NovelToon NovelToon
Ramadan In Love

Ramadan In Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:17.5k
Nilai: 5
Nama Author: Astéria Omorfina

Putus dari Karina tidak membuat Rama larut dalam kesedihan. Justru dengan putusnya dia dengan Karina merupakan hal yang baik, karena Karina ternyata pintar bermain di belakang Rama.
Kehadiran seorang gadis bersahaja dalam hidup Rama, telah membuat semangatnya yang meredup, bersinar kembali. Tetapi ada saja pihak-pihak yang ingin memisahkan Rama dengannya. Bagaimana perjalanan kisah mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astéria Omorfina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23 Penyesalan

Akhirnya Aisyah dan Rama membawa Pak Marwan ke dokter. Dengan penuh kasih sayang, Aisyah dan Rama menuntun pria malang itu untuk berobat. Sesampainya di sana, dokter memeriksanya. Dia memberikan diagnosa setelahnya.

“Bapak ini terkena infeksi saluran pencernaan juga kondisi kejiwaannya sedikit terganggu. Beliau juga ada penyakit pada pernapasannya dan harus segera dirujuk ke rumah sakit. Nanti saya buatkan rujukannnya, ya?”

Marwan merasa diistimewakan oleh Rama dan Aisyah. Dalam hati, dia sangat bersyukur tetapi juga menyesal atas perbuatannya di masa lalu. Seharusnya Aisyah sedang menikmati hidup barunya bersama Rama. Tetapi mereka lebih memilih untuk membawanya ke dokter. Sungguh sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh anak-anaknya yang lain. Anak-anak yang dibangga-banggakan, anak-anak yang digadang-gadang menjadi penerusnya justru malah menabur luka dan kekecewaan yang begitu besar dan mendalam.

Marwan merasa dosanya sudah membubung tinggi, bahkan mungkin sudah hampir seluruh alam raya akan mengutuknya karena perbuatannya di masa lalu.

Marwan kini menjalani rawat jalan, dia tidak ingin berada di rumah sakit. Baginya, berada di rumah sakit ibarat berada dalam alam lain. Gerbang kematian. Dia tidak ingin mati sebelum menebus dosa-dosanya.

“Bapak sebaiknya jangan banyak aktivitas dulu. Biar Pak Joko dan Pak Madi sementara yang mengurus panti. Bapak istirahat saja ya?” kata Aisyah dengan penuh perhatian dan kasih sayang.

Marwan terharu, dia menjawab dengan suara lirih, “Iya, Nak. Terima kasih. Semoga Allah membalas semua kebaikanmu dan suamimu.”

“Aamiin. Sama-sama, Pak. Sudah seharusnya kita begini sebagai sesama manusia,” timpal Rama. Diraihnya tangan lembut istrinya. Aisyah terdiam, dia membalas genggaman tangan Rama dan tersenyum ke arah suaminya.

“Baik-baiklah kalian berdua menjalani kehidupan rumah tangga yang penuh cobaan ini. Jangan pernah sesekali di antara kalian ada yang ingin meninggalkan, meskipun saat di titik jenuh untuk menyerah,” Marwan berkata bijak, sekadar mengingatkan dirinya yang pernah dulu tidak bisa seperti itu. Dirinya yang seorang pecundang. Tidak menghargai perjuangan seorang wanita yang selalu setia bersamanya.

“Sekali lagi terima kasih, Pak. Bapak juga bagian dari keluarga kami di sini. Jadi, jangan sungkan-sungkan apabila Bapak membutuhkan sesuatu,” lanjut Rama.

“Kami permisi dulu, Pak. Bapak istirahat saja, tidak usah terlalu banyak pikiran agar cepat pulih,” kata Aisyah. Dia dan Rama meninggalkan Marwan yang kini sendirian lagi, tanpa ada anak, istri, ataupun sanak saudara yang menemaninya. Dia justru berada di lingkungan lain ynag menganggapnya keluarga.

Pikirannya menerawang ke peristiwa beberapa tahun yang lalu. Sebelum istrinya hamil dan melahirkan. Dia baru saja menikah dan menjalani kehidupan bahtera rumah tangganya.

“Aku bahagia, karena akhirnya kini kita bisa bersama. Apakah kamu juga bahagia?”

“Iya, Mas. Aku sangat bahagia. Aku rela hidup begini, asal selalu denganmu.”

“Apakah kau yakin, kita akan mampu menghadapi semua cobaan yang datang silih berganti nanti?”

“Aku yakin, Mas. Aku sangat yakin. Kita pasti mampu.”

“Semoga tidak ada orang yang berusaha menghancurkan kita. Aku hanya ingin bersamamu hingga nanti, selamanya.”

Beberapa penggalan masa lalu itu masih terekam jelas. Bagaimana dengan kata-kata manisnya dia meyakinkan sang istri bahwa dia akan menjadi selalu bersamanya.

Hanya karena istrinya melahirkan seorang anak perempuan, hatinya berubah. Tetapi karma itu kini menimpanya. Karma besar karena dosa-dosanya. Sang istri pun tiada karena ulahnya yang justru memilih meninggalkannya bersama wanita lain.

Semoga Allah masih mau memberikan jalan ampunan untuk manusia tak bermoral sepertiku. Hati kecilnya berkata lirih. Banyak kenangan indah yang masih disimpannya bersama istri pertama yang telah tiada karena ulahnya. Air matanya kian deras membanjir. Dadanya terasa begitu sesak. Bahunya terguncang-guncang, dia tidak bisa menahan emosinya. Merasa menjadi manusia terkutuk dan terlaknat saat ini.

Pak Joko yang baru saja datang melihat, tampak iba melihatnya. Dia mencoba menghiburnya.

“Pak Marwan, sudahlah. Jangan terlalu dipikirkan, dan jangan banyak kebanyakan pikiran. Ingatlah, kami di sini semua juga keluarga. Jangan sungkan ataupun malu jika ada apa-apa.”

“Iya, Pak. Tapi …, saya merasa tidak pantas bersama kalian di sini. Kalian orang-orang yang sangat baik, mau menerimaku yang orang nista dan papa ini.” Tangis Marwan kian tak terbendung.

Pak Joko menenangkannya, “Sudahlah, Pak Marwan. Allah itu Maha Pengampun pada hamba-hamba-Nya. Jangan mikir berlebihan. Yang penting sekarang Pak Marwan berpikir yang baik-baik saja.”

Tidak sia-sia Pak Joko menasehati dan membujuk Marwan. Dia menasehatinya berulang kali. Akhirnya Marwan pun mengurai kesedihannya.

“Bagaimana jika kelak anak saya, Aisyah, tahu jika saya adalah ayah yang kejam dan tidak bertanggung jawab, Pak? Apakah dia akan tetap menyayangi saya? Sedangkan saya dulu bahkan pernah tidak mengakui anak itu sebagai darah daging saya. Saya malu, Pak.”

“Aisyah anak yang baik dan berprestasi. Mbak Aminah dan Mas Harun sangat menyayanginya seperti anak sendiri. Dulu, sebelum mereka memiliki anak sendiri, Aisyah-lah yang menjadi anak tertua mereka. Setelah Mbak Aminah melahirkan pun, mereka tidak membedakan antara Aisyah dan kedua adiknya itu.”

“Apakah Bu Aminah dan Pak Harun sudah tahu jika saya adalah ayah kandung Aisyah?”

Pak Joko menggeleng. “Belum. Mereka belum tahu.”

“Bagaimana jika seandainya mereka tahu kebenaran tentang saya? Apakah mereka akan mengusir saya?”

“Tidak, Pak Marwan. Mereka tidak seperti itu. Mereka orang yang sangat peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Bapak lihat sendiri, kan? Pak Harun itu pengusaha mebel yang sukses. Cabangnya banyak. Tapi dia lebih memilih hidup sederhana, tidak membangun rumah yang mewah. Malah justru membuat panti. Itu karena memang hidupnya benar-benar untuk Allah, umtuk kebaikan pada sesama.”

“Iya, Pak.”

“Bahkan rata-rata pegawainya itu adalah anak-anak panti yang sudah lulus sekolah. Mereka diberi bekal ketrampilan agar mandiri.”

Marwan semakin merasa minder dengan keluarga Harun -Aminah. Begitu juga dengan kebaikan dan kasih sayang Aisyah. Tidak hanya untuk adik-adiknya, tetapi juga untuk orang-orang di sekitanya.

Dia bersyukur anaknya menjadi orang yang membanggakan. Anak yang dulu sempat tidak diakui dan tidak diinginkan keberadaannya. Kini, dia dipertemukan dengan anaknya itu dalam bentuk lain. Aisyah menjadi wanita yang mulia.

Maafkan aku, Nak. Dosa-dosaku sudah tak terhitung banyaknya. Tapi aku belum bisa menebus dosa-dosaku padamu. Aku memang layak seperti ini, menanggung semua derita seorang diri. Aku layak! Aku layak! Karena aku memang layak mendapatkannya. Kuharap jika nanti kamu mengetahui semua kebenaran, kamu bisa memaafkanku dan tidak membenciku.

Sementara itu, Aisyah sedang berbenah mempersiapkan diri. Karena besok dia akan menempati rumah barunya bersama Rama. Rumah pertama setelah dia menyandang status sebagai istri. Rumah di mana dia akan memainkan peran baru, menjadi seorang menantu.

Dua status baru yang berat menjalani bahtera kehidupan.

1
Amin Srgfoo
jadi bibit pembinor si wildan
Irene Puspitasari
sangat menarik
Tuti Marlini
Aisyah SM Rama sweet trs ya ga prnh ad konflik2 kecil padahal itu bumbu2 rumah tangga loh
Astéria Omorfina: ada nanti kak. ini belum tak munculin aja.
total 1 replies
Tuti Marlini
makanya Fitri jangan cepat putus asa dr Rahmat Allah,skrng kamu sudah membuktikan sendiri kn bahwa kebahagiaan dan pertolongan Allah SWT itu datang d waktu yg tepat
Tuti Marlini: sama2 kak othor, terus berkarya ya kak aq suka cerita nya
Astéria Omorfina: Terima kasih Kak🙏🏻
total 2 replies
Iqlima Al Jazira
Masya Allah
Iqlima Al Jazira
Masya Allah..
sweet nya kebangetan thor🥰
Rama Daini Daini
Aisyah cerdas amat siih
Iqlima Al Jazira
sweet bgt sich😊
next thor
Astéria Omorfina: 🫡🫡🫡🫡siap kak
total 1 replies
Amin Srgfoo
bagus ceritanya
Astéria Omorfina: Terima kasih, Kak🥰🙏🏻
total 1 replies
Nor Aini
mungkin kh bapaknya aisyah
sri rahayu rahayu
Luar biasa
Astéria Omorfina: terima kasih, Kak. 🙏🏻
total 1 replies
☘☘☘yudingtis2me🍂🍋
Jleb banget plot twist-nya!
Katherine Caman
Bisa baca cerita berkualitas tanpa perlu keluar rumah, siapa sangka? 🙌
Astéria Omorfina: Terima kasih Kak🙏🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!