Aaron Dixon Destawara Adiyaksa, adalah laki-laki dingin berwajah tampan itu adalah CEO DDA Group. Dia cucu dari seorang konglomerat yang banyak menyukainya dan mengaguminya.
Alya Dinara Austin, gadis yang melamar jadi pelayan di rumah Aaron.
"Kenapa kamu mau jadi pelayan?"
"Hanya butuh pekerjaan."
"Pelayan itu pekerjaan rendahan."
"Tidak mengapa, pekerjaan apapun itu baik dan hasilnya uangnya juga halal."
Akhirnya Aaron menerima Alya sebagai pelayan di rumahnya untuk melayani dan mengurus kakeknya yang sedang koma beberapa bulan. Awalnya pelayan biasa, tapi lama kelamaan jadi pelayan yang dapat di percaya. Bahkan di senangi oleh sang empunya rumah.
Apakah ada percikan cinta antara Aaron dan Alya? Simak kisah mereka yang penuh intrik dan misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Di Tuduh
Alya pulang ke rumah, segera dia menuju kamar tuan Adiyaksa untuk mencari sapu tangan yang telah di gunakan oleh nyonya Ratih. Dia membuka pintu kamar, menggeledah beberapa tempat yang tersembunyi.
"Menurut dokter Nicko tuan besar pingsan beberapa menit setelah jeritan nyonya Ratih. Itu artinya, tuan besar pingsan dan nyonya Ratih menyembunyikan sapu tangan itu. Kira-kira di mana perempuan itu menyembunyikannya, mustahil jika sangat rapi sekali. Karena jarak waktu lumayan cukup dekat, hanya beberapa menit saja," ucap Alya.
Dia setiap kolong lemari, ranjang, di bawah meja serta di sela-selanya dia cari. Di tumpukan dan jejeran buku bacaan semuanya dia cari, beberapa menit dia belum menemukan. Bingung di mana nyonya Ratih menyembunyikannya.
"Apa jangan-janagn langsung di bawa ke dalam kantong bajunya? Bukankah bajunya ada kantongnya dan itu terlihat menggelembung sewaktu di rumah sakit ketika menunggu, apa jangan-jangan di buang di rumah sakit?" gumam Alya.
Saat sedang berpikir, pintu terbuka. Dengan cepat Alya bersembunyi di ruang di mana baju-baju tuan Adiyaksa berada, dia berdiri di balik tembok dekat dengan pintu.
Terdengar langkah kaki mendekat, suara pelan mendekat di sofa. Memperhatikan sofa dengan seksama, mengelap bagian basah di bawah. Alya mengintip dari belakang pintu, dia melihat nyonya Ratih sedang mengelap lantai basah. Dahinya mengerut, apa yang sedang di bersihkan nyonya Ratih?
"Apa di sana racunnya berada? Tapi jaraknya jauh, kenapa bisa pingsan?" gumam Alya masih memperhatikan nyonya Ratih sedang mengelap lantai.
Setelah selesai, kembali nyonya Ratih melihat ke arah ruang di mana Alya bersembunyi. Dia berdiri lalu berjalan meninggalkan kamar tuan Adiyaksa. Alya pun keluar dari persembunyiannya, melangkah menuju sofa lalu berjongkok. Memperhatikan lantai yang tadi di lap oleh nyonya Ratih.
Dia mengambil tisu di meja, mengelap lantai seperti apa yang di lakukan oleh nyonya Ratih tadi. Mencium tisu buat mengelap lantai itu.
"Tidak ada bau apa pun, apa jangan-jangan ini hanya trik nyonya Ratih saja?" ucap Alya.
Dia berdiri, matanya kembali mencari sesuatu yang aneh dalam kamar. Tapi tidak menemukan apa pun, kemudian dia pun berjalan keluar dari kamar tuan Adiyaksa. Dia terkejut ketika sosok yang tadi masuk berdiri di depannya dengan tatapan datar.
"Sedang apa kamu di dalam kamar papaku?" tanya nyonya Ratih.
"Aku membersihkan kamar tuan besar, kenapa nyonya ada di sini?" tanya Alya heran, dia seperti terjebak ketika di tanya seperti itu.
"Kamu mau menyembunyikan sesuatu dariku? Kamu mau menghilangkan bukti kalau makanan yang kamu buat itu beracun?" tanya nyonya Ratih menuduh.
"Siapa yang memberikam racun pada tuan besar? Apa aku cari mati memberi racun pada makanan tuan besar? Yang benar saja nyonya, bukankah nyonya yang terlihat mencurigakan setelah tuan besar pingsan?" tanya Alya.
"Apa maksudmu? Aku tidak melakukan apa pun, kenapa aku harus di curigai?" tanya nyonya Ratih begitu tenang.
"Bukankah anda tadi masuk ke dalam kamar tuan besar? Apa yang anda lakukan di kamar?" Alya kembali bertanya, dia yakin nyonya Ratih berusaha menghilangkan bukti.
Entah apa yang dia bersihkan tadi di lantai di bawah sofa. Yang jelas, itu pertanda kalau menantu tuan Adiyaksa itu mau menghilangkan bukti.
"Ada apa kakak ipar? Aku dengar papa masuk ICU?"
Tiba-tiba tuan Jerry datang dan menghampiri keduanya. Nyonya Ratih menoleh, dia tersenyum tipis, sangat kebetulan tuan Jerry datang.
"Dia mau menghilangkan bukti kalau papa di racun olehnya," ucap nyonya Ratih menuduh Alya.
"Itu tidak benar tuan Jerry," Alya membantah ucapan nyonya Ratih.
"Jangan mengelak kamu, aku tahu kamu tadi mengelap lantai di mana bubur jatuh berserakan. Kamu mencoba mengelap tumpahan bubur agar tidak di ketahui kalau buburnya di racun olehmu, sebaiknya kamu mengaku!" ucap nyonya Ratih.
"Apa?! Kamu mau meracuni papa? Kurang ajar kamu itu, sudah di beri uang hibah sama papa. Sekarang kamu mau meracuni papaku? Kamu mau membunuh papaku? Hah! Dasar pelayan jahat!" teriak tuan Jerry.
Alya terdiam, dia kaget dengan tuduhan tuan Jerry dan nyonya Ratih. Tapi dia bingung harus membuktikan apa karena bubur itu sudah habis di buang, bahkan di buang di tempat cucian piring. Entah ada seseorang yang bersekongkol dengan menantu dari tuan Adiyaksa.
"Sebaiknya bawa dia ke kantor polisi, dia mencoba meracuni papaku. Itu artinya dia mencoba mau membunuh papa!" ucap Jerry dengan menarik tangan Alya.
Alya berusaha memberontak, tapi Jerry menarik kasar tangan Alya. Alya tidak sempat membuktikan kalau nyonya Ratih yang meracuni tuan Adiyaksa, hingga akhirnya dia sendiri yang tertuduh telah meracuni tuan Adiyaksa.
Alya di bawa keluar, terlihat nyonya Ratih sedang menelepon seseorang. Tak berapa lama datang mobil memasuki halaman luas itu, dan kembali Alya terkejut dengan cepatnya polisi datang.
"Ini memang sudah di rencanakan ternyata," gumam Alya.
"Selamat siang nyonya, saya dapat laporan kalau di sini ada seseorang berusaha membunuh tuan Adiyaksa?" tanya polisi.
"Dia pak polisi, dia berusaha membunuh papa mertuaku dengan cara meracuni makanannya," jawab nyonya Ratih.
"Itu tidak benar pak polisi!" bantah Alya.
"Maaf, sebaiknya beri penjelasan di kantor polisi," kata polisi.
"Pak polisi, ini tidak benar. Kenapa saya yang di tuduh? Bukankah laporan itu harus masuk dulu ke kantor polisi baru melakukan penangkapan, dan lagi harus mencari buktinya," kata Alya mencoba menjelaskan.
"Ya, makanya nona menjelaskan di kantor polisi saja. Sekarang nona kami bawa untuk melakukan pemeriksaan," kata polisi.
Alya menghela napas kasar, sungguh kenapa dia pulang terlebih dulu dan masuk ke kamar. Bukankah dia bisa mengunci kamar tuan Adiyaksa agar tidak ada yang masuk. Tapi, akan jadi lain nantinya, dia juga di tuduh mau menghilangkan bukti. Ini sangat rumit, dan rupanya sudah di rencanakan sebelumnya.
Mau tidak mau akhirnya Alya di bawa ke kantor polisi, dengan tenang dia mengikuti prosedur yang di lakukan oleh polisi. Dia menatap nyonya Ratih dan juga tuan Jerry secara bergantian. Ada raut wajah kemenangan pada keduanya, ternyata memang mereka mengincar Alya agar keluar dari rumah itu.
"Baiklah, setelah ini aku tidak akan menginjakkan kaki di rumah itu lagi. Semua tentang harta dan warisan."
_
_
*******
si ratih pasti ngundang si samangka 😅