NovelToon NovelToon
Cinbarai (Cinta Dibalik Tirai)

Cinbarai (Cinta Dibalik Tirai)

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Keluarga / Romantis / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:381
Nilai: 5
Nama Author: kania zaqila

Alisya, seorang gadis muda yang lulus dari SMA, memiliki impian untuk melanjutkan kuliah dan menjadi desainer. Namun, karena keterbatasan ekonomi keluarganya, ia harus bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah keluarga kaya. Di sana, ia bertemu dengan Xavier, anak majikannya yang tampan dan berkarisma. Xavier memiliki tunangan, namun ia jatuh cinta dengan Alisya karena kepribadian dan kebaikan hatinya.

Alisya berusaha menolak perasaan Xavier, namun Xavier tidak menyerah. Orang tua Xavier menyukai Alisya dan ingin agar Alisya menjadi menantu mereka. Namun, perbedaan status sosial dan reaksi orang tua Alisya menjadi tantangan bagi keduanya.

lalu bagaimana dengan tunangannya Xavier ?

apakah Alisya menerima Xavier setelah mengetahui ia mempunyai tunangan?

bagaimanakah kisah cinta mereka saksikan selanjutnya hanya disini.

setiap masukan serta kritik menjadi motivasi bagi author kedepannya.

Author ucapkan Terimakasih bagi yang suka sama ceritanya silahkan berikan like dan komen.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kania zaqila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33. Cinta yang Abadi

Setahun telah berlalu sejak Alisya, Max, dan anak-anak merayakan masa depan yang cerah. Yayasan "Cinta untuk Masa Depan" semakin berkembang, dengan program-program baru yang membantu lebih banyak anak-anak yatim. Alisya dan Max semakin solid sebagai pasangan, membagi waktu antara pekerjaan, yayasan, dan keluarga. Xia yang kini berusia tiga tahun, sudah pintar berbicara dan bermain dengan Aran yang berusia satu tahun.

Suatu pagi, Alisya menerima undangan dari sekolah Xia untuk acara "Hari Keluarga" di mana anak-anak akan membagikan cerita tentang keluarga mereka. Alisya merasa gembira, memandang Max yang sedang membantu Aran sarapan.

"Max, Xia sekolah ada acara keluarga hari ini. Kamu bisa ikut?" tanya Alisya, suaranya antusias.

Max tersenyum, mengusap bubur di wajah Aran. "Tentu, aku akan atur jadwal. Kita semua ikut."

Hari acara tiba, Alisya, Max, dan Aran datang lebih awal ke sekolah Xia. Xia berlari ke arah mereka, mengenakan kostum kecil sebagai "putri keluarga".

"Mama, Papa, aku siap!" seru Xia, memegang sebuah buku cerita.

Alisya merasa dada nya bergetar, memelangi Xia. "Kamu cantik, sayang."

Saat giliran Xia, dia naik ke panggung dengan percaya diri, memegang buku cerita buatannya sendiri.

"Ini cerita tentang keluarga aku," kata Xia, suaranya nyaring. "Aku punya Mama Alisya, Papa Max, adik Aran, dan... dan Ayah Xavier di langit."

Alisya merasa air matanya naik, mendengar kata-kata Xia. Max memegang tangannya, tersenyum lembut. Di barisan belakang, Lisa dan Rachel juga tersenyum, sedikit berkaca-kaca.

Xia membuka buku, mulai bercerita tentang petualangan keluarga mereka, tentang yayasan yang membantu anak-anak, dan tentang cinta yang selalu ada, bahkan dari ayah yang di langit. Alisya mendengarkan, rasa haru yang campur dengan kebanggaan.

Saat Xia selesai, semua orang bertepuk tangan. Xia berlari ke arah Alisya dan Max, memelangi mereka erat.

"Papa Max, Mama Alisya, aku cinta kalian!" seru Xia.

Alisya memelangi Xia, air matanya tak bisa ditahan lagi. "Aku juga cinta kamu, sayang. Ayah Xavier pasti sangat proud."

Setelah acara, mereka semua pergi ke taman untuk piknik. Rachel membawa kue spesial, Lisa membawa permainan untuk anak-anak. Saat mereka duduk di atas tikar, Max mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya.

"Alisya, aku punya sesuatu," kata Max, suaranya sedikit bergetar.

Alisya memandang Max, penasaran. Max membuka kotak, menunjukkan sebuah kalung dengan liontin berbentuk dua cincin yang saling terikat.

"Untuk mengingatkan kita, cinta kita abadi," kata Max, suaranya lembut. "Aku cinta kamu, Alisya, untuk selamanya."

Alisya merasa napasnya terhenti, air matanya mengalir. "Aku juga cinta kamu, Max. Selamanya."

Max memasang kalung itu di leher Alisya, lalu menariknya dalam pelukan hangat. Xia dan Aran, yang bermain di dekat, berlari mendekat, memelangi mereka.

"Keluarga kita, abadi!" seru Xia, tertawa.

Mereka semua tertawa, berpelukan, di bawah matahari yang cerah. Rachel, yang memandang, tersenyum dengan rasa syukur.

"Kita semua bagian dari cinta yang abadi," bisik Rachel, lebih kepada dirinya sendiri.

Senja itu, saat anak-anak sudah tidur, Alisya dan Max duduk di teras, menatap bintang-bintang. Alisya memegang tangan Max, merasa damai.

"Max, kamu tahu... kadang aku masih ingat Xavier," kata Alisya, suaranya pelahan.

Max memelangi Alisya, tersenyum lembut. "Aku tahu, sayang. Dia akan selalu ada di hati kita. Tapi kita punya sekarang, dan masa depan."

Alisya tersenyum, memandang ke langit. "Cinta yang abadi, bukan karena tidak ada kehilangan, tapi karena kita terus memilih mencintai."

Max menarik Alisya lebih dekat. "Aku akan selalu memilih kamu, Alisya. Kita, Xia, Aran... kita adalah cinta yang abadi."

Mereka berdiam sejenak, menikmati malam yang tenang, bintang-bintang di atas, dan cinta yang tak pernah berakhir.

Malam itu, setelah anak-anak tidur, Alisya dan Max duduk di teras rumah, menikmati kesunyian yang hanya dipecahkan oleh suara jangkrik dan angin sepoi-sepoi. Kalung dengan liontin dua cincin yang Max berikan masih terasa hangat di leher Alisya. Mereka berdua memegang secangkir teh, menatap bintang-bintang yang mulai bermunculan di langit.

"Max, kamu tahu apa yang paling aku syukuri?" tanya Alisya, suaranya pelahan, seperti membisikkan rahasia.

Max memandang Alisya, mata yang penuh rasa ingin tahu. "Apa itu?"

Alisya tersenyum, sedikit menunduk. "Aku syukuri karena kamu ada. Karena kamu memilih aku, memilih Xia, dan Aran. Kamu membuat cinta ini terasa abadi."

Max tersenyum lembut, memelangi tangan Alisya. "Aku juga, Alisya. Kamu dan anak-anak... kalian adalah alasan aku ingin terus maju."

Saat mereka berdiam, suara langkah kaki kecil terdengar dari dalam rumah. Xia, dengan mata setengah terpejam, muncul di teras, memegang boneka favoritnya.

"Mama... aku gak bisa tidur," bisik Xia, suaranya merengek lembut.

Alisya langsung berdiri, mengangkat Xia dalam pelukan. "Tidak apa, sayang. Mama ada."

Max mengambil selan jendela, membungkus Xia dengan lembut. "Aku ambil air hangat untuk Xia," katanya, masuk ke dalam.

Alisya duduk kembali, dengan Xia yang mulai mengisap jari, menatap langit. "Xia, kamu tahu? Ayah Xavier dulu suka menunjuk bintang ke kamu, saat kamu masih dalam perut Mama."

Xia memandang Alisya, mata yang besar dan penasaran. "Bintang apa, Mama?"

Alisya tersenyum, menunjuk ke langit. "Bintang yang paling terang. Dia bilang, itu bintang untuk kamu, untuk kita."

Xia mengangguk, lalu tiba-tiba bertanya, "Mama, apa Ayah Xavier gak marah kita punya Papa Max?"

Alisya merasa dada nya bergetar, rasa haru yang tiba-tiba. "Ayah Xavier sangat mencintai kita, sayang. Dia ingin Mama bahagia, dan Papa Max membuat Mama bahagia. Cinta itu tidak pernah habis, hanya bertambah."

Xia mengangguk pelan, lalu memelangi Alisya. "Aku suka Papa Max. Aku suka kita."

Max keluar dengan segelas air hangat, mendengar kata-kata Xia. Dia tersenyum, duduk di sebelah Alisya, memelangi keduanya.

"Kita suka kamu juga, Xia. Keluarga kita, abadi."

Malam itu, setelah Xia tidur kembali, Alisya dan Max tetap di teras, tidak ingin mengakhiri momen itu. Mereka berbicara tentang rencana masa depan, tentang anak-anak, tentang yayasan yang ingin terus berkembang. Tapi di tengah obrolan, Alisya tiba-tiba merasa gelombang emosi yang tak terduga.

"Max?" Alisya berhenti, suaranya bergetar. "Aku kadang masih merasa... seperti aku melupakan Xavier."

Max langsung memelangi Alisya, mata yang penuh empati. "Tidak, Alisya. Kamu tidak melupakan. Kamu menghormati kenangan itu, dan membuat cinta itu terus hidup dalam cara yang berbeda."

Alisya mengangguk, air matanya mengalir pelan. Max menariknya dalam pelukan, membiarkan Alisya merasakan kehangatan, membiarkan kesedihan itu keluar, lalu perlahan menghilang.

"Cinta kita abadi, Alisya. Dengan Xavier, dengan kita, dengan anak-anak. Tidak ada akhir, hanya lanjutan."

Di bawah bintang-bintang yang tak terhitung, Alisya merasa sesuatu yang berat mulai terangkat. Cinta yang abadi bukan tentang tidak pernah merasakan sakit, tapi tentang terus memilih untuk mencintai, untuk hidup, untuk berbahagia.

Malam itu, mereka tidak banyak bicara lagi. Hanya duduk, berpelukan, menatap langit, merasakan cinta yang mengalir dalam setiap detak jantung. Dan di suatu tempat, Alisya tahu, Xavier tersenyum.

1
Shee Larisa
semangat thor💪💪
boleh mampir juga baca novel baru akuuu yaa🤭😄
kania zaqila: okey, Terimakasih yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!