NovelToon NovelToon
Blind Girl And Cold Mafia

Blind Girl And Cold Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Pengantin Pengganti / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Roman-Angst Mafia
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: La-Rayya

Setelah kecelakaan yang merenggut nyawa ibunya dan membuatnya buta karena melindungi adiknya, pernikahan Intan dibatalkan, dan tunangannya memutuskan untuk menikahi Hilda, adik perempuannya. Putus asa dan tak tahu harus berbuat apa, dia mencoba bunuh diri, tapi diselamatkan oleh ayahnya.

Hilda yang ingin menyingkirkan Intan, bercerita kepada ayahnya tentang seorang lelaki misterius yang mencari calon istri dan lelaki itu akan memberi bayaran yang sangat tinggi kepada siapa saja yang bersedia. Ayah Hilda tentu saja mau agar bisa mendapat kekayaan yang akan membantu meningkatkan perusahaannya dan memaksa Intan untuk menikah tanpa mengetahui seperti apa rupa calon suaminya itu.

Sean sedang mencari seorang istri untuk menyembunyikan identitasnya sebagai seorang mafia. Saat dia tahu Intan buta, dia sangat marah dan ingin membatalkan pernikahan. Tapi Intan bersikeras dan mengatakan akan melakukan apapun asal Sean mau menikahinya dan membalaskan dendamnya pada orang yang sudah menyakiti

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kisah Kelam

"Pasti berat rasanya mengalami kehilangan seperti itu di usia semuda itu, kan? Aku bisa bilang seperti itu dari pengalaman pribadi. Tiga tahun lalu, aku kehilangan Mama dan juga kehilangan penglihatan ku." Ujar Intan.

"Apa yang terjadi? Non Intan tidak perlu menjawab jika tidak merasa nyaman." Ucap Bi Lila.

"Tidak apa-apa. Tiga tahun yang lalu, Mama menjemput ku dari les piano karena sudah sangat larut, dan beliau selalu terlalu protektif. Adik perempuanku, Hilda, ikut dengannya karena ingin mampir ke minimarket dan membeli es krim coklat kesukaannya yang sudah habis. Dalam perjalanan pulang, Mama sedang tidak enak badan, dan aku malah bertengkar dengan adikku hanya karena sesuatu yang konyol. Hanya butuh satu momen teralihkan untuk mengubah segalanya. Ketika kami melihat lampu depan mobil datang ke arah kami, Mama membanting stir agar kedua mobil tidak bertabrakan. Berusaha menghindari tabrakan, Mama membelokkan mobil keluar jalur. Hal terakhir yang kuingat adalah sebuah pohon besar, lalu...."

Intan bahkan tidak sadar bahwa dia sudah menangis sampai isak tangis menyela ucapannya. Dia terisak dan mencoba menarik napas dalam-dalam.

"Tidak apa-apa, Non Intan tidak perlu melanjutkannya." Ucap Bi Lila.

"Semuanya terjadi begitu cepat. Satu-satunya yang kupikirkan hanyalah melindungi Hilda. Aku mengerahkan seluruh tenagaku, tetapi aku terlempar dengan kuat dan kepalaku terbentur, lalu aku pingsan. Aku terbangun beberapa hari kemudian di rumah sakit, Papa dan adikku ada di ruangan saat itu. Mereka memberi tahuku bahwa Mamaku meninggal dalam kecelakaan itu, dan aku ketakutan karena aku tidak bisa melihat apa-apa. Namun, rasa takut hidup dalam kegelapan bahkan lebih buruk daripada rasa takut mengetahui bahwa aku harus menjalaninya tanpa Mamaku di sisiku." Ujar Intan.

"Maaf, pasti sangat menyakitkan melewati semua itu, tetapi setidaknya Papa dan saudara perempuan Non ada di dekat Non Intan." Ucap Bi Lila.

"Setelah kematian Mama, segalanya berubah." Kata Intan.

"Apa maksud Non Intan?" Tanya Bi Lila.

"Papa dan saudara perempuan ku, meskipun mereka tidak pernah mengatakannya secara langsung, mereka menyalahkan aku atas kematian Mama." Jawab Intan.

Intan menghindari menceritakan semua detail yang terjadi saat itu karena merasa tidak perlu. Dia tidak ingin Bi Lila menatapnya dengan iba.

"Tapi Non Intan tidak bersalah atas apa pun, kecelakaan memang terjadi, seperti yang telah merenggut suami saya dari hidup saya." Ucap Bi Lila.

"Ya, tapi ada satu pertanyaan yang terus menghantuiku. Jika saja Mama tidak meninggalkan rumah malam itu untuk menjemput ku, apakah Mama masih hidup saat ini?" Ucap Intan.

Bi Lila kemudian memeluk Intan yang masih menangis, dan mencoba untuk menenangkannya.

"Orang-orang meninggalkan kita ketika saatnya memang sudah tiba. Kecelakaan Mama Non Intan tak bisa terelakkan, dan itu bukan salah Non Intan. Itu sudah takdir yang digariskan Tuhan. Memang, Non Intan juga korbannya, sama seperti beliau. Non Intan seharusnya bangga karena telah melindungi adik Non Intan. Meskipun dia mungkin belum memahaminya sekarang, suatu hari nanti dia akan menghargai pengorbanan Non Intan." Ujar Bi Lila.

"Dan sebagai balasannya, dia tidur dengan tunanganku." Balas Intan.

"Yah, itu tindakan yang cukup menyakitkan. Tapi coba pikirkan. Kalau dia begitu mudah tergoda oleh adik Non Intan, itu artinya dia bukan orang yang tepat untuk Non Intan. Mungkin beruntung Non Intan tidak menikah dengan pria seperti itu. Sebaliknya, Non Intan menikah dengan Pak Sean, seorang pria yang sebenarnya baik hati, terlepas dari penampilannya." Ucap Bi Lila.

Intan menertawakan kenaifan Bi Lila dalam hati.

'Orang baik? Dia cuma memanfaatkan ku, dan menyalahkan ku atas segala kekacauan yang telah melibatkannya.' ucap Intan dalam hati.

Sean tiba-tiba muncul.

"Bi Lila, aku butuh kopi yang sangat pahit." Ucap Sean.

"Tentu saja, Pak." Balas Bi Lila.

Intan menyeka air matanya, berharap semoga Sean tidak mendengar percakapannya dengan Bi Lila. Intan mendengar langkah kaki Sean menjauh dan suara gaduh Bi Lila yang sedang mencuci piring.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di ruang kerja Sean...

Sean begitu gelisah dan kesal ketika dia kembali ke ruangan kerjanya.

'Bagaimana mungkin dia masih bilang mereka tidak pantas mati?' pikir Sean.

Mendengar cerita Intan tadi saja membuat Sean ingin membunuh keluarga Intan. Amarah Sean mereda ketika pintu terbuka dan Bi Lila masuk.

"Kopi Anda, Pak, sesuai dengan yang Anda minta." Ucap Bi Lila.

"Terima kasih!" Balas Sean.

"Sama-sama, Pak." Ucap Bi Lila.

Saat Bi Lila pergi, Sean kembali memanggilnya.

"Bi Lila?" Panggil Sean.

"Ya, Pak?" Balas Bi Lila seraya berbalik.

"Apakah tempat tidur di kamar Bi Lila nyaman?" Tanya Sean.

"Ya, Pak. Sangat nyaman." Jawab Bi Lila.

"Apakah menurutmu lemari pakaian yang kecil di kamarmu itu cukup untuk menampung pakaian Intan?" Tanya Sean lagi.

Bi Lila menyembunyikan senyum penuh arti di bibirnya, merasakan perhatian mengejutkan Sean terhadap istrinya.

"Saya rasa sepertinya begitu, Pak. Lagipula, Non Intan hanya membawa koper kecil itu. Non Intan tidak punya banyak pakaian." Jawab Bi Lila.

'Bagaimana mungkin seorang perempuan bisa memasukkan semua kebutuhannya ke dalam koper sekecil itu? Mungkin aku harus membelikannya barang-barang yang dia butuhkan, atau mungkin tidak. Kenapa aku harus khawatir?' Sean kembali bergumam dalam hati.

"Baiklah terima kasih. Kau bisa kembali bekerja." Ucap Sean.

"Baik, Pak." Kata Bi Lila.

Bi Lila kembali ke dapur, tapi Intan tidak terlihat disana dan kekhawatiran menyelimuti Bi Intan.

"Non Intan? Di mana Anda, Non Intan?" Teriak Bi Lila khawatir.

Bi Lila akhirnya menemukan Intan di kamar tidur, sedang memilah pakaiannya.

"Hai, Bi Lila, butuh sesuatu?" Tanya Intan santai.

"Tidak, Non Intan. Saya hanya khawatir karena tidak melihat Anda di dapur." Jawab Bi Lila.

"Aku ke kamar cuma ingin menyimpan baju-baju ini. Kalau ditaruh di koper nanti bisa kusut." Ucap Intan.

"Saya bisa melakukannya untuk Non Intan setelah saya selesai menyiapkan makan siang." Ucap Bi Lila.

"Terima kasih, tapi aku bisa mengurusnya. Dengan begini, aku bisa tahu letak barang-barangku saat aku membutuhkannya." Balas Intan.

"Atau Anda bisa meminta saya untuk mengambilnya untuk Anda." Ucap Bi Lila.

"Tidak perlu. Aku bisa mengatasinya." Balas Intan.

"Baiklah Non." Kata Bi Lila

Intan tetap di kamar, merapikan barang-barangnya di lemari. Sementara Bi Lila selesai menyiapkan makan siang di dapur. Setelah selesai, Intan bergabung dengannya di dapur. Bi Lila sedang menata meja dan membantu Intan untuk duduk. Tak lama kemudian, langkah kaki Sean bergema di lantai, dan Intan mendengar suara Bi Lila.

"Apakah Anda akan ikut bersama kami untuk makan siang hari ini, Pak?" Tanya Bi Lila.

"Tidak, aku harus pergi dan aku tidak akan kembali malam ini. Aku juga tidak akan pulang untuk makan malam." Jawab Sean.

"Baik Pak." Jawab Bi Lila.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!