NovelToon NovelToon
MIRORR SIDE(Sisi Lain Diriku)

MIRORR SIDE(Sisi Lain Diriku)

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Persahabatan / Romansa / Tamat
Popularitas:474
Nilai: 5
Nama Author: Fanesya elyin

Reksa pemuda tampan yang berusia 20 tahun,ia memiliki rahasia yg ia sembunyikan yaitu memiliki hobi makeup hingga menjadi vloger beauty/selegram terpopuler,banyak brnd terkenal yang ingin mengendorsnya.shutt...ini kisah Reksa tidak ada yang tau kecuali dirinya sendiri.

no plagiat.
real karya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fanesya elyin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 34

Cahaya matahari pagi menelusup lewat celah tirai jendela apartemen. Bau roti panggang dan telur dari dapur pelan-pelan membangunkan suasana. Reksa berdiri di dapur dengan apron bergambar pisang—sambil membalik telur mata sapi di atas teflon.

Bagas baru saja keluar dari kamar mandi, rambut masih basah, dengan laptop di tangan dan wajah lelah. Tapi matanya langsung melunak saat melihat pemandangan pagi itu.

Theo duduk di kursi tinggi, memukul-mukul meja kecil sambil bernyanyi nggak jelas. “Sarapan~ sarapan~ Pii masak enak~”

“Ini bukan enak. Ini ajaib,” ujar Bagas sambil duduk dan mengintip piringnya. “lo masak jam segini, berarti semalam tidur jam berapa?”

“Abis lo tidur. Theo minta susu tengah malam, terus gue lanjut bersih-bersih.”

Theo mengangkat tangan bangga. “Theo bangunin Pii jam tigaaa!”

“Hebat.” Bagas menyentuh kepala anaknya sambil menyuap roti. “Tapi mulai hari ini, kita masuk mode serius. Gue harus kelarin laporan akhir kuliah, terus sore ada kerjaan freelance desain. Jadi… tolong jagain Theo full, ya.”

Reksa menoleh sambil menyerahkan teh hangat. “Iya, Boss. Tapi boleh nggak gue sekalian bikin konten juga? Ada campaign yang harus naik minggu ini.”

“Boleh. Asal Theo jangan dipake buat konten makeup lo ”

“Padahal dia pengen dijadiin model,” celetuk Reksa sambil mencubit pipi Theo. “Coba liat tuh kulitnya. Glowing alami.”

Theo tertawa geli.

Beberapa Jam Kemudian – Siang Hari

Bagas duduk di meja kerja kecil di kamar, dua monitor terbuka, satu untuk skripsi, satu untuk desain feed produk skincare brand lokal.

Matanya lelah, punggung pegal. Tapi suara tawa dari ruang tengah selalu berhasil membuatnya tersenyum.

Sesekali, terdengar suara Reksa,

“Theo jangan lempar sponge blender ke TV!”

Atau,

“Theo, itu bukan eyeshadow buat tembok!”

Bagas menengok sebentar dari sela pintu, melihat Reksa duduk di lantai ruang tengah, mengenakan wig panjang sambil menyodorkan kuas ke Theo yang duduk dengan bibir dicoret pakai lip tint.

“Pii... Theo jadi princess?”

“Jadi apa pun yang kamu mau, Sayang,” ucap Reksa sambil tertawa.

Bagas hanya geleng-geleng kepala. “Kalian bikin hari-hari gue hidup banget, tau nggak.”

Menjelang Sore

Bagas keluar kamar dengan headset masih tergantung di leher, wajah kusut karena revisian yang nggak kelar-kelar.

Reksa langsung menyodorkan kopi. “Tenang, Papanya Theo. Dunia belum kiamat.”

Theo langsung berlari memeluk kaki Bagas. “Papa selesai kerja? Main yuk!”

Bagas jongkok, mencium kepala anaknya. “Sebentar lagi. Papa revisi dikit lagi ya.”

Theo mengangguk, lalu duduk di karpet, menggambar sesuatu.

Reksa melirik gambar itu dan tertawa pelan. “Tuh, Theo gambar kita bertiga. Papa, Pii, dan dia. Katanya mau ditempel di kulkas.”

“Gue tempel di hati,” celetuk Bagas sambil duduk di samping anaknya.

Hari itu tidak istimewa di mata dunia.

Tapi buat mereka bertiga, ini pagi yang utuh. Siang yang sederhana. Sore yang hangat. Seperti biasa, tidak sempurna. Tapi penuh cinta.

...

Minggu sore. Udara cukup teduh, langit abu terang menandakan cuaca bersahabat. Di apartemen, Reksa sedang mengenakan hoodie hitam oversized dan sibuk menyisir rambut Theo sambil menahan tawa karena bocah itu tak bisa diam.

“Pii, mau jalan-jalan yuk,” rengek Theo sambil menggoyang-goyangkan badannya di pangkuan Reksa.

“Panggil dulu Papamu tuh. Tanyain dia mau nemenin nggak.”

Seolah dipanggil, Bagas masuk sambil membawa kantong belanja kecil. “Kalian berdua ribut banget, ya. Papamu baru pulang kerja, tahu…”

Theo langsung melonjak turun dan memeluk Bagas. “Papaa~ ayo ke mall. Theo mau sandal Spaidermen!”

Reksa ikut berdiri. “gue juga butuh beli make-up, sekalian jalan-jalan. Capek juga di rumah terus.”

Bagas memandangi dua orang ini dan menyerah. “Oke, tapi kalau keluar, kita tetap harus jaga peran, ya. Jangan asal manggil Papa atau Pii di tempat umum. Bisa gawat.”

Theo cemberut. “Tapi kan kalian berdua emang Papa dan Pii-nya Theo…”

“Pssstt!” Reksa dan Bagas bersamaan menaruh telunjuk di bibir.

Di Mall

Mall sore itu lumayan ramai. Theo berjalan di tengah, menggandeng kedua tangan mereka sambil senyum ceria.

“Kalau ada yang tanya, aku jawab apa?” bisik Theo.

“Bilang aja kamu keponakan kami,” jawab Riyan.

Theo mengangguk, tapi kemudian bergumam, “Tapi kan aku anaknya Papa sama Pii…”

Reksa pura-pura sibuk liat kaca toko. “Anak rahasia kita, ya. Jadi sstt…”

Mereka masuk toko sepatu anak, dan seperti sudah tahu tujuannya, Theo langsung lari ke rak karakter dan memeluk sandal Spider-Man.

“Papa! Pii! Ini lucu banget! Theo mau yang ini!”

Reksa ikut ngeduduk dan mencocokkan ukuran. “Cocok nih. Tapi jangan panggil Pii kenceng-kenceng dong, nanti ketahuan.”

Theo mengangguk serius. “Oke. Tapi cuma boleh pelan ya, Pii…”

Bagas tertawa. “Gagal banget penyamarannya.”

Di Food Court

Mereka duduk di meja pojok. Theo di tengah, menyuapi kentang goreng ke mulut Pii dan Papanya sambil tertawa-tawa kecil.

“Papa… buka mulut, aaaa…”

“Sekarang Pii… aaa~”

Beberapa pengunjung mulai memperhatikan mereka karena momen itu terlalu hangat. Seorang ibu muda di meja sebelah berbisik ke temannya, “Ih, lucu banget sih. Kompak banget kayak keluarga kecil.”

Bagas langsung salah tingkah. “Dia… anaknya kakakku,” jawabnya cepat.

Reksa mengangguk kalem. “Kita emang deket banget sama anak ini. Kadang ikut tinggal bareng.”

Theo langsung nyeletuk polos, “Tapi Theo tinggalnya sama Papa dan Pii kok…”

Dahi Bagas mengernyit. Reksa nyaris tersedak minuman.

Reksa akhirnya terkekeh pelan, memeluk Theo. “Dasar bocah… lidahnya nggak bisa diajak kerja sama.”

...

Tbc

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!