NovelToon NovelToon
PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ranimukerje

Istri kedua itu memang penilaiannya akan selalu buruk tapi tidak banyak orang tau kalau derita menjadi yang kedua itu tak kalah menyakitkannya dengan istri pertama yang selalu memasang wajah melas memohon simpati dari banyak orang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ranimukerje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5. Kunjungan pagi berujung pertengkaran

Nara menatap malas pada keberadaan ibu mertuanya dimeja makan rumahnya. Tak biasanya dewi datang berkunjung sepagi ini apalagi ini hari kerja.

"Mama bawain aku apa?"

Pertanyaan wisnu yang terdengar riang dan akan selalu bersemangat saat sang ibu datang membawakan masakan hasil tangannya.

"Nasi uduk ayam goreng lengkuas sama teman temannya."

Senyum terbit diwajah wisnu.

"Kok bawain makanan berat sih ma mana itu bersantan dan berbumbu pekat." gumam nara tapi semua yang ada disana masih jelas mendengarnya.

"Ini kesukaan ku ra." Wisnu menjawab dengan nada sewot dan sedikit memberi tatapan mengancam kearah sang istri.

"Tapi itu ga sehat mas."

"Sesekali ga harus mikirin sehat atau ga. Aku pengen makan masakan mama dengan tenang jadi kamu duduk diam dan makan juga, ya?"

Suasana dimeja makan langsung tegang. Nara dengan rasa tak sukanya pada sang mertua dan dewi yang diam diam menahan emosi karena sambutan yang menantunya berikan. Inilah, inilah alasan dewi sejak awal menolak memberi restu. Nara itu di kacamata dewi sudah minus nilai ditambah setelah dinikahi oleh putranya makin menjadi saja.

"Enak ma, aku kangen makan masakan mama."

"Mama masakin tiap hari kalau kamu mau pulang, mama yang kesini kan jauh nu."

"Pulang, memang mama mau mas wisnu pulang kemana? Rumahnya disini, sama aku."

Lancang, sikap nara ini terlihat sekali tidak sukanya walau nada bicara masih terdengar lembut.

"Ra, yang sopan sama mama."

Wisnu tak segan menegur istrinya didepan sang ibu yang memang sekarang sekarang jadi lebih tegang diantara keduanya. apalagi penyebabnya kalau bukan soal madu yang diinginkan sang mertua.

"Apasih mas, aku ngomong bener kok. Ga ada yang salah, ini emang rumah kita tempat mas pulang ya kesini."

"Anak itu walau sudah menikah tetap milik ibunya, nara. Wisnu juga bisa pulang kerumah mama, rumah masa kecil. Walau tidak lagi untuk tinggal disana setidaknya berkunjung. Meramaikan rumah yang sunyi itu."

Suara dewi sedikit bergetar karena perasaannya tiba tiba saja jadi melow.

"Ma" lihir wisnu menggenggam erat tangan ibunya yang berada dipangkuan.

"Maafin wisnu jarang pulang."

Dewi tersenyum walau getir tapi untuk putranya akan selalu ada maaf yang tidak pernah habis jumlahnya.

"Mama jangan mau menguasai mas wisnu untuk diri mama sendiri dong. Aku istrinya, aku yang lebih berhak atas mas wisnu ketimbang mama."

Melenceng sudah, nara ini memang tidak pernah mau memahami pembicaraan yang sedang berlangsung. Tak ada satupun kalimat yang dewi ucapkan ingin menguasai wisnu walau wisnu adalah putranya.

"Kamu ini kenapa sih ra."

Bukan bertanya tapi wisnu sedang menuntut istrinya untuk diam, berhenti dengan segala omong kosongnya itu.

"Aku ini ga akan dikuasi siapapun. Aku juga tetap disini sama jamu, kenapa juga pagi pagi kamu udah sensi padahal mama datang kesini cuma mau bawain aku sarapan yang mama masak sendiri."

Terpancing sudah, meja makan yang harusnya tenang berubah jadi makin tegang bahkan bibi yang ada didapur bersih sampai menahan napas karena baru kali ini mendengar dengan jelas kemarahan wisnu pada istrinya.

"Sudah nu"

Dewi berusaha menenangkan putranya.

"Ga ma, nara udah makin keterlaluan sama mama. Aku diemin dia malah makin ngelunjak dan ga ada sopan santunnya ke mama."

Seperti bom waktu, wisnu sedang meledakkan emosinya yang selama ini ditahan.

"Mas kenapa kamu malah marah ke aku kayak gini. Didepan mama lagi."

Tak terima nara dan malah makin meninggikan suara di depan suami dan ibu mertuanya. Terbiasa mendrama dan hanya wisnu lah yang biasanya menyaksikan tapi kali ini dewi melihat jelas bagaimana menantunya.

"Mama pulang nu, maaf kalau kedatangan mama bikin waktu sarapan kalian jadi terganggu."

Dewi hendak pergi tapi tangannya langsung di cekal lembut oleh wisnu.

"Mama pergi sama aku, ikut kekantor aja dulu. Nanti datang ke undangannya pak hendro barengan."

Dewi sempat diam sejenak lalu akhirnya mengangguk.

"Aku berangkat."

Wisnu pergi begitu saja dari ruang makan tanpa perduli pada nara yang sudah merah padam wajahnya.

Prang

Benda jatuh, tidak tidak dibanting. Wisnu juga dewi tau kalau itu suara benda dibanting. Tapi keduanya memilih diam dan melanjutkan langkah keluar rumah. Meninggalkan nara yang menjerit keras dengan air mata yang sudah basah.

. . . . . . . .

"Mama diruangan papa aja nu."

Wisnu mengangguk dan mengantarkan ibunya naik satu lantai lagi keruangan dimana ayahnya berada.

"Ma, maafin aku maafin sikapnya nara juga."

Dewi menarik napas sebelum berbicara.

"Maaf mama untuk kamu ga akan ada habisnya nu, tapi kalau untuk istrimu ......."

Dewi menggeleng samar.

"Mama memang salah karena terlalu keras dalam bersikap, apalagi sejak awal mama ga kasih restu ke kalian. Cuma kan harusnya nara mau mendekat, ya pelan pelan. Mama ini bisa luluh kok tapi nyatanya istrimu tetap aja kaku malah menganggap mama musuh tak kasat mata."

Wisnu memejamkan matanya. Apa yang ibunya katakan memang benar, nara itu menjauh dan abai dengan keberadaan orangtua wisnu. Awalnya wisnu tak mengapa tapi setelah mendengar keluh kesah sang ibu untuk yang pertama kalinya wisnu baru sadar.

"Udah gih, kerja sana."

Wisnu mengangguk dan pergi menuju ruangannya yang berbeda satu lantai dari ruangan sang ayah.

"Berantem?" Tanya lim pada istrinya.

"Hmm" dewi menggumam dan duduk di sofa yang ada ada disana. Rebah pada sandaran sofa, matanya memejam helaan napas berulang kali mengudara.

"Aku cuma pengen bisa sedikit lebih dekat dan akur sama mantu tapi kayaknya nara nganggap aku ini iblis."

Tawa lim pecah, apa yang keluar dari mulut istrinya memang selalu bisa jadi penghibur. Itu khusus untuk lim saja karena bagi orang lai mulutnya dewi ini adalah petaka terutama bagi nara.

"Kalau mantu kita ga mau dekat ya sudah, kamu ga usah pusing. Papa ga masalah kita ga dekat sama mantu yang penting itu wisnu masih ingat kita mau pulang duduk bareng ngobrol walau ga tiap hari."

Dewi tak menyahut ia memilih memejamkan matanya rapat. Datang pagi pagi ke rumah wisnu memang niatnya ingin sarapan bersama dengan menu kesukaan putranya dan ya dewi juga ingin mencoba dekat dengan sang menantu tapi yang ada malah jadi ribut. Pagi yang mengenaskan sekali bagi dewi.

#Happyreading

1
Anonymous
Syukkaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!