"Om Bima! Apa yang Om lakukan padaku!"
Sambil mengernyitkan dahi dan langkah pelan mendekati Sang Gadis yang kini menjaga jarak waspada dan tatapan setajam silet menusuk netra tajam Bima.
"Seharusnya, Saya yang bertanya sama Kamu? Apa yang semalam Kamu lakukan dengan Alex?"
Bima, Pria yang masih menggunakan handuk sebatas lutut kini menunduk mendekati Laras, Perempuan yang seharusnya menjadi Calon Menantunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jogging
Semalam Bima dan Laras akhirnya kembali ke Mansion. Keduanya sama-sama lelah, dan memilih tertidur setelah masuk ke kamar.
Tak ada adegan plus-plus, meski Bima tipis-tipis mengecup wajah dan bibir Laras yang sedang tertidur.
Kualitas tidur Bima menjadi lebih baik mungkin memeluk Laras selama tidur menjadi hal ternyaman saat ini bagi Bima.
"Om, mau jogging ya? Ikut dong!" Bima melihat Laras sudah siap dengan stelan olahraga. Tumben. Biasanya Laras belum bangun saat Bima berangkat jogging.
Bima menatap dari atas sampai bawah, diperhatikan sedemikian rupa Laras jadi ikut ketularan kembali menatap cermin dan melihat apakah ada yang salah dengan dirinya.
Tak ada yang aneh, biasa saja. Kenapa Bima memperhatikan sedemikian rupa? Entahlah.
"Ayo, tapi," Bima menghentikan langkahnya, "Eh Om, mau ngapain?"
"Bajunya harus gini ya?" Bukannya jelek. Dimata Bima, Laras, SEMPURNA!
"Ada yang salah sama baju Aku Om?"
"Ya udah deh,"
Bima dan Laras memilih jogging di sekitaran taman daerah rumah Mereka.
Rupanya kalau weekend begini, banyak penghuni yang juga berjogging disana.
"Ras, sinian. Jangan jauh-jauh." Bima menarik perlahan Laras agar berada dekat disisinya.
"Cie, banyak amat fans nya! Mana Tante-Tante semua lagi! Menor cuy!" Laras bisa melihat wanita-wanita yang juga sedang jogging disana terlihat berusaha cari perhatian Bima.
"Jangan ngeledek! Saya cium nih!"
"Takut!" Laras tertawa memilih mempercepat larinya agar Bima mengejar dan keduanya asik tertawa bersama.
"Sorry, Kamu gapapa?"
Laras di senggol secara tak sengaja oleh seorang pria yang usianya sekitar lima tahun diatas Laras.
"Oh gapapa. Santai!"
"Tunggu, itu tali sepatu Kamu lepas,"
Laras merunduk, ingin membetulkan namun Si Pria tak kalah gesit ingin membantu.
"Sayang," Bima tadi pamit membeli air mineral, kini memandang tak bersahabat pada Pria yang kini sedang ngobrol dengan Laras.
Tentu saja Pria yang kini bersama Laras mengernyitkan dahi saat mendengar panggilan Bima pada Laras.
"Mas cari Kamu, oh disini, ada apa?" Panas hati tapi Bima tetap elegan.
"Ini Mas, tali sepatu Aku lepas."
"Oh maaf, sepertinya Saya hatus duluan. Mari." Dengan tergesa sang pria segera meninggalkan Laras dan Bima.
"Baru ditinggal sebentar udah genit aja! Suami Kamu lagi beli air buat Kamu, malah deket-deket cowok!" Bima menyerahkan botol mineral yang sudah Ia buka tutupnya kepada Laras.
Laras menerima pemberian Bima, "Makasi Suamiku, duh kalo manyun gini kenapa kayak kucing anggora ya, imut!" Gelak tawa Laras menular pada Bima. Mana betah ngambek lama-lama dengan Istrinya.
"Kesel aja! Tuh cowok juga! Kegatelan banget! Gak bisa lihat yang bening langsung aja deketin!"
"Astaga! Suamiku mode cemburu gemesin banget!" Laras mencolek pinggang Bima.
"Ras, jangan jahil! Saya bales mau?"
"Coba!"
Laras dan Bima membuat yang melihat bisa iri. Rasanya dunia milik Mereka berdua. Meski tak sedikit yang berbisik perbedaan usia keduanya tapi bahagia Mereka yang rasakan, sisanya terserah Anda mau menilai apa.
"Mas, mau sarapan, yuk!"
"Mau makan apa Ras?"
"Em, apa ya? Bubur Ayam Boleh?"
"Laras Nak Bubur Ayam?"
"Ih Mas kok jadi mirip si Walid itu sih! Jangan! Geli Akunya! Kebayang Filmnya!"
Bima tertawa. Ia tahu film yang dimaksud Laras tapi tak menonton. Mana sempat Bima melakukannya. Tapi kalau sekarang jika Laras yang mengajak ke bioskop pasti Bima sih mau-mau aja.
"Mas, rame juga ya yang makan disini? Aku pikir Mas tak bisa makan di pinggir jalan begini." Laras melihat ramainya pembeli yang sedang makan dan antri di bubur Ayam yang bertuliskan Bubur Ayam Khas Betawi.
"Jangan salah, Mas itu justru senangnya makan begini, cuma kalo ngajak Klien kan gak mungkin kesini. Yuk, nanti keburu gak dapat tempat."
"Kamu harus cobain yang Mas pesen." Bima sudah kembali duduk. Berhadapan dengan Laras yang sedang menunggu Bima tadi memesankan Bubur Ayam untuk Mereka berdua.
"Mas itu apa? Kayak sate-satean ya? Aku mau!"
"Mau apa? Biar Mas ambilkan."
Laras menyebutkan yang Ia mau dan Bima dengan senang hati mengambilkan pesanan Laras.
"Loh, Mas gak mau? Ini enak loh! Rasa satenya agak lain dari sate-satean yang biasa disediakan penjual Bubur Ayam lain.
"Iya sate disini kayam Kamu!"
"Kok gitu?"
"Ada manis-manisnya."
"Ahayyyy! Paksu mode gombal!"
Bima dan Laras berhenti tertawa saat pesanan bubur Mereka tiba.
"Bingungkan?"
"Iya Mas, pertama Aku baru lihat ada Bubur Ayam pakai Taburan Udang Rebon begini. Terus gak ada kaldu kuah kuning, eh ada acar ketimunnya sama kentang rebus iris, cakwe sih standarlah, tapi ini, sambelnya asem cuka gitu dan kecap asin."
"Itu yang Mas suka sama Bubur Disini Ras, ayo makan, mumpung masih panas, enak."
"Kayaknya besok-besok Aku bakal mau balik lagi deh Mas makan Bubur disini. Enak. Unik juga rasanya."
"Siap. Mas bakal punya teman makan Bubur kalau lagi kepingin."
"Memang Alex gak pernah Mas ajak kesini?"
"Alex gak suka bubur Ras. Masa Kamu pacarnya gak tahu?"
Bima-Bima dia yang berucap, dia juga yang bete.
Laras segera menangkap kesan sebal diraut wajah Bima.
"Mas, Aku tuh sama Alex memang pacaran dua tahun. Tapi ya gak intens ketemu. Dan Aku mana ngurusin Alex segitunya. Makanya ada yang lain yang ngurusin!"
Bukan karena masih cinta, tapi inget di khianati sama Pacar dan sahabat itu rasanya gak bakal lupa.
"Maaf, Mas gak maksud ingetin Kamu sama hal itu. Udah yuk, balik, udah selesai juga makannya."
Laras mengikuti Bima, membayar dan kemudian keduanya memilih balik ke Mansion.
"Loh, Ras, Kamu sudah rapi aja. Mau kemana?"
Bima padahal yang tadi mengajaknya untuk melihat Alex di Rumah Sakit tapi Ia sendiri lupa. Maklum saja tadi Raka menelepon ada beberapa urusan kantor yang urgent dan Bima terfokus kesana hingga melupakan perihal Alex.
"Mas ini gimana? Tadi kan Mas ngajak Aku, Kita mau ke rumah sakit, sekarang Mas malah tang belum siap-siap. Ayo Aku bantu!"
"Kamu mau mandiin Mas? Mas sih dengan senang hati kalau begitu!"
"Oh gitu! Mandi Mas!" Mata melotot Laras membuat Bima segera masuk kamar mandi.
Setelah Bima masuk kamar mandi, Laras beralih ke wardrobe room Bima, menyiapkan outfit yang akan Bima kenakan hari ini. Mumpung weekend Bima tak perlu ke kantor bisa kali pakai pakaian kasual aja.
"Si Om ternyata seleranya bagus juga." Laras menatap deretan pakaian di lemari milik Bima.
Laras mengambilkan celana dan kaos yang warnanya senada yang sedang Ia kenakan. Tak lupa Laras juga memilihkan jam tangan, kacamata dan flat shoes yang akan Bima kenakan.
Saat Laras sibuk mix and match, Bima yang sudah selesai daei kamar mandi, masih memakai bathrobe, berjalan perlahan agar tidak mengejutkan Laras dan kini denga gerakan perlahan, tangan kokohnya sukses melingkar di pinggang Laras.
"Pinter banget milih outfitnya. Mas suka." Bisik Bima, sambil berbisik dan mengendus leher jenjang Laras.
Duh, posisi strategis dan sukses membuat Laras meremang. Tunggu? Ini apa ya? Kok ada yang neken tapi bukan pistol! Wow! Bahaya! Gak bener!
"Oke! Sekarang pakai baju! Aku tunggu di luar!" Laras melepas pelukan Bima, namun bukannya terlepas, malah kini keduanya berhadapan.
"Ini sih cobaan yang mesti di cobain gak sih!"
Fantasi Laras kemana-mana. Siapa yang gak Oleng coba! Bima dengan rambut basah masih menetes di bahu tegap dan jangan lupakan dada yang sedikit berbulu, dengan rahang tegas dan seger banget woy! Kayak taneman baru disiram! BASAH!
"Om, jangan macem-macem!"
CUP!
Beda woy!
Kali ini ciuman Bima terasa lebih dalam, menuntut, lembut dan mengeksplorasi semua bagian mulut Laras.
"Shit! Enak coy!"
Saat nafas Laras mulai sesak, Bima melepaskan pagutan Mereka.
"Mas, bisa mati Aku! Kenapa juga main kokop-kopan sih!!"
"Lanjut gak?" Goda Bima.
"Makasi! Dah pake baju!" Selagi ada kesempatan Laras kabur.
Bima tertawa melihat Laras yang buru-buru kekuar kamar. "Sabar ya Jhon! Belum waktunya masuk sarang!" Tampaknya Bima harus kembali ke kamar mandi, menidurkan Si Jhoni yang sudah tegak berdiri layaknya Peserta Upacara.
Sementara Laras, peegi ke dapur, membuka lemari es menuang air dan meminumnya hingga tandas.
Panas! Ya sepanas adegan kissing Mereka tadi!
"Gila sih!"
Laras mengulum bibirnya. Memastikan tak ada yang mendengar.
"Lagi sibuk semua sih Mbak-Mbak," Laras mengusap dada setelah melihat sekitar ART Mereka sedang sibuk dengan tugasnya masing-masing.
"Gila sih Om! Kokopannya maut! Ah kok Gua ketagihan! Loh! Ras, Lu ngapa jadi murahan dah! Alemong! Otak Gua udah terkontaminasi!" Laras sibuk menetralkan diri sedangkan Bima di dalam kamar mandi sedang berjuan menuntaskan apa yang perlu dituntaskan, "Larasss, Ah!"
tokoh utamanya karakternya tegas.
kebaikan bima dibalas dngn kehadiran laras yg msh fresh dan suci.
cinta bs dtng dngn sendirinya asalkan ketulusan sllu menyertainya.