Guru Para Dewa Menjadi Menantu Yang Di Benci!

“Kakek, kali ini kau sudah mendapatkan Xuan Ning Grass dan Seven Jade Biyun Fruit. Dengan itu, kau pasti bisa menyempurnakan Seven Transformation Void Spirit Pill!”

Dari kejauhan, seekor bangau putih terbang cepat menuju Sekte Pedang Surgawi, anggun namun bertenaga.

Di punggung bangau, seorang gadis muda berbicara dengan penuh semangat, wajahnya bersinar oleh harapan dan semangat masa muda.

“Aku juga berharap begitu,” jawab lelaki tua itu sambil membelai lembut rambut gadis itu.

“Hanya saja, meracik Pil Roh Void Peringkat Ketujuh bukan perkara mudah. Kakek belum sepenuhnya yakin bisa berhasil.”

“Kakek adalah alkemis nomor satu di Sekte Pedang Surgawi! Kalau bukan Kakek yang bisa, lalu siapa lagi?” Gadis itu menatap ke arah gunung megah tempat Sekte Pedang Surgawi berdiri, matanya dipenuhi keyakinan dan kekaguman.

....

Berikut adalah revisi diksi dari teks tersebut untuk alur yang lebih alami, padat, dan dramatis:

---

“Kakek, kali ini kau sudah mendapatkan Xuan Ning Grass dan Seven Jade Biyun Fruit. Dengan itu, kau pasti bisa menyempurnakan Seven Transformation Void Spirit Pill!”

Dari kejauhan, seekor bangau putih terbang cepat menuju Sekte Pedang Surgawi.

Di punggungnya, seorang gadis muda berkata penuh semangat, wajahnya berseri oleh harapan.

“Aku hanya bisa berharap,” jawab pria tua itu, sambil membelai rambut gadis itu dengan lembut.

“Pill Roh Void Peringkat Ketujuh sangat sulit diracik. Kakek sendiri pun belum sepenuhnya yakin.”

“Kakek adalah alkemis nomor satu di Sekte Pedang Surgawi. Kalau Kakek tak bisa, siapa lagi yang bisa?”

Gadis itu menatap megahnya Sekte Pedang Surgawi di kejauhan, matanya memancarkan kekaguman dan keyakinan.

…

…

“Ha ha ha…”

Mendengar ejekan Penatua Li, Ye Xuan tertawa terbahak-bahak.

Usai tertawa—ia langsung berbalik dan melarikan diri.

Tanpa sepatah kata pun.

Karena ia tahu, beradu kata hanya akan memperburuk keadaan—bahkan bisa membahayakan nyawanya.

Amarah membuncah dalam dadanya, namun pikirannya tetap jernih.

Saat ini, ia bahkan belum membuka Istana Qi—mustahil untuk melawan seseorang dari Alam Qi Kekaisaran.

Namun gunung masih tinggi, dan jalan masih panjang.

Penghinaan ini... akan ia simpan dalam hati.

"Menantu rendahan yang tak diinginkan siapa pun. Siapa peduli kau diterima di Sekte Pedang Surgawi atau tidak?"

Sebuah suara mencemooh dari belakang Ye Xuan.

Ia berhenti sejenak dan menoleh. Di belakangnya berdiri para peserta yang gagal dalam ujian masuk.

Mereka semua menatapnya dengan mata penuh iri dan amarah—beberapa bahkan tampak setengah gila.

“Hanya si menantu rendahan itu yang bisa memasuki Sekte Pedang Surgawi, sementara kita semua gagal dalam ujian.”

“Satu-satunya alasan kita tak lulus... adalah dia!”

“Semua, serang dia! Hancurkan orang itu!”

Begitu suara itu menggema, beberapa orang langsung bergerak memimpin serangan terhadap Ye Xuan.

Penatua Li memang salah satu penatua luar Sekte Pedang Surgawi—mereka tentu tak berani menyinggungnya.

Tapi Ye Xuan?

Dia hanyalah menantu tak berguna yang bahkan tak diinginkan siapa pun.

Meskipun di balik dirinya ada An Yixue dari Puncak Yuxue, perempuan itu terkenal dingin dan tertutup.

Mereka yakin, untuk seorang menantu yang tak berharga, An Yixue tak akan turun tangan.

Lagipula, keluarga mereka masing-masing juga memiliki latar belakang—tak semuanya tanpa dukungan.

Melihat kerumunan yang mendekat dengan niat membunuh, ekspresi Ye Xuan perlahan berubah dingin.

Benar-benar seperti yang ia duga—orang lemah mudah dibutakan.

Mereka tahu Penatua Li sengaja menaikkan tingkat kesulitan ujian. Mereka tahu ini semua tidak adil.

Namun tak satu pun dari mereka berani bersuara.

Karena di mata mereka, Ye Xuan hanyalah sasaran empuk. Tempat paling aman untuk melampiaskan frustrasi dan rasa malu mereka.

Menindas yang lemah untuk merasa kuat? Mereka memilihnya karena mereka pikir dia tak akan melawan.

Senyum tipis muncul di sudut bibir Ye Xuan, tapi senyum itu dingin, seperti ujung pisau.

"Kalian pikir aku mudah diinjak?"

BOOM!

Ledakan kekuatan qi yang luar biasa meledak dari tubuh Ye Xuan, membuat tanah di sekelilingnya bergetar. Aura tekanan mendadak memaksa orang-orang di sekitarnya untuk mundur selangkah.

Dalam sekejap, dia melesat ke depan—gerakannya cepat, seperti kilat yang menyambar.

"Tinju Runtuh!"

Satu demi satu pukulan menghantam dengan kekuatan luar biasa, seolah hendak merobek langit dan menghancurkan gunung.

Setiap hantaman membawa badai energi yang mengguncang udara. Angin meledak ke segala arah. Para penyerangnya tidak sempat bereaksi sebelum tubuh mereka terpental seperti daun tertiup badai.

Jeritan tertahan, darah muncrat, dan sosok-sosok itu terlempar ke tanah—tak berdaya.

Di tengah puing dan debu yang masih beterbangan, Ye Xuan berdiri kokoh, matanya tajam menatap sisa kerumunan.

"Siapa lagi?" ucapnya pelan—namun dalam diam itu, terkandung ancaman yang membekukan nyali.

Melihat pemandangan yang mengejutkan itu, semua orang terdiam.

Sulit dipercaya—Ye Xuan, yang bahkan belum membuka Istana Qi, mampu mengalahkan para kultivator tahap awal Alam Istana Qi hanya dengan kekuatan fisiknya?

Apakah pria ini terlahir dengan kekuatan supranatural?

Di luar Kuil Longmen, Penatua Li memandangi Ye Xuan dengan tatapan yang dalam.

Apa yang baru saja ia saksikan benar-benar di luar perkiraannya.

Orang-orang dari Alam Istana Qi awal yang seharusnya cukup tangguh... ternyata tak mampu bertahan dari satu serangan pun.

Itu membuat hatinya mulai diliputi keraguan.

Sekte Pedang Surgawi, meski dikenal ketat, tidak pernah buta terhadap bakat sejati.

Justru, mereka sangat menghargai potensi luar biasa.

Jika para tetua senior sekte tahu bahwa hari ini dirinya—Penatua Li—telah menyingkirkan seorang jenius dengan tangannya sendiri… Maka konsekuensinya bisa lebih berat daripada yang mampu ia tanggung.

Bagaimanapun, dirinya hanyalah penatua luar yang kedudukannya tidak begitu tinggi.

Meski bagi para peserta ujian kekuatannya tampak menakutkan, ia tahu betul batasannya di dalam sekte.

Pikiran itu membuat matanya menjadi semakin dingin.

Bakat seperti yang ditunjukkan Ye Xuan… jika diberi waktu beberapa tahun lagi, pasti akan menjadi ancaman besar baginya.

Dan karenanya, hanya ada satu pilihan—menghapusnya sekarang juga.

Awalnya, karena mempertimbangkan wajah An Yixue dari Puncak Yuxue, ia enggan mengambil tindakan terbuka terhadap Ye Xuan.

Namun kini, dia tak akan ragu lagi.

Lagipula, An Yixue adalah orang yang penyendiri. Untuk seorang menantu yang tak dianggap, apakah dia benar-benar akan peduli?

Dengan suara lantang, Penatua Li menyatakan:

“Siapa pun yang bisa menyingkirkan Ye Xuan, Sekte Pedang Surgawi akan membuat pengecualian—satu tempat tambahan untuk masuk akan diberikan hari ini!”

Tawa dingin meledak dari mulutnya.

“Untuk seorang semut sepertimu, apakah kau pikir An Yixue akan membalaskan dendammu? Satu kata dariku cukup untuk menentukan hidup dan matimu!”

Mata Ye Xuan menyipit, membeku dalam tatapan membunuh.

"Orang tua keji..." gumamnya pelan, namun tajam seperti belati.

BOOM!

Seketika, ratusan sosok menyerbu bersamaan, mengepung Ye Xuan dari segala arah.

Jumlah mereka lebih dari lima ratus orang—lebih dari separuh peserta penilaian!

Hanya demi satu tempat masuk ke sekte, mereka semua rela memburu satu orang.

Alun-alun berubah menjadi lautan manusia yang haus kekuasaan.

Di tengah tekanan itu, Penatua Li menatap puas.

Wajahnya menampakkan kegembiraan, seolah nasib Ye Xuan telah dipastikan.

Namun di pusat kekacauan itu, Ye Xuan tetap tenang.

Wajahnya serius, tapi matanya tetap tajam dan jernih.

Ia menilai situasi, dan pandangannya tertuju pada sebuah disk misterius tak jauh dari Tangga Naga.

Ia belum tahu pasti apa fungsinya—tapi dari sana ia bisa merasakan riak energi formasi.

BOOM!

Sepuluh pembuluh energi dalam tubuhnya terbuka serempak, membebaskan kekuatan luar biasa yang tersimpan dalam dirinya.

BOOM!

Dengan satu hentakan kakinya ke tanah, alun-alun berguncang hebat.

Tanah retak, debu beterbangan, dan tubuh Ye Xuan melesat bagai panah yang ditembakkan dari busur.

Menuju disk itu—menuju harapan terakhirnya untuk membalikkan keadaan.