilang, semua orang mudah berubah karena pengaruh kondisi dan media sosial. Vano bergaul dengan para bajingan playboy, tukang mabok, tukang judol, dan ia jadi ikut-ikutan. Jordan yang punya banyak uang dari orang tuanya bebas dan leluasa bergaya hidup seperti itu, tapi teman-temannya yang lain yang tak sekaya itu bakal paling susah ujung-ujungnya.
Sedangkan Saras kini ada di gedung rektorat, ia tadi melihat Mekel masuk ke dalam gedung itu, ia pun ikut masuk. Sebuah piano besar dimainkan dengan lembut oleh sang musisi di ruang tunggu gedung yang paling mewah dan dingin di kampus ini, ia bergegas mendekat.
"Maafkan aku, membuatku tak suka.. karena aaaahhhkuuuuh…," ucap Saras bernyanyi di samping piano itu tanpa diundang, mana nyanyinya mendesah-desah manjah begitu.
Mekel muak, langsung ia hentikan jari-jemarinya dan ia tenteng ranselnya masuk ke dalam lift ke lantai gedung paling atas. Saras terdiam seketika, "apa suaraku fales ?" ia bertanya-tanya.
Saras bingung bagaimana cara naik lift, ia takut salah pencet, jadi ia berjalan ke tangga darurat dan melayang dari sana sampai lantai atas. Di lantai atas hanya ada 1 ruangan pribadi rektor berkumis.
"Terima kasih, Mekel, kemarin Papi kamu nelpon dan katanya mau mendanai lagi seluruh keperluan buat acara santunan Ramadhan dan buka bersama bulan depan," ucap Rektor.
"Iya, Pak, sama-sama," jawab Mekel angguk-angguk saja.
Rektor mengerutkan keningnya sambil nyengir, "kamu ada masalah, Mek ?"
"Gak Pak, gak papa," jawabnya.
"Mobil kamu belum beres juga ?" tanya Rektor menyinggung.
"Besok sudah beres kata bengkelnya, Pak," jawabnya.
'Jegrek,' tiba-tiba Saras membuka pintu ruangan itu dan nyelonong masuk, bahkan duduk di kursi kosong samping Mekel sembari mengumbar senyuman polosnya.
Mekel langsung angkat kaki dari ruangan beraroma kayu jati itu pergi. "Ditinggal lagi," ucap Saras ikut berdiri mengejar keluar ruangan.
Pak Rektor jadi bingung sendiri sekarang, ia ikut berdiri melongok keadaan di depan ruangannya sana. Saras mengejar Mekel yang lagi-lagi menghindarinya, "Mekel tunggu !"
Kali ini Mekel mau menunggu, "lu apa-apaan sih ? Kemana-mana lu ngikutin gua, mau lu apa ?" tanyanya galak.
Saras tersenyum, "akhirnya mau ngomong juga kamu. Ih, kamu tuh yang apa-apaan, kamu yang cinta sama aku, kamu yang nyanyi malam-malam di depan kosan khusus buat aku, kamu yang ngasih hadiah bunga, jajan, mie dan jepit rambut sepanjang jalan sampai belakang fakultas juga buat aku, kamu sengaja ikutan seminar juga biar ketemu aku, sekarang kamu yang menghindar," katanya.
Mekel mengerutkan keningnya, "siapa yang bilang ?"
Saras menghembuskan nafas lelahnya, "aku pungut surat cinta kamu malam itu di jalanan."
"Ohh owalaaah," ujar Mekel menepok jidatnya sendiri.
Rektor memantau di ambang pintu ruangannya sambil duduk di kursi. "Ternyata drama cinta toh," batinnya.
"Klo emang udah tau kayak gitu, ngapa lu malah milih Jordan sih, Sit ? Dia pernah ngasih elu apa emang ? Apa yang kurang dari gue dari Jordan ? Gue nggak mau ada ribut sama temen sendiri gara-gara cewek," kata Mekel kesal.
"Itu aku ngaku salah, aku minta maaf, aku salah pelet gara-gara Yulianti pe'a mempengaruhiku, awalnya aku kira Jordan itu sempurna, kalau aku pacaran sama dia masa depanku terjamin, hidupku bakal bahagia, ternyata enggak, dia jauh dari yang aku bayangin, kamulah yang aku cari selama ini, bukan Jordan," kata Saras berusaha menjelaskan.
"Ya trus ? Kalian udah terlanjur jadian," kata Mekel singkat bersandar pada tembok lorong.
"Kita selingkuh," ajak si jin pe'a.
"Ngawur, nggak !!" jawab Mekel menolak tegas.
"Iya ya, kamu anak baik-baik, gak akan mau pastinya, kalau begitu, aku akan putuskan hubunganku dengan Jordan secepatnya, aku janji," jawab Saras.
"Gue gak mau jadi batu penghalang hubungan kalian berdua, Jordan sayang banget loh sama kamu, Sit, dia nggak akan ngelepas kamu begitu aja," kata Mekel.
"Itu gampang, biar aku yang urus," kata Saras.
"Gue…," sebenarnya Mekel masih keberatan.
Nantinya saat ia jadian dengan Siti, Jordan yang sedang patah hati akan memusuhinya, Jordan bukan lelaki ramah, anak buahnya dimana-mana, nekad melalui jalan ini artinya Mekel harus siap tempur, siap tawuran kalau perlu, bahkan siap pindah jurusan.
Saras tak mau tau lagi, tak mau mendengar apa-apa lagi, tiba-tiba ia peluk erat tubuh itu, ia berjinjit dan menempelkan bibirnya yang merona manis ke dagu Mekel. Ciumannya meleset, Mekel terlalu tinggi. Mekel sendiri kaget, membelalak, deg deg gan jantungnya, tapi ia menunduk dikit agar bibirnya bisa tergapai. Dan Saras benar-benar mendapatkan ciuman itu, ciuman cinta yang ratusan tahun ia rindukan. Mekel mengeratkan pelukannya ke pinggang Saras yang kecil, saking kecilnya pinggang itu seperti orang gak pernah makan.
Dan Pak Rektor mengunyah popcorn menyaksikan semuanya, 'kriuk kriuk kriuk.'
Ciuman terlepas, cuman nempel doang sih, karena sama-sama gugup juga. Mekel kedip-kedip menatap kedua mata Saras, cinta yang telah ia kubur ia gali lagi, sayang yang sudah ia lupakan ia ingat lagi.
"Lagi ?" tanya Saras minta tanpa malu.
"Sebentar," jawab Mekel langsung tengok belakang.
Siti pun menengok ke arah yang sama. Rektor langsung sungkan, "maap, maap semuanya, ehem," katanya menggeser kursi dan menutup pintu ruangan.
Dalam hati sang Rektor memekik keras, "whaaaaahhh…. calon menantu keluarga Kusumaningrat, beruntung sekali gadis aneh itu."
Mekel melepaskan pelukannya, ia genggam tangan kanan Saras dan ia ajak berlari-lari riang. Saras menjinjing jariknya berlari mengikuti kemana kaki sang cinta melangkah. Keduanya masuk ke dalam lift, Mekel memencet lantai di atas lantai paling atas ini, atap gedung.
'Cuuut,' lift pun membuka, keduanya keluar merasakan terpaan angin segar menjelang sore yang indah.
Mata siluman ular jatuh cinta ini menatap sebuah gunung di kejauhan sana, "gunung Keramat," katanya.
"Iya, setelah ujian semester ini gue rencana mau mendaki ke sana, gue harap lu bisa ikut," kata Mekel berdiri tegap penuh kebahagiaan, tak ia lepaskan genggamannya.
"Memangnya apa yang akan kita lakukan di sana ?" tanya siluman ini penasaran.
"Bakal gye ikrarin cinta kita berdua, supaya seluruh makhluk, dedaunan, hewan-hewan, angin gunung dan sumber mata air jernih tahu betapa kita akan selalu bersama, tak akan pernah terpisah selamanya, dan andai kita mati… di alam selanjutnya kita pun masih akan ketemu lagi, gimana ?" niat Mekel berucap mesra.
Mata Saras berkaca-kaca mendengarnya, "tak pernah aku sebahagia ini seumur hidup, kau laki-laki dengan berjuta kata indah memikat jiwa, ratusan tahun cintaku tak pernah membuahkan hasil, setiap aku mencintai ia tak mencintaiku balik, dan setiap aku dicintai aku tak mencintainya balik, tapi kau beda, aku merasa kau adalah kepingan mustikaku yang hilang," jawabnya.
Mekel rada-rada bingung, "ratusan tahun ?" batinnya. Tapi ia berpikir ah mungkin itu hanya kiasan saja.
"Hanya ada 1 PR kamu, Dek, Jordan," kata Mekel mengingatkan.
"Itu mudah, malam ini juga akan kuakhiri hubungan itu," jawab Saras bertekad.
***
Sepulang dari jam terakhir kuliah, Saras menelepon Jordan, "halo," sapanya saat jalan berdua bersama Yuli ke kosan.
"Ya, Sayang ?" jawab Jordan masih sibuk di sekertariatan BEM.
"Nanti malam kita ketemuan ya, aku mau ngomong sesuatu," jawab Saras.
"Bisa, apasih yang nggak buat kamu, Sayang, nanti malam jam 9 aku jemput ya," jawabnya di seberang telepon.
"Iya," kata Siti lega.
Yuli juga punya acara dengan Vano, "kamu ada janji sama Jordan, Sit ?" tanyanya.
"Iya," jawab Siti singkat tanpa menjelaskan tujuan aslinya.
"Aku juga ada janji sama Vano ntar malem," kata Yuli.
"Eeeh mau apa kamu, Yul ? Kau mau berzinah lagi ? Iya kan ?! Gilak kau ini, belum cukup kah kau ini bermaksiyat waktu itu ?" kata Saras menanggapi dengan tanggapan tak terduga.
"Ssshhh sssst, jangan keras-keras ! malu aku klo ada yang denger," kata Yuli menempelkan 1 jari di bibirnya.
"Pas melakukan kau tak ada malu, hampir saja seluruh makhluk penghuni gunung keramat murka karena kau," kata Saras menasehati.
"Iiih… aku cuman mau beli pentol," kata Yuli.
"Tidak mungkin," kata Saras tak bisa dibohongi.
"Kok gitu sig kamu, Sit ? Kamu sendiri mau keluar ama Jordan, trus kamu mau apa hah ?" kata Yuli balik cari kesalahan sahabatnya ini.
"Itulah, aku akan memutuskan hubunganku dengannya," jawabnya.
"Jangan main-main, kalian baru jadian seminggu," kata Yuli.
"Lalu kenapa ? Suka-sukaku lah," jawab Saras tak mah tahu.
"Dikasih tau juga," ucap Yuli menghela nafas lelah.
Siti yang sekarang jauh berubah, ucapannya selalu seperti itu, semaunya sendiri, itulah pikir Yuli. Si satu sisi Yuli juga bersalah menyuruh Siti jadian dengan Jordan. Jadi ia diam saja tak mau membahas hal itu lagi.
Tiba-tiba suara perempuan memekik di belakang, "Siti !!"
Saras dan Yuli berbalik badan, "siapa engkau wahai Kisanak ? Terasa asing wajahmu bagiku," tanya si Saras.
"Hus ! Ini Ardi loh, anak kelas A temennya Faradila Queenza," kata Yuli mengingatkan.
"Iya bener, masak kamu nggak kenal sama aku sih, Sit, kita pernah ketemu waktu itu," kata Ardi sok akrab.
Saras mengingat-ingat, "oooh iya iya, pengiringnya mahasiswa cantik itu kan ? Ada perlu apa sama saya ?" jawabnya.
"Pengiring katanya," batin si Ardi.
"Faradila kepengen ketemu sama kamu di danau depan Masjid kampu sekarang," jawab Ardi.
"Gilak lu, Ar, mau-mau aja disuruh-suruh sama Fara. Jangan mau Sit, dia pasti mau ngelabrak kamu, ntar kamu dicemplungin di danau," ucap Yuli mengindera rencana jahat geng selebgram sok kecantikan itu.
"Benar begitu, Ardi ?" tanya Saras.
"Enggak lah, dia cuman mau tanya-tanya aja kok," jawab Ardi berbohong. Gak mungkin jujur juga.
"Yasudah, aku akan ke sana sekarang," jawab Saras.
"Jangan Sit, babak belur kamu ntar, addduuh jangaaan !" ucap Yuli tak rela.
"Gak papa, akan kuhabisi dia kalau berani macam-macam, kutelan bulat-bulan nanti gak pake minum," jawab Saras ekstream sekali.
"Kok kayak anakonda kamu, Sit ?" ucap Yuli syok.
"Ayo kita berangkat, Ardi ! bawa kuda kamu ?" tanya Siti nyelonong duluan.
"Motor ada," jawab si Ardi.
Yuli panik, bingung harus bagaimana, ia mengejar tapi Saras dan Ardi sudah berboncengan naik motor ke danau. Dalam imajinasinya, Yuli membayangkan besok pagi-pagi sekali di headline berita-berita akan muncul tulisan begini, "ditemukan wanita berjarik tewas ngambang di danau kampus, diduga korban bulliying."
wisss angel2 angel tenan
wahh kasihan siti klo amoe di bunuh yaaa
Siti juga bukannya cari solusi tapi malah mau nambah dosa... ya Tuhan... nggak mikirin nyak babe kayaknya...
cocoklah sama Jordan... sama-sama nggak jelas...
kasihan aja kang mas Mekel...😂😂😂
kek mana yaaaa
alah sittt kabur aja dlu napa ambil tuh emas dr raka hidup mnydrindlu jauh keluarga tau anak udh gede aja gtu dan kmu akan tau klo ank mu membatu mu meyangimu gtu nya sit