Tak ada jalan untuk kembali
Killa Okta Brahmana dan Salpa Radiatul Brahmana merupakan saudara kandung, setelah lulus kuliah di luar Negeri sebagai Desainer profesional, Killa menjadi satu-satunya penerus perusahaan peninggalan mendiang sang Ibunda. Sementara Salpa masih menempuh pendidikan tinggi dengan profesi yang sama dengan Kakaknya, Killa.
Setelah Killa sah menjadi penerus perusahan keluarga besar Brahmana, akhirnya Killa menikahi Diantoro Sultan yg tak lain merupakan keturunan dari sahabat sang Ayah, Joko Brahmana.
Setelah 3 tahun menikah pernikahan Killa dan Diantoro belum dikaruniai keturunan sehingga Diantoro berselingkuh dengan adik kandung Killa.
Lantas bagaimana dengan Killa dan cerita selanjutnya?
Intip terus ya update selanjutnya 😉 siapa tau makin penasaran sama kelanjutan ceritanya 🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhyras, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Killa Jatuh Pingsan
****
Dalam perjalanan pulang.
"Em ... kamu kemana aja selama ini, Ngga? Menghilang bagaikan ditelan bumi! Aku kira undangan itu gak sampai ke kamu?" tanya Fanny yang tiba-tiba memecah keheningan.
Rangga menoleh sesaat. "Setelah lulus kuliah, aku mulai merintis bisnis jadi aku cuma fokus sama bisnisku! Soal undangan, dari dulu aku gak pernah ganti medsos!" jawab Rangga.
"Terus sekarang kamu?" tanya Fanny, masih penasaran pada Rangga.
"Sekarang? Yah ... sepertinya mulai sekarang aku akan lebih lama tinggal disini!" sahut Rangga, memberinya jawaban yang sederhana.
"Oh ... sorry nih Rangga, kalau gue kepo! Kamu udah nikah?" tanya Fanny.
Rangga tersenyum. "Seperti yang kamu lihat, aku masih sendiri! Dari dulu sampai sekarang aku belum nemuin orang yang sama seperti seseorang yang dulu pernah saling berjanji!" jawab Rangga.
Killa menoleh seketika. Killa tak menyangka jika Rangga sampai saat ini masih belum menikah.
"Kamu serius?" tanya Fanny sedikit tak menduga dengan jawaban Rangga.
Rangga hanya menganggukkan kepala. membenarkan ucapannya.
Killa hanya diam membisu tanpa kata sejak dalam perjalanan.
"Eh, by the way aku antar siapa dulu nih? Killa atau Fanny?" tanya Rangga.
"Gue dulu aja deh!" sahut Fanny.
"Enggak, aku aja dulu!" jawab Killa.
Killa dan Fanny saling berebut untuk di antar lebih awal oleh Rangga.
Rangga menoleh pada keduanya.
"Mending gue aja dulu, rumah gue kan udah dekat dari sini! Killa mah searah ini sama Rangga! Iya kan, Ngga?" tanya Fanny.
Rangga menoleh pada Killa. "Aku ikut apa kata Killa aja!" sahut Rangga.
"Ya udahlah terserah Lo aja, Fan!" cetus Killa.
Killa mau tak mau harus kembali mengalah, karena alasan Fanny memang lebih masuk akal, rumah Fanny yang paling dekat di antara Killa dan Rangga.
Setelah beberapa menit kemudian, Tak terasa akhirnya sampai di halaman rumah Fanny.
"Sampai! Kalian mampir dulu gak ke rumah gue?" tanya Fanny.
"Lain kali aja ya, Fan? Lagipula sekarang udah larut malam! Kasihan, Killa!" sahut Rangga.
"Ya udah thanks ya? Hati-hati di jalan and tolong jagain bumil gue ya?" ucap Fanny.
"Ok! Pasti aku jaga kok, kamu gak usah khawatir!" tutur Rangga.
"Ok deh gue percaya! Bye, Rangga ... bye, Killa!" ucap Fanny.
Rangga dan Fanny meresponnya lalu bergegas pergi melanjutkan perjalannya.
Suasana hening mulai kembali terasa. Tapi Rangga mulai menghangatkan suasana kembali. "Kalau kamu ngantuk, kamu boleh tidur dulu, nanti aku bangunkan kalau udah sampai!" tawar Rangga.
"Enggak apa-apa, lagian sebentar lagi sampai!" ucap Killa.
Sebenarnya Killa memang sudah sangat lelah dan mengantuk, tapi Killa memaksakan diri.
"Aku tau kamu lelah, kelihatan kok dari mata kamu!" cetus Rangga.
Killa hanya menunduk. "Iya, tapi aku masih kuat kok!"
"Jangan dipaksakan, kasihan bayi kamu Kill!"
Killa sedikit menoleh. "Aku tau! Tapi sebentar lagi juga sampai."
Namun setelah beberapa menit kemudian, Killa tak tahan lagi menahan rasa kantuknya hingga akhirnya tertidur di dalam mobil.
Rangga menoleh lalu tersenyum. "Killa ... Killa ... dari dulu aku tau kamu paling gak bisa tahan kalau menyangkut soal kantuk!"
Rangga menepi sebentar, meraih bantal kecil dari kursi belakang lalu menurunkan sandaran kursi dan perlahan memberikannya pada Killa agar Killa merasa lebih nyaman.
Kemudian melanjutkan kan kembali perjalanan.
****
Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 01:30 dini hari. Akhirnya perjalanan sampai dihalaman depan rumah Killa, tapi Rangga tak tega untuk membangunkan Killa yang tengah tertidur begitu pulas.
Akhirnya Rangga hanya bisa menunggu Killa terbangun hingga perlahan kesadarannya memudar dan akhirnya Rangga pun tertidur di dalam mobil.
Pukul 05:00 pagi.
Killa terbangun karena rasa mual yang begitu hebat. "Ya ampun aku ketiduran! Jam berapa ini?" gumam Killa sambil melihat jam di handphone nya, lalu menoleh ke arah Rangga yang masih tertidur. "Ternyata udah pagi ... aku ketiduran disini sama Angga!"
Killa melihat sekeliling ternyata dia berada di halaman depan rumahnya, Killa sempat bingung apa yang harus dia lakukan karena tak tega untuk membangunkan Rangga yang masih tertidur pulas.
Tapi tak disangka ternyata Rangga tiba-tiba terbangun dari tidurnya.
Rangga mengusap wajahnya lalu menoleh ke arah Killa. "Kamu udah bangun, Killa?" sapa Rangga.
"Kenapa kamu gak bangunin aku, Rangga?" tanya Killa.
"Maaf Killa, aku gak tega lihat kamu tidur pulas, aku tau kamu pasti capek semalam!" sahut Rangga.
Killa tak bisa menyalahkan Rangga dan menyangkal kalau dirinya memang sangat lelah selepas menghadiri acara pestanya semalam.
"Makasih ya udah nganterin aku?" ucap Killa.
Rangga tersenyum. "Sama-sama, aku senang bisa antar kamu sampai sini!"
Killa tersenyum ragu pada Rangga.
Sebelum Killa berpamitan, rasa mual yang luar biasa kembali datang, Killa tak tahan lagi lalu segera keluar dari mobil dan memuntahkan semua isi perutnya.
Rangga segera menyusul Killa, membawakan sebotol air mineral dan tissue dan memberikannya pada Killa.
"Makasih ya?" ucap Killa.
"Kamu pasti kecapean! Aku antar kamu sampai dalam ya?" tawar Rangga.
"Enggak usah Rangga, aku bisa sendiri kok!" Killa menolak tawaran Rangga.
Killa bergegas kembali untuk mengambil tas miliknya yang tertinggal di dalam mobil.
Tapi langkah Killa sedikit tak stabil, Killa merasa kepalanya tiba-tiba pusing dan tubuhnya terasa lemas seakan seluruh tenaganya terkuras habis setelah muntah.
"Biar aku antar sampai dalam ya?" Sekali lagi Rangga berusaha membantu Killa.
"Enggak usah Rangga! Aku udah bilang, aku bisa sendiri!" Killa tetap kukuh tak ingin Rangga membantunya terlalu banyak.
Tapi saat Killa melangkahkan kaki, tiba-tiba tubuh Killa tak stabil dan Killa jatuh pingsan. Beruntung dengan sigap Rangga menahan tubuh Killa sehingga Killa tak terjatuh, lalu membawanya masuk ke dalam rumah.
Rangga menekan bell dengan terburu-buru, berharap seseorang secepatnya membukakan pintu.
"Astaghfirullah ... Non Killa kenapa?" Bi Tina kaget saat melihat Killa tak sadarkan diri bersama seorang pria yang tak asing. "Ayo masuk dulu?" ajak Bi Tina dengan tergesa-gesa.
Kemudian Rangga segera bergegas masuk ke dalam dengan memangku Killa.
Bi Tina meminta Rangga untuk membawa Killa ke ruang family dan menidurkannya di atas sofa.
"Saya sepertinya gak asing, apa ini Den Rangga?" tanya Bi Tina.
"Iya, Bi! Ini aku Rangga! Aku kira Bi Tina bakalan lupa!" sahut Rangga.
"Ya ampun ... sudah lama Bibi gak dengar kabar tentang Den Rangga, apa kabar, Den?" Bi Tina tampak senang dengan kehadiran Rangga disana.
"Kabarku baik, Bi! Kabar Bibi sendiri gimana?" tanya Rangga.
"Baik, Den! Alhamdulillah ...," sahut Bi Tina. "Oh iya, sebentar Bibi ambilkan dulu kayu putih untuk Non Killa ya, Den?"
"Oh iya, Bi! Silahkan!" tutur Rangga.
Bi Tina segera bergegas mengambilkan minyak kayu putih untuk Killa.
"Den Rangga, sebenarnya apa yang terjadi pada Non Killa? Kenapa Non Killa bisa sampai pingsan?" tanya Bi Tina sambil mengoleskan minyak pada beberapa bagian tubuh Killa.
"Sepertinya Killa kecapean sehabis pestanya semalam, Bi! Semalam Killa duduk sendirian jadi aku antar pulang! Tapi tadi Killa tiba-tiba muntah lalu pingsan!" Rangga menjelaskan secara singkat dan padat.
Bi Tina sedikit terdiam. "Non Killa sendirian, Den?" Bi Tina merasa heran. "Bukannya kemarin malam Non Killa sama, Den Bos?"
"Aku kurang tahu, Bi! Semalam aku gak sengaja ketemu Killa di lobby. Sebaiknya Killa dibawa ke dokter aja, Bi! Aku khawatir sama kesehatannya!" Rangga memberi saran.
"Oh iya Bibi paham, Den! Nanti Bibi hubungi Den Bos biar Non Killa segera di bawa ke dokter!" ucap Bi Tina. "Oh iya maaf Den Rangga, Bibi hampir lupa! Den Rangga mau minum apa biar Bibi ambilkan?" tanya Bi Tina.
"Eh enggak usah repot-repot, Bi! Terima kasih? Lagipula aku gak lama kok, aku mau pamit, Bi!" sahut Rangga.
"Loh kok pamit, Den? Kan Non Killa belum siuman?"
"Iya sudah pagi, aku harus pergi bekerja! Nanti hubungi aku kalau ada apa-apa sama Killa ya, Bi?" pinta Rangga sambil memberikan kartu nama lengkap dengan nomor handphone nya pada Bi Tina.
Bi Tina segera mengambil kartu itu. "Oh iya baik, Den! Terimakasih banyak ya, Den? Den Rangga udah nganterin Non Killa!" ucap Bi Tina.
"Sama-sama, Bi! Kalau gitu aku pamit? Semoga Killa cepat siuman ya, Bi?" tutur Rangga.
"Iya, Den Rangga! Hati-hati di jalan ya?" pesan Bi Tina.
Rangga mengangguk seraya tersenyum kemudian segera bergegas pergi.
jangan lama² lah thor