Anin adalah seorang gadis yang diusianya baru menginjak umur 17 tahun ia sudah harus melewati berbagai rintangan dan cobaan hidup. Masalah demi masalah datang silih berganti tapi ia mencoba sabar melewatinya. Hingga suatu hari Anin harus melewati ujian yang sangat berat sepanjang hidupnya. Mamanya meninggalkan ia diusianya yang masih muda dan ia harus memulai kehidupannya setelah kepergian mamanya. Akankah Anin mampu menjalani kehidupannya tanpa sang mama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummunafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Sesuai janji bertemu tadi, kini Gilang sudah lebih dulu berada di cafe itu. Sembari menunggu gadisnya ktu Ia merogoh sakunya dan mengambil benda pintah yang pipih itu. Ia mengetikkan sebuah pesan untuk Anin.
"Aku sudah di cafe ya."
......
"Lima belas menit lagi aku kesana."
Sembari menunggu Anin tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundak Gilang. Gilang yang merasa ada yang menepuk pundaknya ia segera menoleh.
Degggg
"Saa-ras?"
"Astaga ternyata bener yang gue lihat tadi. Tadi itu gue mau singgah di Minimarket sebelah eh tau-taunya gue ketemu lo disini." ucap perempuan yang bernama Saras itu.
"Aduh gimana ini? Masa diusir? Aku kan ada janji sama Anin. Gimana kalau dia liat dan dia salah paham?" gumam Gilang dalam hatinya.
"Gilang..!!" ucap Saras hingga menepuk pundak Gilang membuat Gilang tersentak dari lamunannya.
"Emmm sorry ya Ras. Gue harus pergi. Gue ada urusan." ucap Gilang dan berdiri dari kursi yang sedari tadi ia duduki.
"Lang gue kangen sama lo." ucap Saras tanpa diduga Saras tiba-tiba memeluk Gilang seakan meleburkan rasa rindunya pada pria di hadapannya.
Gilang yang masih syok karena pelukan Saras, ia tidak sadar jika ada Anin ada di dekatnya.
"Mas Gilang.." lirih Anin membuat Saras dan Gilang seketika kaget dan melepas pelukan mereka.
"Aku kecewa sama mas." ucap Anin lagi dan berlari keluar dari cafe. Seluruh mata pengunjung menoleh ke arah Gilang dan Saras.
"Anin tunggu...!!" ucap Gilang meski rasanya sia-sia
"Gilang kamu mau kemana? Dia siapa?" Tanya Saras
Tanpa menjawab pertanyaan Saras, Gilang segera meninggalkan cafe ia akan mencari Anin. Ia harus menjelaskan semua sama Anin. Ia tidak ingin kehilangan untuk kedua kalinya.
"Argggghhh sial..!!!"
"Apa dia kembali ke kampus ya? Aku coba cek ke kelasnya. Anin maafin mas.." lirih Gilang sembari mengendarai motornya kembali ke kampus.
Setibanya di parkiran, Ia langsung berlari menuju ke kelas Anin. Untungnya tidak ada dosen.
Gilang menatap ke satu per satu yang ada di ruangan itu. Ia tidak melihat Anin. Kemana dia? Apa dia pulang?
Akhirnya Gilang mencoba menelpon Mama Anin. Tak lama panggilan tersambung.
"Halo assalamualaikum nak. Ada apa?"
"Waalaikumussalam ma. Anin sudah pulang ya ma?"
"Nggak ada tuh. Bukannya dia akan pulang bareng sama kamu? Kan dia nggak bawa motor tadi. Kalian baik-baik saja kan?"
"I-iya ma..oh iya ma Gilang boleh minta kontak Rika?"
"Iya sebentar mama kirim."
......
"Oke ma. Terimakasih ya ma."
"Eh tunggu nak, ini ada pesan baru masuk dari Anin."
"Anin ma? Dia bilang apa?"
"Dia bilang katanya izin telat pulang soalnya ada janjian kerja tugas kuliah katanya."
"Ohh ya sudah ma. Gilang tutup dulu ya ma."
.....
"Anin kamu dimana?" lirih Gilang dan ia mencari bangku kosong, ia mendudukkan sejenak dirinya pada bangku itu.
"Rika.. Iya kenapa nggak kepikiran dari tadi sih."
Gilang langsung membuka ponselnya dan membuka room chatnya dengan mamanya Anin. Ia mengklik nomor Rika. Lalu ia mencoba menghubunginya. Satu, dua, hingga tiga kali mencoba namun tak ada jawaban, hingga yang kesekian kalinya baru ada pesan dari Rika.
"Kenapa kak? Maaf nggak bisa angkat soalnya masih ada kelas ini."
"Masih ada kelas? Artinya Rika masih dikampus. Terus Anin dia kemana?" gumam Gilang sendiri.
Akhirnya Gilang memutuskan untuk pergi dari kampus, ia akan mencoba cari Anin ditempat biasa Anin datangi.
Di tengah perjalanan Gilang seketika ingat, taman kota. Tempat itu paling sering di datangi Anin. Akhirnya Gilang memutuskan untuk kesana, meski dia harus mnempuh perjalanan cukup lama.
Hampir sejam akhirnya Gilang tiba di taman itu. Ia langsung memarkirkan motornya dan melusuri tiap sudut taman. Ia berharap sosok yang ia cari. Ia temui disini.
Hampir seluruh bagian taman ini, namun hasilnya nihil. Ia tidak menemukan keberadaan Anin. Karena lelah akhirnya Gilang memutuskan untuk pulang saja. Ia akan ganti baju dulu baru akan kembali mencari Anin. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti, saat melihat sosok persis seperti Anin tengah ada di antara pedagang jajanan di taman itu.
Tampak gadis itu tengah membeli jajanan dan juga minuman. Gilang mencoba mendekati perlahan lahan namun pasti.
"Anin..." Ucap Gilang membuat sosok yang merasa dipanggil itu segera menoleh.
"M-mas..!" ucap Anin gugup. Ia langsung pergi dari sana. Ia sampai melupakan jajanan yang belum ia bayar.
"mbak belum bayar..!" Teriak pedagang itu membuat langkah Gilang terhenti ia merogoh sakunya dan mengambil selembar uang merah dalam dompetnya.
"Ini pak. Saya permisi dulu sekali lagi maaf ya pak." ucap Gilang dan langsung menyusul Anin.
Setelah mengejar Anin akhirnya ia bisa menahan langkah gadis itu. Meski Anin mencoba menepisnya namun tenaga Gilang lebih kuat.
"Lepas kak..!"
"Segitu marahnya kamu sama aku sampai mengubah panggilan kamu juga?"
"Sudahlah kak tidak ada yang perlu dibahas lagi. Aku rasa kita memang tidak ditakdirkan bersama. Aku ingin kita putus. Aku ingin kita berakhir detik ini juga."
"Anin please...!! Dengerin penjelasan aku dulu sayang."
"Stop manggil sayang."
"Iya aku minta maaf tapi kasih aku waktu buat ngejelasin. Ini nggak seperti yang kamu pikirkan."
"Apanya lagi sih kak yang perlu di jelasin? Sudah jelaskan aku lihat dengan mata kepala aku sendiri, kamu panggil aku datang ke cafe itu, dan ternyata kamu malah pelukan sama perempuan lain."
"Iya makanya aku mau jelasin yang sebenarnya..!"
"Stop kak. Aku mau pulang. Jangan temui aku dirumah. Jangan mentang-mentang mama baik sama kamu, kamu malah manfaatin." ucap Anin dan menghentikan sebuah ojek yang kebetulan sekali lewat.
"Ojek...!!!" ucap Anin sambil melambaikan tangannya.
"Argggghhh semua gara-gara Saras. Kenapa sih dia selalu membuat hubungan aku sama pacar aku selalu dibuat hancur. Kemaren Nina sekarang Anin."
Pov Gilang
Aku tidak menyangka ternyata kedatangan Saras membuat hubunganku dengan Anin berantakan. Ia jadi salah paham sama aku soal pelukan itu.
Ya, aku dan saras dulu teman sejak kami SMA. Hingga terlalu sering bersama akhirnya dia mengatakan padaku bahwa dia mencintaiku. Tapi aku sudah punya Nina waktu itu.
Jadi pernyataannya waktu itu aku tolak. Mungkin ia marah padaku. Hingga akhirnya waktu itu aku mau ketemuan sama kekasihku Nina di sebuah taman. Namun ternyata aku bertemu dengan Saras. Entah kenapa dia tiba-tiba menangis di hadapanku dan spontan memelukku. Hingga ternyata Nina sudah ada di belakangku.
Karena kecewa, sakit hati akhirnya Nina berlari dari taman itu, aku menyadari kehadirannya, aku mengejarnya. Saat aku mengejarnya, kuliat dia menyebrang tanpa melihat ke arah kanan kiri dulu.
Disaat itulah aku menyaksikan kekasihku berlumuran darah di aspal, aku segera membawanya ke rumah sakit terdepan. Namun ternyata takdir berkata lain. Karena aku dia jadi meninggalkan aku untum selamanya.
Dan sekarang hal itu terjadi lagi. Saras datang lagi dikehidupanku dan kembali membuat hancur hubunganku dengan Anin.
"Aku harus apa sekarang?" lirih gilang sambil ia menatap keluar Jendela kamarnya. Sejak pulang dari taman tadi, ia langsung mengurung diri di kamarnya. Selera makan pun jadi hilang. Duh nasib kalau sudah cinta.
Aku mencoba terus menghubungi Anin, namun tetap saja tidak diangkat. Ingin rasanya aku mendatangi rumahnya. Tapi aku tidak ingin dia semakin marah. Bisa-bisa dia tambah marah padaku.
******