"Tidak heran ini disebut Jurang Neraka, aku sudah jatuh selama beberapa waktu tapi masih belum menyentuh dasar..." Evindro bergumam pelan, dia tidak mengingat sudah berapa lama dia terjatuh tetapi semua kilas balik yang dia lakukan memakan waktu cukup lama.
Evindro berpikir lebih baik dia menghembuskan nafas terakhir sebelum menghantam dasar jurang agar tidak perlu merasa sakit yang lainnya, tetapi andaikan itu terjadi mungkin dia tetap tidak merasakan apa-apa karena sekarang pun dia sudah tidak merasakan sakit yang sebelumnya dia rasakan dari luka yang disebabkan Seruni.
Evindro akhirnya merelakan semuanya, tidak lagi peduli dengan apapun yang akan terjadi padanya.
Yang pertama kali Evindro temukan saat kembali bisa melihat adalah jalan setapak yang mengeluarkan cahaya putih terang, dia menoleh ke kanan dan kiri serta belakang namun hanya menemukan kegelapan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hendrowidodo_Palembang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Berhasil Mengalahkan Qorin
Nacha memberikan beberapa potong daging yang baru matang pada Evindro. Tanpa basa basi Evindro melahapnya, perutnya terus berbunyi tanpa henti jadi dia tidak bisa menahan diri lagi.
"Evindro, aku tidak menduga kau akan mencoba menembus tingkat Pendekar Suci dalam satu kali meditasi, selain itu kau berhasil mencapainya. Di dunia asalku sekalipun hanya beberapa orang yang mampu menaikkan tingkat mereka dari Pendekar Raja ke Pendekar Suci dalam waktu sesingkat ini."
Kondisi fisik Evindro bisa dimaklumi, menurut cerita Nacha, pemuda itu sudah bermeditasi selama tiga bulan tanpa henti. Kalau Evindro tidak keluar dari meditasi mendalamnya selama seminggu lagi, Nacha berniat membangunkannya.
"Evindro, apa kau mengetahui cara membuka delapan gerbang dalam tubuhmu?"
Evindro mengangguk pelan, pada kehidupan sebelumnya saat menjadi Pendekar Juru Selamat, dia sudah berhasil membuka enam dari delapan gerbang yang ada, membuatnya menjadi salah satu yang terhebat di dunia persilatan Batavia.
"Bagus, jadi aku tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Empat pondasi kamu kau lakukan dengan sempurna, ketika kau berhasil membuka gerbang ke delapan, kau akan menemukan sebuah pintu baru untuk membuatmu menjadi pendekar bumi."
Di antara delapan gerbang, Evindro sudah pernah membuka Gerbang Pembuka, Gerbang Penyembuh, Gerbang Kehidupan, Gerbang Rasa Sakit, Gerbang Batas dan Gerbang Kebahagiaan. Dengan pengalaman tersebut, Evindro yakin bisa membuka enam gerbang itu dalam waktu satu tahun.
Dua yang lainnya Gerbang Keajaiban dan Gerbang Kematian akan membutuhkan waktu lebih lama.
"Senior, apakah satu-satunya jalan untuk mencapai Pendekar Bumi hanyalah ini?" Evindro penasaran, dia menemukan ada beberapa catatan yang membuktikan bahwa dalam sejarah ribuan tahun dunia persilatan ada pendekar yang berhasil melampaui Pendekar Suci namun dia tidak yakin mereka menjalani cara yang dijalaninya.
"Sebenarnya ada beberapa cara lain, paling umum adalah menggunakan pil obat untuk membuka paksa gerbang kesembilan tetapi Pendekar Bumi seperti itu tidak akan sekuat orang yang mencapai jalan sepertimu." Nacha menambahkan jalan yang diambil Evindro memang paling sulit tetapi memberikan kekuatan terbesar juga.
Nacha bahkan tidak menduga Evindro bisa menyelesaikannya dalam waktu sekitar dua tahun, dia pikir setidaknya Evindro akan membutuhkan lima sampai sepuluh tahun. Yang paling mengejutkan Nacha adalah kecepatan Evindro memasuki tingkat Pendekar Suci.
"Evindro, kau akan membutuhkan beberapa hari untuk memulihkan kondisi fisikmu seperti semula, setelah itu aku akan mengajarimu beberapa hal. Kurasa tubuhmu sekarang cukup kuat untuk mempelajari beberapa hal yang sederhana."
Evindro berhenti mengunyah, senyuman yang menghiasi wajah Nacha membuat dirinya merasa tidak nyaman.
"Senior, Apakah yang ingin kau ajarkan padaku?"
"Hem... Aku belum memikirkan urutannya, mungkin yang mudah dulu saja. Bagaimana jika belajar terbang? Mengingat kau sudah membuka semua meridian kecil, seharusnya bisa kau kuasai dalam beberapa hari."
Evindro tersenyum canggung, terbang menggunakan tenaga dalam memang bukan hal baru tetapi itu bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan seperti yang Nacha katakan. Selepas Era Kekacauan terjadi pada kehidupan pertamanya, seingat Evindro kurang dari lima orang di dunia persilatan Batavia yang bisa melakukannya.
"Evindro, jangan khawatir, setelah mempelajari beberapa hal ini, tidak akan sulit bagimu menghadapi Raja atau Ratu Siluman." Nacha tertawa kecil.
Hal itu tidak membuat Evindro merasa lebih baik, sebaliknya itu membuatnya menjadi khawatir. Evindro berpikir hari-harinya tidak akan menjadi lebih mudah walaupun telah mencapai tingkat Pendekar Suci.
Keesokan harinya Evindro kembali ke Hutan Kematian dan kebetulan berjumpa dengan Raja Siluman.
"Maaf, Aku harus menghabisi kamu untuk dapat pulang ke dunia asalku."
Evindro melayang di udara, Pedang Penguasa Malam di tangannya terhunus pada Raja Siluman berbentuk kura-kura di hadapannya. Beberapa tahun yang lalu saat dia bertemu dengan makhluk yang sama, Evindro bahkan tidak berani bernafas keras-keras, sekarang siluman kura-kura itu yang terlihat ketakutan saat berhadapan dengannya.
Kura-kura itu sadar Evindro berniat menghabisinya tetapi dia tidak berniat mati tanpa perlawanan. Raja Siluman Kura-kura membuka mulutnya lebar dan sebuah bola air besar dengan cepat terbentuk di depannya yang kemudian ditembakkan pada Evindro.
Evindro tetap tenang, dia menebas bola air tersebut menjadi dua menggunakan Pedang Penguasa Malam yang telah dia aliri tenaga dalam berjumlah besar.
"Bagus, tidak akan menarik jika ini terlalu mudah." Evindro tersenyum sebelum maju menyerang.
Evindro dan Raja Siluman Kura-Kura beradu kekuatan selama beberapa jam, merusak Hutan Kematian yang ada di sekitar keduanya. Pada akhirnya Evindro berhasil memotong leher siluman besar itu, membuat hujan darah membasahi daerah disekitar mereka.
"Tubuhnya keras sekali, kalau bukan menggunakan Pedang Penguasa Malam kurasa aku tidak akan bisa membunuhnya..." Evindro menghela nafas lega, dia mengeluarkan Permata Siluman yang berukuran separuh tubuhnya dari tubuh kura-kura tersebut.
Siluman Kura-Kura ini adalah Raja Siluman ke sembilan yang berhasil Evindro habisi dalam tiga bulan terakhir. Tugas yang dipikirnya mustahil untuk dilakukan ternyata berhasil diselesaikannya dalam waktu cukup singkat.
Pertarungan dengan Raja dan Ratu Siluman selalu melelahkannya, sebab kekuatan siluman-siluman ini jauh di atas Pendekar Suci. Evindro berhasil mengalahkan mereka setelah membuka tujuh dari delapan gerbang di dalam tubuhnya, sekarang tinggal Gerbang Kematian yang belum berhasil dibuka olehnya.
Berkat empat pondasinya sempurna, Evindro berhasil meraih kekuatan yang melampaui dirinya saat menjadi Pendekar Juru Selamat sekalipun. Evindro sebenarnya tidak menduga bisa mencapai kekuatan ini ketika usianya masih belum genap 27 tahun.
Evindro memasukkan permata siluman tersebut ke Cincin Samudra, lalu terbang menuju arah danau. Pakaiannya bersimbah darah siluman membuatnya ingin membersihkan diri sebelum kembali.
Setibanya di danau, Evindro melihat seseorang sudah lebih dulu berendam di sana.
"Senior..." Evindro mendarat dan memberi hormat padanya, meskipun telah mengajarinya beberapa hal sejak menjadi Pendekar Suci, Nacha menolak saat Evindro ingin memanggilnya sebagai guru.
"Ah Evindro, kau ingin berendam juga? Mari bersihkan darah yang menempel di tubuhmu."
Evindro melepaskan pakaiannya, dia mengayunkan kedua tangannya dan gumpalan air memisah diri dari danau serta bergerak ke arah Nacha. Evindro melakukannya beberapa kali untuk membilas tubuh dan pakaiannya, air danau ini memang selalu efektif membilas noda darah.
Memastikan tubuhnya cukup bersih, Evindro baru mulai berendam di samping Nacha. Wajahnya menunjukkan kenikmatan yang dirasakannya.
Evindro merasa beban berat yang selama ini berada di pundaknya telah terangkat. Dia akan segera pulang ke dunia asalnya.
"Evindro, sudah berapa lama kau tinggal di tempat ini?"
Evindro dan Nacha terbang santai menuju kembali kediaman mereka.
"Sekitar empat tahun Senior."
"Empat tahun? Kupikir kau akan membutuhkan sepuluh sampai dua puluh tahun untuk mencapai semua ini, kau sungguh berbakat Evindro."
Nacha tertawa kecil sementara Evindro memandangnya sambil menahan nafas.