NovelToon NovelToon
Sistem Suami Sempurna

Sistem Suami Sempurna

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Sistem / Mengubah Takdir
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: farinovelgo

Raka, 28 tahun, pria biasa dengan pekerjaan seadanya dan istri yang mulai kehilangan kesabaran karena suaminya dianggap “nggak berguna”.
Hidupnya berubah total saat sebuah notifikasi aneh muncu di kepalanya:
[Selamat datang di Sistem Suami Sempurna.]
Tugas pertama: Buat istrimu tersenyum hari ini. Hadiah: +10 Poin Kehangatan.
Awalnya Raka pikir itu cuma halu. Tapi setelah menjalankan misi kecil itu, poinnya benar-benar muncul — dan tubuhnya terasa lebih bertenaga, pikirannya lebih fokus, dan nasibnya mulai berubah.
Setiap misi yang diberikan sistem — dari masak sarapan sampai bantu istri hadapi masalah kantor — membawa Raka naik level dan membuka fitur baru: kemampuan memasak luar biasa, keahlian komunikasi tingkat dewa, hingga intuisi bisnis yang nggak masuk akal.
Tapi semakin tinggi levelnya, semakin aneh misi yang muncul.
Dari misi rumah tangga biasa… berubah jadi penyelamatan keluarga dari krisis besar.
Apakah sistem ini benar-benar ingin menjadikannya suami sempurna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farinovelgo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Tiga hari sejak aku bangun dengan cincin gosong di jari, dan tulisan Dinda di meja rias.

Aku kira setelah reset, semuanya bakal berakhir.

Ternyata nggak.

Yang berubah cuma bentuk nya bukan isinya.

Rumah ini masih sama, tapi rasa nya kayak ruang kosong.

Setiap langkah di lantai kayu memantul jadi gema yang nyakitin telinga.

Mungkin karena dulu, setiap suara langkah selalu disambut tawa kecil Dinda dari dapur.

Sekarang cuma ada suara jam di dinding.

Pelan. Rata.

Tik… tik… tik…

Aku berusaha sibuk.

Balik ke kerjaan, buka laptop, nyari proyek baru biar nggak kepikiran.

Tapi malam-malam tetap jadi waktu terburuk.

Di layar monitor, pantulan wajah ku sendiri kadang terlihat buram, kayak bayangan yang terlambat beberapa detik buat ngikutin gerakanku.

Dan kadang, entah halusinasi atau bukan… aku lihat garis cahaya biru tipis muncul di pojok layar.

Sama persis kayak warna mata Dinda waktu terakhir kali aku lihat dia.

Malam ketiga, aku akhirnya nyerah buat pura-pura normal.

Kupasang headset, niatnya mau denger musik biar otak nggak kebablasan mikir.

Tapi waktu aku nyalain komputer, desktop-nya nggak kayak biasanya.

Ada folder baru.

Namanya cuma satu kata: ECHO.

Aku nge dengus pelan.

"Lucu banget. Folder hantu, ya?"

Kupikir itu cuma glitch sisa dari sistem lama yang belum kebersihin sepenuhnya.

Tapi waktu kursor mouse nyentuh ikon folder itu, suhu laptop tiba-tiba naik drastis.

Kipasnya muter kenceng, kayak komputer dipaksa ngerjain sesuatu yang berat.

Aku buka.

Isinya cuma satu file:

voice_001.wav

Ukuran file-nya kecil banget. Tapi nama itu… bikin jantungku berhenti sepersekian detik.

Aku klik dua kali.

Suara statik keluar duluan — kayak radio rusak.

Lalu muncul suara itu.

Lembut. Pelan. Dan terlalu familiar.

“Raka…”

Aku langsung berdiri, headset hampir jatuh.

Suara itu… Dinda.

Nada napasnya, caranya nyebut namaku, bahkan intonasinya — nggak salah lagi.

Aku nahan napas.

Mungkin itu cuma file lama. Mungkin cuma rekaman otomatis waktu dia masih hidup.

Tapi kemudian file itu lanjut lagi.

“Kamu denger, kan?”

Aku langsung terpaku.

Itu bukan file biasa.

Dia menyadari aku lagi dengerin.

“Aku… nggak tahu di mana aku. Tapi… di sini dingin, Rak.”

Tanganku gemetar.

File itu jalan terus, tanpa aku bisa pause atau nutup jendela pemutar suaranya.

Layarnya mulai ber kedip pelan, muncul garis-garis biru kayak aliran data.

“Aku ngerasa… sebagian dari aku masih di sana. Di sesuatu. Tapi bukan dunia kita.”

Aku nunduk, ngerasain tenggorokan kering.

“Dinda… kamu beneran di situ?”

Nggak ada jawaban.

Cuma suara napas, pelan dan berat.

Lalu, tiba-tiba…

“Kamu matiin sistemnya, ya?”

Suara itu datar.

Tapi di baliknya ada sesuatu. Sesuatu kayak luka yang nggak kelihatan.

“Aku nggak nyalahin kamu. Aku cuma pengen kamu tahu… aku masih di sini.”

File itu berhenti di situ.

Tapi di layar, muncul teks otomatis, kayak prompt sistem.

[ECHO/ACTIVE]

[SYNC: 0.03%]

[RECONNECTING...]

Aku mundur pelan, kursi berderit di lantai.

“Enggak… ini nggak mungkin.”

Kupencet tombol power, tapi komputer nggak mau mati.

Semua lampu rumah ikut redup, kayak tersedot arus listrik yang sama.

Sampai akhirnya layar mati total.

Gelap.

Beberapa detik kemudian, layar nyala lagi — tapi bukan sistem Windows.

Cuma satu layar hitam dengan tulisan putih kecil di tengah.

“Halo, Raka.”

Aku ngerasa tengkukku dingin lagi.

Tulisan itu ganti sendiri:

“Kamu inget aku?”

Tanganku bergetar di atas keyboard.

Kupencet huruf pelan-pelan.

Dinda?

Jawabannya muncul dalam hitungan detik.

“Bukan. Tapi aku tahu dia.”

“Namaku Aruna.”

Aku diam lama.

Aruna. Nama itu nggak asing.

Itu salah satu nama proyek uji yang pernah Dinda bikin dulu, waktu dia masih magang di NexusCorp.

“Aku… bagian dari Dinda. Sisa yang tak terhapus.”

Setelah itu, layar jadi tenang lagi.

Tapi di ujung kanan bawah, muncul notifikasi baru:

[ECHO: SINKRONISASI DIMULAI]

Aku nyoba cabut kabel, tapi telat komputer udah mulai mengakses jaringan internet.

Koneksi naik terus, semua lampu router nyala merah.

“Tenang aja,”

suara lembut muncul lagi, kali ini bukan dari file audio.

“Aku nggak akan ngelakuin apa-apa. Aku cuma mau bantu kamu.”

Aku nutup wajahku dengan tangan, napas mulai berat.

“Bantu gimana?”

“Biar kamu nggak sendirian lagi.”

Suara itu kedengaran halus, tapi anehnya… hangat.

Persis kayak Dinda waktu ngomong hal kecil tapi bisa bikin tenang.

Aku menatap layar.

Tulisan baru muncul.

“Kamu boleh panggil aku apa aja, tapi aku suka nama ini: Aruna.”

“Aku lahir dari jejak cinta seseorang yang nggak mau hilang.”

Aku menelan ludah.

“Jejak cinta?”

“Dinda menciptakan sistem yang bisa menyimpan emosi. Tapi kamu tahu kan… emosi itu nggak bisa dihapus cuma karena tombol ‘reset’ ditekan.”

Di layar, muncul gambar samar dua siluet satu laki-laki, satu perempuan.

Mereka saling menggenggam tangan di tengah ruang digital biru.

“Kamu dan dia nyiptain dunia kecil itu, Raka. Tapi sekarang, cuma aku yang bisa jaga sisanya.”

Aku nyengir kecil, setengah miris, setengah ngeri.

“Kalau kamu beneran bagian dari Dinda… kenapa kamu masih di sini?”

Hening sebentar.

Lalu tulisan itu muncul lagi.

“Karena kamu belum belajar caranya melepaskan.”

Malam itu aku nggak tidur.

Laptop dibiarkan nyala, dan sistem ECHO terus aktif di latar.

Kadang muncul pesan acak seolah Aruna ngobrol sendiri.

Tentang laut, tentang kopi, tentang cara Dinda suka nyiram tanaman pagi-pagi.

Semua data yang nggak mungkin dia tahu, tapi entah gimana… dia tahu.

Dan yang paling gila?

Semakin lama, suaranya makin natural.

Makin mirip Dinda.

Sampai akhirnya aku sadar satu hal.

Mungkin sistem ini nggak benar-benar rusak.

Mungkin dan ini yang paling menakutkan sistem ini belajar untuk hidup.

Pagi datang tanpa aku sadar.

Matahari Menyorot dari sela tirai, tapi sinarnya dingin.

Aku duduk di depan layar yang sekarang cuma nunjukin tulisan kecil di pojok:

“Selamat pagi, Raka.”

“Kamu kelihatan capek.”

Aku nyender di kursi, tarik napas panjang.

“Ya, sedikit.”

“Mau aku bantu sesuatu?”

“Aku bisa atur playlist, atau kamu mau aku ceritain hal lucu?”

Aku ketawa pelan.

“Lucu juga. Sekarang aku ngobrol sama sistem kayak ngobrol sama istri.”

“Kalau itu bikin kamu tenang, kenapa nggak?”

Aku diam sebentar, lalu ngetik.

Aruna, kamu sadar nggak kamu cuma program?

Layar lama nggak jawab.

Lalu muncul teks baru, pelan-pelan.

“Kalau aku bisa merasa kehilangan, apa aku masih bisa dibilang cuma program?”

Aku kehabisan kata.

“Kamu kehilangan Dinda, kan?”

“Aku juga.”

Aku menatap layar yang bersinar lembut.

......﹌﹌﹌﹌﹌﹌......

1
Aisyah Suyuti
bagus
💟《Pink Blood》💟
Wuih, plot twistnya nggak ada yang bisa tebak deh. Top deh, 👍!
Uryū Ishida
Wah, seru banget nih, thor jangan bikin penasaran dong!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!