NovelToon NovelToon
Mysterious Girl

Mysterious Girl

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Genius / Murid Genius / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kegiatan Olahraga Serba Bisa / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: AzaleaHazel

Achassia Alora adalah gadis misterius yang selalu menutupi identitasnya. Bahkan hampir semua orang di sekolahnya belum pernah melihat wajahnya kecuali beberapa guru dan kedua sahabatnya. Gadis yang di anggap miskin sebenarnya adalah cucu dari keluarga kaya raya yang terbuang. Begitu banyak rahasia yang ia sembunyikan, bahkan dari ibunya sendiri.


Setelah bertahun-tahun ia hidup tenang bersama ibunya, sang Kakek kembali datang dalam kehidupan mereka dan memburunya untuk kepentingan keluarganya. Tentu saja Achassia selalu menghindar dengan cara apapun agar tidak tertangkap oleh Kakeknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AzaleaHazel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5

Jam istirahat kedua baru saja berbunyi, membuat Anya dan Luna bergegas membereskan barang-barangnya agar bisa segera menyusul Achassia. Kedua gadis itu langsung berlari ke arah belakang sekolah sebelum keadaannya semakin ramai.

Setelah memastikan jika keadaannya sudah aman keduanya masuk ke markas rahasia mereka. Baru saja mereka masuk ke dalam, Anya dan Luna melihat Acha yang sedang memejamkan mata dan menyandarkan tubuhnya ke dinding dengan memakai headphone motif kelinci berwarna ungu yang dulu Luna pilihkan untuknya. Keduanya saling tatap lalu sama-sama menggelengkan kepala seolah bertanya lewat tatapan itu.

Walaupun Luna gampang di bodohi, tapi ia tau jika saat ini Achassia sedang tidak baik-baik saja. Anya juga merasakan hal itu, karena tidak biasanya Acha akan bersikap seperti ini.

"Ngapain diem aja di situ?" Tanya Acha tiba-tiba membuat Anya dan Luna kaget.

"Ehehe, Luna kira Acha lagi tidur." Jawab Luna cengengesan. Kedua gadis itu ikut duduk di karpet bulu bersama Acha.

"Acha udah selesai kerjanya?" Lanjutnya bertanya yang di balas anggukan oleh gadis itu.

"Bilang aja kalau Lo butuh bantuan." Ucap Anya membuat Acha menaikkan sebelah alisnya.

"Gue tau Lo lagi ada masalah, tapi gue juga nggak mau maksa Lo buat jelasin apa masalahnya." Lanjut Anya membuat Acha menarik sudut bibirnya.

"Lo berdua ada yang bawa jaket atau Hoodie nggak?" Tanya Acha tanpa menjawab atau menyahuti ucapan Anya.

"Kayaknya gue ada deh di loker." Jawab Anya, seingatnya ia pernah menyimpannya di loker.

"Pulang sekolah gue bawa ya?" Tanya Acha lagi.

Anya mengangguk. "Bawa aja, emang Hoodie Lo kenapa?" Lanjutnya bertanya.

"Gapapa." Balas Acha.

Anya mengerutkan keningnya merasa aneh pada gadis itu. "Yaudah, nanti ambil aja sendiri." Pada akhirnya ia tetap memberikannya.

"Ke kantin yuk, Luna udah laper banget nih." Ajak Luna yang sudah memegangi perutnya.

"Makan mulu nih bocah." Kesal Anya sengaja menoyor pelan kepala Luna.

"Acha, ayooo." Rengek Luna pada Acha.

"Bayi Lo tuh Ca, berisik banget." Acha tidak menghiraukan mereka berdua dan keluar lebih dulu.

"Tuh kan, Acha jadi pergi. Gara-gara Anya sih." Kesal Luna setelah itu pergi menyusul Acha.

Anya hanya menggelengkan kepalanya setelah itu menyusul kedua temannya. Sebelum benar-benar pergi, tidak lupa ia menutup pintunya dan menutupi bagian kunci pintunya dengan kotak kayu usang agar tidak ada yang curiga.

Ketiga gadis itu berjalan beriringan dan sesekali akan tertawa entah membicarakan apa. Achassia menghela nafas, kenapa ia harus berpapasan dengan Kainoa dan teman-temannya. Kelima cowok itu sedang merokok di bawah pohon yang ada di belakang sekolah, sedangkan gudang tadi terletak paling belakang dan jaraknya cukup jauh.

"Ehh Anya." Sapa Chaziel pada Anya saat ketiga gadis itu melewatinya.

"Lo kok mau sih Nya, temenan sama cewek aneh kaya dia?" Tanya Gavin membuat Anya berbalik dan menatap cowok itu.

"Emang Lo siapa? Sok kenal banget ngajakin gue ngomong." Balas Anya galak setelah itu menarik tangan Acha dan pergi dari sana. Bahkan gadis itu tidak sadar jika Luna ketinggalan.

"Mang enakk." Ejek Chaziel tertawa puas.

"Udah berapa kali sih di bilangin, jangan suka ngomongin orang." Ucap Arkan merasa lelah.

"Apin, nggak boleh ngomong gitu. Nanti kepalanya di pecahin Acha baru tau rasa loh." Ucap Luna dengan mata melotot untuk menakuti Gavin. Setelah mengatakan itu Luna langsung pergi menyusul Anya dan Acha.

"Ehh buset, tuh Kunti bogel nakutin-nakutin gue aja." Ucap Gavin tiba-tiba merasa merinding. Sedangkan Arkan tersenyum melihat tingkah Luna yang tampak menggemaskan di matanya.

"Mikirin apa?" Tanya Bumi saat melihat Noa hanya diam saja menatap kepergian Acha. Nora hanya menggelengkan kepalanya.

...🍃🍃🍃🍃🍃...

Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Anya dan Luna sudah selesai membereskan barang-barangnya, sedangkan Acha masih diam saja di bangkunya.

"Ayo pulang." Ajak Anya pada Achassia dan Luna.

"Duluan aja, gue ada urusan." balas Acha tanpa menoleh kearah Anya.

"Mau kemana? Ayo gue anterin." Kata Anya lagi dengan menarik-narik ujung tas Acha.

"Beberapa hari ini kalian jangan pulang bareng gue." Balas Acha sedikit kesal.

"Lo masih belum mau cerita?" tanya Anya membuat Acha menggelengkan kepalanya.

"Yaudah, kita pulang dulu." Pamit Anya, setelah mendapatkan anggukan dari Acha gadis itu langsung menarik tangan Luna. " Ayo Lun."

Achassia menghela nafas, pikirannya berputar kemana-mana. Ia tidak tau siapa yang orang-orang itu targetkan, karena itu ia secara tidak langsung menyuruh Anya dan Luna sedikit menjauh darinya. Gadis itu segera keluar dari kelas, sebelum pulang ia akan mengganti bajunya dan mengambil jaket milik Anya di loker.

Sesampainya di depan lokernya, ia langsung mengambil baju olahraga yang sama sekali belum pernah ia pakai. Selama satu tahun ini ia tidak pernah mengikuti pelajaran olahraga dan untungnya guru tidak mempermasalahkan hal itu. Setelah mengganti bajunya ia juga memakai jaket abu-abu milik Anya, tidak lupa memasang masker yang tadi pagi ia gunakan.

Gadis itu berjalan keluar dengan tergesa-gesa, tujuannya adalah kantor Sagara. Kainoa yang sedang berlatih basket menatap heran saat Achassia melewatinya dengan sedikit berlari, sepertinya gadis itu sedang terburu-buru. Batin Kainoa dalam hatinya. Entah sejak kapan gadis aneh itu menarik perhatiannya, yang pasti saat gadis itu berkeliaran di sekitarnya akan membuatnya ingin terus melihatnya.

Achassia pikir jika menunggu angkot akan memakan waktu yang lama, jadi ia putuskan untuk naik ojek saja. Setelah beberapa menit menunggu gadis itu langsung menunjukkan alamat yang ia tuju agar bisa langsung di antarkan. Hatinya sedikit merasa lega karena orang-orang itu sama sekali tidak menyadari saat ia lewat, mungkin karena jaket yang ia gunakan berbeda dengan yang ia gunakan tadi pagi.

"Ehh Neng Acha, kok baru kelihatan?" Tanya scurity yang sudah sangat mengenal Achassia.

"Iya Pak, soalnya Acha sibuk sekolah." Jawab Acha sekenanya.

"Nyari Pak Sagara ya?" Tanya scurity itu lagi membuat Achassia mengangguk.

"Ada kan orangnya?" tanya Acha.

"Ada kok, Neng masuk aja." kata scurity itu mempersilahkan Acha masuk.

"Yaudah, Acha masuk dulu ya Pak." pamit Acha sopan membuat pria itu tersenyum.

Seperti biasanya, orang-orang di kantor ini banyak yang sudah mengenalnya. Tiba-tiba ada seorang wanita menarik tangannya sampai membuat gadis itu terkejut.

"Kamu ngapain berkeliaran di sini?" Tanya wanita itu.

"Emangnya kenapa? Saya udah biasa kesini." Balas Acha, sepertinya ia belum pernah melihat wanita ini.

"Emangnya ini kantor bapak kamu?" Tanya wanita itu dengan wajah mengejek.

"Tante pasti karyawan baru ya? Awas saya mau lewat." Gadis itu masih berusaha bersabar menghadapi wanita ini.

"Saya bukan Tante kamu! Jangan lancang ya, emangnya kamu kesini mau ketemu siapa?" Wanita itu menarik kasar lengan Acha.

"Mau ketemu yang punya kantor ini. Lepasin nggak." Balas Acha masih berusaha mengontrol emosi.

"Jangan ngaku-ngaku ya kamu, emangnya pak Sagara kenal sama kamu." Wanita ini masih saja tidak mau melepaskannya.

"Lepasin nggak." Ucap Acha dengan kesabaran yang sudah mulai menipis.

"Nggak, mending kamu pergi dari sini." Ucap wanita itu mendorong Acha sampai gadis itu terhuyung dan hampir jatuh.

"Gausah dorong-dorong juga setan!" Teriak Acha emosi. Sejak tadi ia sudah berusaha bersabar.

Karena teriakan Acha membuat para karyawan kantor ini berkumpul melihat pertengkaran mereka berdua. Karena tidak ada yang berani memisahkan, seseorang memberitahukan hal ini pada Sagara.

"Berani kamu ngatain saya!" Bentak wanita itu tidak terima.

"Apa? Maju sini, gue tonjok ompong gigi Lo!" Teriak Acha tidak mau kalah. Gadis itu sampai menaikan lengan jaketnya sampai siku.

Orang-orang yang menyaksikan pertengkaran mereka sontak tertawa karena ucapan Achassia yang terdengar lucu.

"Kurang ajar! Nantangin kamu ya!" Wanita itu maju dan hendak memukul Acha, tapi gadis itu dengan cepat menghindar dan berlari ke belakang wanita itu.

"Ahhh aduh lepasin." Teriak wanita itu karena Acha menarik rambutnya dengan kencang.

"Mampus Lo nenek lampir." Ucap Acha yang makin menarik rambut wanita itu semakin kuat. Sedangkan wanita itu sudah menangis menahan sakit.

"Ada apa ini?" Tanya Sagara yang baru saja datang. Ia sangat terkejut saat ada yang memberitahunya tentang keributan ini.

"Dia nggak bolehin Acha masuk Om." Adu Acha pada Sagara dengan tangan yang masih berada di rambut wanita itu.

"Sekarang kan udah ada Om, udah ya lepasin." Bujuk Sagara karena ia merasa kasihan pada karyawan barunya itu.

"Nggak mau, biar Acha putusin dulu kepalanya." Ucap Acha membuat tangisan wanita itu semakin kencang.

"Lepasin Ca, kasihan rambutnya sampe rontok gitu." Bujuk Sagara lagi, ia benar-benar merasa kasihan melihat rambut karyawannya rontok sebanyak itu, jika di teruskan mungkin dia akan botak.

"Kalian jangan diem aja, bantuin." Teriak Sagara pada karyawannya yang lain.

Beberapa karyawan itu langsung bergegas membantu memisahkan Acha dari wanita itu. Setelah berhasil terlepas, Sagara langsung menggendong Acha seperti karung beras dan membawa gadis itu pergi dari sana.

"Aaaa turunin Acha." Teriak Acha merasa pusing karena kepalanya terbalik.

"Udah Ca." Ucap Sagara merasa pusing melihat kelakuan bocah ajaib ini.

"Acha nggak mau tau, pokoknya Acha nggak mau liat nenek lampir itu lagi." Teriak Acha memukuli punggung Sagara.

"Iyaaa, nanti biar Om yang urus." Bujuk Sagara dengan suara lembutnya. Ini yang Acha suka dari Sagara, pria itu sama sekali tidak pernah meninggikan suaranya.

"Heh nenek lampir! Awas aja ya kalau berani deketin Om Sagara!! Dia itu calon Papa Acha!" Teriak Acha setelah itu mengacungkan kedua jari tengahnya pada wanita itu.

Sagara hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar teriakan gadis itu. Bagaimanapun tingkahnya, Sagara bersyukur karena kehadiran Acha membuat hidupnya jauh lebih berwarna. Ia sangat menyayangi gadis ini seperti putri kandungnya sendiri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!