Cinta Berselimutkan Lara

( Pernikahan yang Terluka )

Sania Menatap Cincin Berwarna Silver Di Jari Manis Nya, ia Memandang Wajah Aditya Dengan Sendu, Entah Apa Yang Sebenarnya Terjadi Pada Pria Di Hadapan Nya? Saat Di Kota Sifat Nya Sangat Dingin Namun Saat Bersama Dengan Dirinya Ia Merasa Ada Sebuah Ketulusan Yang Terpancar Nyata.

" Pak Kita Perlu Bicara " Tatap Sania Penuh Keyakinan.

" Bicara Apa? " Wajah Aditya Penuh Selidik.

" Tidak Disini Pak Tapi Di Rumah Saja Nanti! " Ucap Sania Menarik Nafas Dalam, Setelah Itu Ia Meningalkan Aditya Yang Masih Mematung Di Pingir Penjual Aksesoris

Sengaja Aditya Membelikan Semua Kesukaan Bu Lastri, Aditya Membeli Makanan Di Pengajian Dan Juga Baju, Jilbab Dan Mukenah, Aditya Membeli Kan Semua Itu Untuk Sang Mertua.

Namum Jika Dirinya Membelikan Untuk Bu Sonya Pasti Langsung Di Buang Karena Bu Sonya Anti Barang-Barang Murah!

Aditya Berjalan Menuju Ke Kamar Sania, Terlihat Sania Sedang Duduk Mematung Di Tepi Ranjang Kayu, Wajah Nya Sudah Siap Mengucapkan Semua kalimat Perpisahan.

" Sania... Apa Yang Mau Di Bicarakan? " Aditya Mendudukan Tubuh nya Di Samping Sania.

" Aku-ingin Mengakhiri Semua-nya Pak... Ce-raikan Aku Pak! " Nafas Nya Berat, Ucapan Nya Terbata.

Sania Menarik Nafas Dalam Memejamkan Mata Nya, Tangan Nya Bergetar Hebat Sudah Kedua Kali Kalimat Ini Terucap Di Bibir Nya.

" Sania-Apa Yang Kau Ucapkan? " Aditya Menoleh Ke Arah Sania.

" Aku Minta Cerai-Kan Aku Pak, Dan setelah Itu Tingalkan Aku Pergi... Hiduplah Bahagia Bersama Kak Karina " Sania Memalingkan Wajah Nya. Ia Menyembunyikan Tangisan Nya yang Siap Meledak

Aditya Gelagapan Ia Mengeleng Lirih, " Apa Kau Tidak Mencintai Ku? " Aditya Menarik Diri Ia Duduk Di Bawah Kaki Sania.

Sania Mengeleng " Tidak Pak! " umpat Nya, Aslinya Setelah Pernikahan Ia Lebih Dulu Jatuh Cinta Dengan Aditya, Namun melihat Kebaikan Karina Dan Rasa Cinta Karina Yang Terlampau Dalam Untuk Aditya Ia Tidak Bisa Menjadi Orang Ketiga Nya

" Kenapa Sania? " Kini Giliran Aditya Yang Bertanya.

" Tidak Aku Tidak Mencintai Mu, Aku Tidak Mau Menjadi Penghalang Untuk cinta Kalian Berdua, Karena Jika Aku Terus Tingal Disana Lambat Laut Semua Orang Pasti Akan Curiga Dengan Hubungan Kita Dan Aku Tidak Mau Kak Karina Terluka Pak..." Sekuat Tenaga Sania Menahan Air Mata Nya Akhirnya Jatuh Juga.

" Tapi Kau Bisa Tetap Tingal Disana Sebagai Istri Sania, Aku Berjanji Tidak Akan Membiarkan Karina Tahu Tentang Hubungan Kita " Aditya Berusaha Meyakinkan Karina.

Sania Mengeleng, Ia Tidak Kuat jika Dirinya Di Madu, Pasti Jika Karina Tahu Ia Juga Tidak Bisa Tinggal Bersama Madu nya.

" Sania Jagan Katakan Itu " Aditya Berjongkok ia Menutup Bibir Sania Dengan Jari Telunjuk Nya.

" Tidak Pak Aku Tidak Bisa Melakukan Ini..." Sania Beranjak Dari Duduk Nya.

Aditya Menarik Sania, Berusaha Menahan Agar Sania Tidak Pergi " Pak Lepaskan Ini Sudah Malam... Kau Bisa Tidur Disini Aku Akan Tidur Di Kamar Ibu " Sania Menghapus Sisa Air Mata Nya Dan Meninggalkan Sisa Air Mata Yang Masih Membekas.

Sania Keluar Membuka Pintu Kamar Ibunya Yang Sudah Tertidur Lelap, Ia Ikut Berbaring Di Samping Sang Ibu, Ia Membungkam Mulut Nya Agar Isak Tangis Nya Tidak Terdengar

Sekali Lagi Ia Memandang Cincin Di Jari Manisnya Yang Di Berikan Oleh Aditya Siang Tadi. " Apakah Aku Berdosa Ya Allah... Karena Telah Jatuh Cinta Dengan Pak Aditya." Air Mata Nya Membasahi Bulu Mata Lentik Nya.

Sania Mendekap Mulut Nya Agar Tangisan Nya Tidak Meledak, karena Ia Takut Jika ibunya Sampai Bangun. dan akan khawatir kepada nya.

Sementara Aditya Di Kamar Sedang Merenung, Memikirkan Semu Nya, Di Tambah Besok Ia Akan Pulang Ke Kota Karena Urusan Nya Telah Usai Dan Kini tingal Masalah nya Dengan Sania Yang Belum Usai.

" Kenapa Aku Bisa Terjebak Seperti Ini!!!!...." Aditya Menarik Nafas Kesal ia Mengusap Wajah Nya Gusar Sambil Memandang Nanar Ke Arah Sekeliling Kamar Sania.

Waktu begitu Cepat Berlalu, Sania Dan Aditya Tidak Bisa Tidur Hinga Sampai Adzan Subuh Berkumandang, Sania Langsung Beranjak Dari Tempat Tidur Ibu Nya, Ia Berjalan Pelan Menuju Kamar Nya Karena Akan Mengambil Mukena.

" Sania..." Aditya Yang Melihat Itu Ia Langsung Beranjak Dari Tempat Tidur Nya Segera Mendekat Ke Arah Sania, Namun Sania Menepis Jarak.

" Jagan Sentuh Aku... Aku Sedang Ada Wudhu " Ucap Sania.

Aditya Menurunkan Tangan Nya, Dan Ia Membiarkan Sania Shalat Di Samping tempat Tidur, Terlihat Mata Sembab Di Raut Wajah Sania, Karena Semalaman Ia Menangis

Begitupun Dengan Aditya. ia Juga Memikirkan Hal Yang Sama. " Aku Tahu Sania Kau Pasti Mencintai ku, Namu Aku Juga Tahu Hati Mu Tidak Ingin Melukai Siapa Pun." Gumam Aditya.

Selepas Shalat Mata Nya Terpejam Dalam Ia Mengabaikan Aditya Yang Sedang Duduk mematung.

Hinga Waktu Terus Berjalan Akhirnya Sore pun Datang, Aditya Mengemasi baju Nya Dan Ingin Bersiap Kembali Ke Jakarta.

Sania Terdiam Melihat Aditya Berkemas Seorang Diri, Sekuat Tenaga Aditya Memohon Agar Sania ikut Dengan Nya Ke Kota, Namun Sania Menahan Perasaan Nya Agar Ia Tidak luluh dengan Semua Itu.

" Apa Kau Yakin? Kau Tidak Akan ikut Dengan Ku Kembali Ke Kota? " Aditya Memastikan Raut Wajah Sania.

" Tidak!" Sania Mengeleng Ia Sudah Mantap Dengan Perasaan Nya.

Setelah Mobil Yang Di Pesan Oleh Atasan Aditya Datang, Aditya Keluar kamar Sania Melewati Sania Yang Berdiri Di Depan Pintu.

Aditya Berpamitan Pada Bu Lastri " Bu Saya Pamit Dulu Yah Bu... Saya Nitip Sania Disini " Ucap Aditya.

" Kamu Hati-Hati Nak' Maaf Jika Selama Disini Ibu Tidak Bisa Menjamu Dengan Makanan yang Enak " Ujar Bu Lastri Malu.

" Tidak Papa Bu " Aditya Tersenyum Hampa.

Dirinya Dengan Berat hati Melangkah Keluar Menuju Mobil Yang Sudah Terparkir Di Depan Pekarangan.

Sekali lagi Ia Menoleh Ke Belakang Memandang Lekat Rumah Sania.

Sania Juga Diam-Diam Mengintip Dari Celah Jendela, Hatinya Runtuh Namun Tidak Ada Daya. Karena Jika Ia Kembali Ia Takut Akan Mengatakan Kebenarannya.

Sania Luruh Tidak Kuasa Air Matanya Bercucuran, Hatinya Sakit Dan Juga Perih, Takdir Pernikahan Yang Ia Jalani Bersama Aditya Begitu Rumit.

" Sampai Mana Takdir Akan Membawa Diri Ini? " Sania Memeluk Lutut Nya Yang Bergetar, tangisannya Pecah, Tenggorokan Nya Seperti Tercekik Ia Merasa Kehilangan.

Dan Mungkin Besok ia Harus Siap-siap Memasang Telinga Karena Akan Menjadi Gunjingan para Tetangga.

" Ibu-Maafkan Sania..." Lirih Sania, Ia Meremas Ujung Jilbab Yang Sudah Basah Karena Air Mata Nya.

Sementara Di Dalam Mobil, Aditya Juga Meneteskan Air Mata Saat Mobil Mulai Membelah Jalan Raya.

.

.

.

" Bersambung "

Terimakasih Buat Yang sudah Dukung Karya Sesederhana ini 🤗🤗🤗🤗🤗