NovelToon NovelToon
Real Games

Real Games

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Harem / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:418
Nilai: 5
Nama Author: Zoro Z

John Roki, Seorang siswa SMA yang dingin, Cerdas, dan suka memecahkan misteri menjadi logis (Bisa diterima otak)

Kehidupan SMA nya diawali dengan kode rahasia yang tanpa disadari, membawanya ke misteri yang lebih mengancam. Misteri apa itu? kok bisa makin besar? Selengkapnya dalam cerita berikut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoro Z, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Game 23. Rencana klub baru.

Hari itu, cuaca cerah dan angin sepoi-sepoi berhembus dari jendela kelas saat pelajaran berlangsung. Roki duduk di bangkunya, memandang ke arah luar jendela tanpa benar-benar memperhatikan pelajaran yang sedang diajarkan.

Pikirannya melayang-layang, tidak tertarik dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Namun, suasana damai itu segera buyar ketika wali kelasnya, Pak Sugih, memanggil namanya.

“Roki, bisa kamu ke kantor guru sebentar? Ada yang perlu dibicarakan.”

Tanpa banyak kata, Roki berdiri dan berjalan keluar kelas. Beberapa teman sekelasnya, termasuk Kevin, Rose dan Sui, menoleh dengan penasaran, tetapi mereka tidak berani bertanya. Di luar kelas, Roki hanya menatap lantai dan berjalan tanpa ekspresi. Begitulah sifatnya akhir-akhir ini, kembali cuek dan tidak peduli seperti saat awal masuk sekolah.

Sesampainya di kantor, Pak Sugih duduk di belakang meja dan menatap Roki dengan serius. “Roki, ada masalah yang perlu kita bicarakan. Kamu tahu, di sekolah ini semua siswa diharuskan untuk bergabung dengan salah satu klub. Satu kelas, hanya kamu dan Sui yang belum terdaftar di klub mana pun. Tapi Sui kan siswa baru, masih diberi waktu untuk memilih. Lah kamu, sudah setengah tahun bersekolah disini, masih belum gabung aja.”

Roki mendengus pelan, tapi tidak berkata apa-apa. Dia tahu aturan itu, tapi sejak SMP, dia tidak pernah tertarik bergabung dengan klub apa pun. Baginya, itu hanya membuang-buang waktu.

Namun, di SMA ini, berbeda. Sekolah mengharuskan semua siswa untuk aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan Roki tidak bisa menghindarinya lagi.

“Aku tidak peduli dengan klub,“ jawab Roki dengan nada suaranya datar. “Sejak SMP aku tidak pernah gabung dengan satu pun klub dan kalo bisa, hal itu tidak berubah.”

Pak Sugih menghela napas. “Aku mengerti, tapi aturan sekolah harus diikuti. Kamu punya waktu sampai akhir minggu ini untuk memutuskan klub mana yang akan kamu ikuti. Kalau tidak, aku yang akan memasukkan mu ke salah satu klub secara acak.”

Roki hanya mengangguk tanpa semangat dan keluar dari ruangan itu. Saat berjalan kembali ke kelas, pikirannya masih kacau. Klub? Apa pentingnya bergabung dengan klub? Bukankah waktu luangnya lebih baik digunakan untuk tidur atau bermain game atau baca buku?

Ketika jam makan siang tiba, Roki pergi ke atap sekolah, seperti biasa. Di sana, Rose, Hana, Mia, dan Marlina sudah menunggu. Mereka sering berkumpul di sana untuk makan bersama, meski belakangan Roki semakin jarang terlibat dalam obrolan mereka karena kedatangan Sui. Namun, hari ini dia sengaja datang, karena dia sedang kebingungan.

“Roki!” panggil Rose begitu dia melihatnya mendekat. “Kami dengar kamu belum gabung ke klub mana pun.”

Roki hanya mengangkat bahu. “Belum tertarik.”

“Kamu bisa gabung ke klub kami saja!” Hana menawarkan dengan antusias. “Aku di klub tenis, Mia di klub musik, Marlina di klub sastra, dan Rose... yah, Rose di klub berkebun. Kamu bisa pilih yang mana.”

Roki menggeleng, lalu duduk bersandar pada dinding. “Aku tidak tertarik.”

Hana mengerutkan kening. “Tapi kamu harus gabung ke klub, kan? Kalau tidak, nanti wali kelasmu yang memilihkan.”

Roki terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Pikiran untuk dipaksa masuk ke klub yang tidak dia sukai terdengar menyebalkan, tapi dia juga tidak punya motivasi untuk bergabung ke salah satu klub yang ditawarkan oleh keempat gadis itu.

Tiba-tiba, Sui muncul dari arah tangga, membawa kotak bekal di tangannya. “Kalian sedang membicarakan soal klub?” tanyanya dengan nada ringan. ”Aku juga belum gabung ke klub mana pun.”

Sui berjalan mendekat dan duduk di sebelah Roki. Keberadaannya yang tiba-tiba membuat suasana menjadi sedikit tegang. Dia tampak ceria seperti biasa, entah sihir apa yang dibawah Sui, sikap Roki berubah setelah didekatnya.

“Bagaimana kalau kita buat klub sendiri saja?” usul Sui tiba-tiba. Semua orang yang mendengar itu langsung terdiam. “Daripada kita repot-repot memilih klub yang ada, kenapa tidak bikin klub sendiri? Kita bisa buat klub sesuai keinginan kita.”

Roki menatap Sui sejenak, mempertimbangkan usul tersebut. Membuat klub sendiri? Itu memang terdengar lebih menarik daripada dipaksa masuk ke klub orang lain. Dia mengangguk pelan, tanda setuju.

“Sebuah klub sendiri, huh?” gumam Roki, tanpa terlalu memikirkan. “Manarik juga, jadi ada yang tau persyaratan membuat klub baru?.”

Semua orang terdiam setelah mendengar pertanyaan Roki tersebut, setelah Marlina selesai minum, dia mulai angkat bicara.

“Tanyakan aja langsung kepada ketua OSIS, kamu dekat dengannya kan?” Saran Marlina sambil memiringkan kepalanya melirik Roki “Dia pasti akan membantu.” lanjutnya.

“Benar juga, sepulang sekolah nanti, aku akan bertanya kepadanya” Jawab Roki dan matanya melirik ke langit, sedang berfikir sesuatu.

Setelah sekolah selesai, Roki menemui Tommy, Ketua OSIS, di ruangannya. Tommy sedang sibuk mengurus beberapa dokumen yang mulai menumpuk setelah festival, tetapi ketika melihat Roki masuk, dia berhenti bekerja dan mulai tersenyum hangat.

“Hei, Roki! Ada apa?” sapanya ramah.

Roki seperti biasanya, tanpa disuruh untuk duduk, dia sudah duduk duluan. “Aku mau tanya soal bikin klub,” kata Roki langsung, tanpa basa-basi. “Apa saja syaratnya?”

Tommy mengangkat alisnya, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, tetapi kemudian dia mengangguk. “Oh, syaratnya tidak terlalu rumit. Kamu butuh setidaknya empat anggota awal, tujuan klub yang jelas, dan seorang guru pendamping yang bersedia mengawasi klub mu.”

Roki mengangguk. Persyaratannya memang tidak terlalu sulit, tapi mendapatkan empat anggota mungkin akan menjadi tantangan tersendiri. Mengingat, Roki adalah orang yang terkenal karena rumor buruk mengenainya.

“Kalau begitu, aku akan coba urus itu,” kata Roki dengan singkat.

Tommy tersenyum dan mengangkat jempolnya. “Bagus! Kalau kamu butuh bantuan apa pun, bilang saja.”

Roki meninggalkan ruangan OSIS dengan kepala yang dipenuhi rencana. Dia masih harus mencari anggota dan meyakinkan seorang guru untuk menjadi pendamping klubnya, tetapi setidaknya dia punya tujuan yang lebih jelas mengenai klubnya.

Klub baru itu mungkin bisa menjadi pelarian yang tepat untuk menghindari ikut klub-klub yang tidak dia sukai dan dia bisa buat klub apa yang dia sukai. Penasaran nama klubnya? Ikuti terus ceritanya.

Di perjalanan pulang, Roki bertemu dengan Sui. Sui saat itu masih sedang jajan di pinggir jalan, secara kebetulan dia melihat Roki dan terus mengikutinya.

“Bagaimana? Sudah tanya soal syarat bikin klub?” tanyanya dengan senyum lebar.

Roki hanya mengangguk. “Kita butuh setidaknya empat anggota dan seorang guru pendamping.”

Sui terlihat berpikir sejenak, lalu mengangguk penuh semangat. “Kau pasti berfikir peryataan itu sedikit rumit bagimu kan? Tenang saja, biar aku yang urus itu, kau urus sisanya.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!