Keluarga Henderson season 3. Lanjutan dari novel Seven R Anak genius dan Tujuh CEO muda.
Tiga gadis kembar identik yang tidak pernah terpisahkan sejak dalam kandungan.
Nama mereka semakin dikenal sebagai penyelamat bagi orang susah dan malaikat pencabut nyawa bagi para penjahat. Mereka juga rela mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkan orang lain.
Bagaimana sepak terjang mereka kali ini?
Dan disini juga mengungkap identitas Randy yang sebenarnya, siapa Randy?
Temukan jawabannya di novel ini.
Seperti biasa cerita ini hanyalah fiktif semata. bila ada nama, tempat atau kejadian yang sama hanyalah kebetulan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku mencarimu
.
.
.
"Terimakasih," ucap Lita karena ia tidak jadi terjatuh.
"Sama sama," jawab pria itu. Pria itu mendapatkan kabar dari bawahannya bahwa orang yang dimaksud oleh tuan mudanya ada dipasar malam.
Carel pun bergegas kepasar malam dan tergesa-gesa mencari keberadaan sang pujaan hati sehingga mereka bertabrakan.
"Apakah kita berjodoh?" tanya Carel. Lita mengernyitkan dahinya tidak mengerti.
"Ngomong apa kamu? Jangan ngaco deh," tanya Lita ketus. Lita hendak pergi dari situ tapi ditahan oleh Carel.
"Tunggu...! Bolehkah aku bersamamu?" tanya Carel.
"Untuk apa? Nanti saudaraku salah faham, mereka kira kamu pacar aku?" tanya Lita balik.
"Apa salahnya? Toh aku juga sangat tampan, sepertinya kalau kita pacaran akan terlihat serasi dan sama hebat," ucap Carel tanpa sensor.
"Ngapain juga aku bertemu dia disini?" gumam Lita, tapi masih didengar oleh Carel.
"Karena aku mencarimu," jawab Carel.
"Hah.. jadi selama ini kamu mengikutiku? Apa kamu kurang kerjaan?" tanya Lita.
"Ya, sejak aku melihatmu menolong orang dilampu merah, dan sejak kamu menolong Mamaku di lobby mall sejak saat itu aku jadi menyukaimu," ucap Carel berterus terang.
"Tapi aku masih kecil dan belum ingin pacaran," kata Lita.
"Kalau tidak ingin pacaran kita menikah saja," ucap Carel gamblang.
Buugh.... Carel terlonjak melompat lompat karena ditendang oleh Lita tulang keringnya.
"Bicara sembarang lagi maka aset milikmu menjadi korbannya," ancam Lita.
Carel bukannya marah, ia malah semakin tertarik dengan pesona gadis bar bar itu.
"Tipe ku banget, kau tidak akan bisa lari lagi dariku," ucap Carel sambil tersenyum.
"Mengapa kau mengikutiku?" tanya Lita. Meskipun jalan Carel terpincang-pincang tapi ia tetap mengikuti Lita.
"Cieee sudah punya gandengan," goda Lina saat mereka bertemu.
"Pantas saja dicariin gak ketemu tau taunya ketemu pacarnya," ucap Lina lagi.
"Halo bro...!" sapa Randy pada Carel. keduanya pun berjabat tangan.
"Dia....?" tanya Carel tapi tidak melanjutkan pertanyaannya.
"Dialah yang aku ceritakan dulu, cantik kan?" tanya Randy balik.
"Pantas saja kamu tidak mau dekat dengan cewek lain, ternyata sudah ada bidadari ini," puji Carel.
"Sepertinya kamu sudah terbiasa merayu cewek," ucap Lita.
"Ah tidak, tidak. Bukan begitu," jawab Carel gelabakan. Lina dan Randy pun tertawa.
"Kamu mengenalnya?" tanya Lina.
"Dia teman semasa kuliah, awalnya dia orangnya cuek dan sama sepertiku tidak suka main perempuan," jawab Randy.
"Tapi itu, dia mengejar ngejar Lita," kata Lina, karena saat ini Lita seperti kekasih yang sedang ngambek dan dibujuk oleh pacarnya.
"Berarti dia sudah menemukan orang yang cocok, kamu tau sayang? Setiap cewek yang ingin dekat dengannya pasti disiram air olehnya," kata Randy, Lina tidak dapat menahan tawanya.
"Kenapa harus pake siram?" tanya Lina sambil tertawa.
"Karena ia tidak ingin menggunakan kekerasan," jawab Randy.
"kita samperin mereka lagi yuk," ajak Lina. Randy pun mengangguk dan mengikuti Lina menghampiri saudaranya.
"Kalian ini benaran pacaran?" tanya Lina.
"Gak, mana mau aku sama cowok playboy kaya dia," jawab Lita.
"Tapi dia bukan playboy loh Lit," kata Randy.
"Darimana kamu tau kalau dia bukan playboy?" tanya Lita.
"Aku sudah bertahun tahun berteman dengannya, tidak pernah melihat dia mempermainkan wanita. Baru kali ini aku melihat dia mengejar ngejar seorang gadis, berarti kamu istimewa baginya," jawab Randy.
"Karena kamu adalah temannya, sudah pasti kamu membelanya," ucap Lita.
"Dengarkan aku sayang," ucap Carel. Lina menoleh kearah lain menahan tawanya.
"Mari kita pergi," ajak Randy, lalu menarik tangan Lina pelan.
"Tunggu dulu, aku mau nonton drama Korea secara live," ucap Lina.
"Aku juga bisa romantis seperti mereka," jawab Randy. Lina pun tidak membantah lagi dan mengikuti Randy.
Sedangkan Lita dan Carel masih berdebat, Lita terus menuduh Carel seorang pemain wanita. Carel yang gemas melihat Lita pun langsung mengecup bibirnya. Lita melotot tidak terima.
"Kau..." tuding Lita pada Carel, tapi Carel seolah tidak merasa bersalah sedikitpun.
"Bicara lagi aku cium," ancam Carel, Lita spontan menutup mulutnya.
"Kau mencuri ciuman pertamaku," bentak Lita.
"Sama dong, itu juga yang pertama untukku," jawab Carel enteng.
Sementara Lica dan Abigail, mereka saling diam. Tiba tiba Abigail mengeluarkan amplop berisi uang dan memberikannya kepada Lica.
"Apa ini?" tanya Lica.
"Uang untuk mengganti karena kamu telah membayar makanan waktu itu," jawab Abigail.
"Kalau memang kau ingin menggantinya mari ikut aku," ucap Lica. Abigail pun mengikuti Lica meskipun tidak tahu akan dibawa kemana?.
Mereka keparkiran mobil dan Lica meminta kunci mobil Abigail, dengan senang hati Abigail menyerahkannya. Abigail tidak bertanya dan ia hanya pasrah dibawa oleh Lica.
Jam sudah menunjukkan 9 malam ketika ini, dan kini mereka sudah dalam perjalanan. Dalam benak Abigail bertanya tanya, tapi ia tidak berani bersuara dan hanya mengikuti kemanapun Lica membawanya.
"Kenapa kita kesini?" tanya Abigail setelah mereka tiba disebuah rumah yang ternyata adalah Panti asuhan.
"Apa kamu tidak pernah kemari?" tanya Lica balik, Abigail menggeleng.
"Ya sudah, disinilah kamu akan membayar uang yang aku traktir makan waktu itu," ucap Lica
Mereka beruntung karena ibu panti masih belum tidur, saat mereka datang. Lica mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Tidak berapa lama pintu pun terbuka.
"Ehh nak...?" ibu panti menggantung pertanyaannya karena takut salah orang.
"Lica Bu," kata Lica menjawab keraguan ibu panti.
"Ini...?" tanya ibu panti lagi.
"Saya pacarnya Bu," jawab Abigail.
"Aww..." Abigail meringis karena Lica mencubit pinggang Abigail.
"Wah ganteng banget pacarnya, semoga sampai kejenjang perkawinan," doa tulus ibu panti.
"Aamiin... aamiin ya rabbal alamin," jawab Abigail cepat sedangkan Lica sudah melototkan matanya menatap tajam Abigail. Abigail malah tersenyum melihatnya. Ibu panti juga tersenyum dengan kedekatan mereka.
"Biasalah nak..."
"Abigail Bu," jawab Abigail.
"Biasalah nak Abigail, kalau sedang berpacaran pasti ada pahit manisnya, tapi hal itulah yang akan membuat kita semakin dekat," ucap ibu panti.
"Terimakasih Bu, dan aku sangat mencintainya," ucap Abigail. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Abigail. Meskipun Lica menganggap itu adalah lelucon, tetapi tidak bagi Abigail. ia berharap ucapannya itu adalah doa dan semoga dikabulkan Allah.
"Ada perlu apa malam malam datang kemari?" tanya ibu panti.
"Begini Bu, dia ingin memberikan sumbangan kepada panti asuhan ini, benarkan sayang," ucap Lica membuat Abigail merasa tercekat kerongkongannya.
Bukan karena Lica memberitahukan bahwa ia ingin menyumbang tapi kata sayang dari Lica membuat Abigail merasa blang.
"Iy... iya Bu. Tapi tidak banyak hanya segini," ucap Abigail menyerahkan amplop berisi uang. Cukup tebal sih tapi tidak tahu berapa uang didalamnya.
"Terimakasih banyak, ibu terima ya. Semoga rezeki nak Abigail melimpah ruah. jangan mengharapkan balasan dari ibu karena ibu sudah pasti tidak akan bisa membalasnya. Tapi ikhlas dan berserah diri Allah tidak tidur dan perbuatan-perbuatan baik akan dibalas dengan baik pula," ucap ibu panti.
"Kalau begitu kami permisi dulu Bu, sudah malam juga," ucap Lica.
.
.
.