Sarah sang pemeran utama beserta para survivor lainnya telah berada di sebuah dunia tiruan yang nampak aneh. Mereka harus bisa bertahan hidup dengan melewati permainan yang di sebut dengan " 25 aturan iblis ", dimana permainan ini memiliki setiap aturan dan teka teki yang cukup menyulitkan. yang berhasil bertahan hidup sampai akhir, adalah pemenangnya. lalu hadiah yang akan di terima adalah satu permintaan apa saja yang diinginkan...... Mampukah Sarah dan para survivor lainnya keluar dari dunia aneh itu..? lalu bagaimana caranya Alena adik perempuan Sarah yang telah menghilang selama 12 tahun berada di dunia itu....?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon muhamad aidin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 : Serangan dari orang bertopeng
" Tolong lepaskan teman saya ". Remaja wanita itu sedang bernego dengan kelompok Sarah. Keributan yang timbul, memancing Alena dan Bara juga datang ke lokasi. Mereka langsung memasang badan. Alena siap untuk menarik samurainya, sementara Bara sudah menodongkan pistol juga.
" Suara itu ..? Dan topeng itu ". Sarah mulai menyelidik. Posisi nya masih mengunci orang bertopeng itu.
" Mereka yang menjarah perlengkapan kita ". Sarah kini ingat, lalu melihat topeng orang yang sedang dia kunci. Ternyata orang bertopeng yang di bawahnya adalah orang yang menodongkan pisau ke lehernya.
" Jadi kalian pelakunya... ". Bara langsung naik pitam setelah mengetahui pelakunya. Dia mengokang pistolnya bermaksud menembak remaja putri itu.
" Dasar bodoh...!!! Apa yang loe lakuen ". Elang langsung mencegahnya. Dia langsung menahan tangan Bara.
" Lepasen..... Mereka yang duluan cari masalah...!!!!! ". Keduanya masih saling tidak mau kalah.
" Bara.... Tenanglah.... ". Alena langsung memeluk bahu Bara mencoba untuk menenangkannya.
" Kau , Angkat tanganmu ". Alena masih tajam melihat remaja itu, yang mulai ketakutan, tanpa perlawanan remaja itu menuruti apa yang diperintah kan oleh Alena.
" Elang, Bara... Lindungi saya.... Jika perempuan ini melakukan gerakan mencurigakan, langsung tembak jangan ragu ". Alena mendekat, setelah menyarungkan samurainya. Bara dan Elang langsung mengikuti perintah Alena.
Alena mengecek semua tubuh remaja putri itu. Lalu mengeluarkan beberapa senjata seperti pisau belati dan pemantik api.
" Dian..... Apa yang terjadi ..? ". Terdengar samar suara seseorang dari balik pintu yang berada di dekat jendela.
" Masih ada yang lain...". Alena tanpa ragu mengeluarkan samurai tajamnya.
" Tunggu.... Dia hanya orang yang terluka , jadi dia tak berbahaya, Saya menyembunyikannya di kamar mandi... Tolong jangan bunuh kami ". Remaja putri itu sekali lagi memohon.
" Elang, tetap di posisi, arah pistolnya kepada remaja ini. Bara ikut saya, tetap di belakang lindungi saya ". Alena tak bisa percaya begitu saja apa yang di katakan remaja putri itu. Dia maju perlahan mendekat pintu kamar mandi yang di maksud.
Brak ... Alena menendang pintu itu sekencang mungkin , lalu menghunuskan samurai nya tepat ke depan. seseorang tergeletak di bak kamar mandi, dengan luka di perut kirinya, tepatnya di bagian ginjal. Wajahnya sudah memucat dan bibirnya membiru, bisa dipastikan bahwa orang ini sekarang. Darah dimana-mana, sepertinya orang ini berdarah hebat.
" Dia tidak berbahaya... ". Setelah di cek, ternyata memang benar. Alena menyarungkan kembali samurainya.
" Ikat keduanya, Saya akan mencari kotak p3k ". Alena memerintah Bara untuk membantu Elang dan Sarah mengamankan keduanya.
" Kenapa tak di habisi...? loe yang bilang bahwa dunia ini berbahaya, dan kita tidak bisa percaya begitu saja....". Bara sedikit emosi karena tak setuju dengan perintah Alena.
" Kau benar, tapi kau juga harus berpikir tenang. Kita bisa memanfaatkan mereka, untuk menambah jumlah, atau untuk mengorek informasi. Selalu gunakan otakmu, pelajari dan pahami, musuh yang hidup lebih berguna daripada musuh yang mati.... ". Alena dengan tegas menjelaskan alasannya pada Bara.
" Dalam dunia yang gila ini, insting, kemampuan intelektual, dan tindakanlah yang harus kau latih. Jangan selalu mengandalkan emosimu ". Untuk kesekian kalinya, Bara sangat salut dengan kemampuan pengambilan keputusan yang di ambil oleh Alena. Dia seperti seorang prajurit khusus yang terlatih di Medan perang. Bagi Bara Alena adalah sosok wanita berbeda dari kebanyakan wanita yang pernah di temuinya.
Setelah berhasil mengikat keduanya. Sarah mengobati luka Elang, sementara Alena langsung merawat yang terluka di kamar mandi.
" Tolong selamatkan teman kami... ". Remaja putri itu memelas memohon kepada kami untuk menolong temannya itu.
" Jangan khawatir, Alena teman kami sedang memeriksanya... ". Elang dengan ramahnya memberitahu untuk tetap tenang.
" Dasar bangsat....!!!!! Awas loe, kalo gue berhasil lepas, gue matien loe semua.... Keparat.......!!!!! ". Remaja yang satu lagi sudah mengamuk dan memberi kami sempat serapah. Dia sangat marah karena tidak berhasil membunuh kami.
" Bagaimana jika kepalamu saya ledakan duluan... ". Bara menempelkan ujung pistolnya di kepala remaja putra itu.
" Masih mau ngomong....? ". Bara mengancam. Kali ini ancamannya tidak main-main. Sarah masih sibuk mengobati Elang, sementara Elang hanya bisa diam. Salah si remaja itu juga karena memancing kami untuk menyerang. Jadi biarkan saja... Toh tidak rugi juga untuk kami.
" Tono cukup...!!! Berhenti berteriak memaki. Kita sudah kalah.....". Remaja putri itu langsung membentak temannya.
" Kau cukup hebat juga dalam negosiasi, kemampuan intelektualmu cukup hebat ". Bara sudah menyarungkan pistolnya lagi.
" Kami tidak akan ragu untuk membunuh, demi bertahan hidup ". Bara mencoba menjelaskan yang namanya pertempuran itu seperti apa.
" Kalian yang masih remaja tanggung, dengan senjata tajam di tangan kalian... Apa kalian siap untuk mati...? Kedua bola mata kalian, nampaknya sudah terlihat jawaban, rasa takut parah untuk mati, dan perasaan sedih dan takut yang luar biasa ". Bara mencoba mengintimidasi mereka berdua. Kedua remaja itu hanya bisa tertunduk. Rasa takut mulai menyeruak ,akan kematian yang sudah dekat. Bara tersenyum kemenangan setelahnya.
Tak lama Alena keluar, wajahnya datar dan menarik nafas perlahan.
" Maaf,,, Teman kalian Sepertinya sudah tak tertolong. Dia banyak mengeluarkan darah ". Mendengar ucapan Alena, kedua remaja itu berteriak histeris sambil menangis kencang.