Hafidan Daffara Brahmana,Niat hati ingin menolong seorang wanita dari kejaran para lelaki hidung belang,namun tertipu uang puluhan juta.
Di tinggalkan oleh gadis yang menipu,dan berbulan-bulan mencari nya.Bertemu di sebuah pesta gala dinner,dan langsung merampas ciuman nya.Hafi melibatkan gadis itu dalam konflik pemerasan,hingga meminta ganti rugi menjadi kekasih bayaran nya.
Akan kah hanya sekedar bayaran,atau akan kah selamanya?
Cerita ini adalah lanjutan dari cerita "Takdir cinta Fahira" jika ingin mengetahui pendahulu nya,lebih baik mampir juga di "Takdir Cinta Fahira" 😉😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ♍Virgo girL 🥀🌸, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 23 Mita Riza
Setelah berganti dan menggunakan pakaian yang di pinjami Inggi,Mita bertanya pada Ara untuk memberitahukan kamar yang ditempati ibunya.
Ara sempat mengobrol banyak hal tentang Hafi dan tentang hubungan Mita dan Hafi.Tapi gadis itu tetap bercerita dengan drama nya.Tidak memberitahu sedikit pun bahwa mereka hanya berpura-pura saja.
Membuka pintu dan menongolkan sedikit kepala,Mina yang sedang mulai mengantuk langsung membuka mata lebar dan melihat ke arah pintu.
"Nak?" ibu Dalilah tersenyum melihat Mita.
"Bu.." Mita masuk menyalimi dan mencium punggung tangan ibunya.
"Haii gadis cilik ku" tersenyum bahagia dan melambai pada Mina,anak itu pun tertawa senang.
Mendengar itu ibu Dalilah merasa sesuatu pada Mita sudah kembali.
"Kau sudah ingat semua nak?"
Mita mengangguk.
"Benturan di kepala Mita hanya sesaat.Beruntung fisik nya kuat,dan bisa pulih lebih cepat" Ara menjelaskan kepada Ibu Dalilah.
"Syukurlah.Ibu sempat mengkhawatirkan nasib kita jika itu terjadi pada mu dengan waktu yang lama"
Mita yang sedang mencoba bercanda dengan Mina menoleh pada Ibunya.
"Tenang Bu,meski aku tidak mengenali ibu.Jika ibu bercerita kalau ibu adalah Ibu kandung ku pasti aku akan bekerja untuk menafkahi ibu dan Mina,tentunya!"
Mita kembali menggelitik perut Mina hingga bocah itu tertawa terpingkal-pingkal.
Bu Dalilah dan Ara saling melemparkan senyum.Ibu Dalilah yang bangga memiliki anak yang sebakti Mita dan Ara yang bangga,karena Hafi bisa mengenal gadis se pintar dan se cantik Mita.
.
.
Lain dengan orang yang lebih tua,apalagi bergelar orang tua,Mita akan menghormati mereka.Namun jika dengan Hafi atau orang yang tergolong brengsek dan menyebalkan di mata nya.Mita akan dengan senang hati menunjukkan sifat jutek dan kasar.
Seperti sekarang di meja makan.Makan malam di sana semakin ramai karena bertambah tiga orang.Kecuali Mina tidak di meja.Dia di biarkan bermain tak jauh dari sana.
Daffin sebenarnya ingin menemani bocah cilik itu,tapi Yilmaz sudah menegur untuk tidak telat makan.
"Adik Mina??..."
Mina pun menoleh dan tersenyum menampilkan gigi yang belum genap itu.
"Sebentar ya kak Daffin makan dulu?"
"Bukan kakak,tapi uncle small..." Inggi dengan ke jailan nya mencubit pipi Daffin.
"Kakak,bukan uncle!"
"Mana ada.Mina anak kak Mita.Sedangkan kak Mita calon istri kak Hafi!"
Uhuk..Uhukk... Mita tersedak mendengar ucapan Inggi.
"Minum..."
Secara bersamaan Hafi dan Riza menyodorkan gelas milik nya ke depan Mita.Mita pun mengedip menatap kedua nya bergantian.
"Ehekmmm..." Melihat itu,Fandi pun berdehem.
"Bik,minum Mita mana?"
Alhasil air yang di kasih bibik kepada Fandi,di estafet kepada Mita.
"Minum lah Mita!"
Mita pun mengangguk dan meneguk air dalam gelas.
Mata Hafi menatap tajam pada kembarannya.Riza yang tahu perubahan raut wajah Hafi hanya memutar bola mata jengah.
"Hanya reflek tenang saja!!"
Melihat kedua anaknya berselisih Ara menggeleng kepada Riza untuk mengalah.
"Ibu,sudah di antar makanan Mita?"
Mita mengangguk "Sudah mah" Ara mengangguk.
Mereka melanjutkan kegiatan nya kembali,makan malam dengan tenang dan tak ada satu pun yang berbicara.
Namun,kaki Hafi sedikit jail.Mengingat yang dilakukan tadi di rumah sakit dan berlanjut di kamar nya.Bayang-bayang tubuh Mita masih nampak jelas di ingatan nya.
Mita yang tahu kaki Hafi merambat di kaki nya,dia dengan gigi yang gemletak dan mata yang membola,menggerutu kepada Hafi.Pria itu hanya tersenyum dan memandangi Mita.Tidak fokus pada piring di depan nya,tapi menoleh terus ke sebelah nya.
"Hafi!!!"
Semua yang di sana menoleh ke Mita.
"Kenapa kak?Kak Hafi perasaan disitu aja,gak pergi kemana-mana"
Mita menoleh Inggi yang menegurnya, tersenyum canggung kepada mereka yang ada di sana.
Hafi hanya senyum-senyum saja,dan terus menyuapkan makanan.Riza yang tahu ulah saudara kembar nya hanya menggeleng.
.
.
Malam sudah semakin gelap,namun Mita belum juga tertidur.Mina masih di gendongan nya merengek tidak jelas meminta sesuatu,Mita serba salah di buat nya.
Sedangkan ibu Dalilah sudah tidur setelah beliau selesai sholat Isa.
"Mau apa sih Mina,Mimi cucu?" Mina merengek menggeleng kan leher.
"Bobo,di gendong Unda ya?"
Mina tetap merengek,jari telunjuk nya mengarah ke pintu.
"Di luar?Ya..iyaa ayo kita keluar ya,tapi jangan rewel.Nanti berisik,yang lain sudah tidur!"
Mita melangkah membuka pintu,dan keluar dari kamar.Tujuan nya ke balkon,untuk menidurkan Mina yang dari tadi rewel.
"Mi cu" Mina berbicara sesuatu,meski sangat tidak jelas tapi Mita tahu maksud nya.
"Iyaa Mina,kita ke bawah bikin cucu"
Kaki nya terus berjalan hendak ke bawah.
Ceklek!!!
Riza yang tiba-tiba haus dan ingin mengambil minum,membuka pintu ke luar dari kamar nya.Mata Riza melihat seseorang turun dari tangga,dan menggendong anak kecil.
Mita?ngapain malam-malam turun?
Riza pun mengikuti Mita turun lewat tangga.
"Mita,ngapain turun?"
Mita menoleh "Hemmm..." mata nya memicing menajamkan penglihatan nya.
"Ha..."
Riza menggeleng "Gue Riza!"
"Ohh maaf Pak,saya tidak terlalu paham!" Mita menunduk.
"Mina minta susu,dan saya akan membuatkan nya,susu nya di dapur"
"Sini aku bantu" Riza mengambil alih gendongan Mita,aneh nya Mina tidak menangis atau merengek.
"Terimakasih.. Sebentar ya Mina,Unda buatkan cucu dulu" Mita pun berbalik badan menuju dapur dan membuatkan susu untuk Mina.
.
.
Menggendong dan membawa Mina ke halaman samping,duduk di tepian kolam renang.
Riza menepuk nepuk punggung Mina.Tak lama Mita datang dan membawakan satu botol kecil susu Mina.
"Biar aku saja, sepertinya Mina sudah mulai tenang"
Mita yang masih berdiri pun tersenyum,Mita memang belum memejamkan mata tapi sudah tidak merengek.
"Oh ya,ingin minum apa?.. bukan kah Pak Riza tadi akan mengambil sesuatu juga di dapur?"
Riza menoleh ke Mita "Apa saja,dan satu lagi jangan memanggil ku seformal itu,panggil saja Riza,sama seperti mu memanggil Hafi.
Mita pun mengangguk,dan kembali ke dapur.Membuatkan teh manis panas untuk Riza dan dirinya.
.
.
Mengunakan gorden dan membuka jendela yang menghubungkan ke balkon.Mata Fandi tak sengaja melihat di bawah sana.Di tepian kolam renang.
Meski kembar identik,Fandi bisa melihat jelas jika itu Riza.Karena mereka anak nya.Jadi tidak akan salah melihat.
"Mah...Ra,Ara!" Ara pun mendekati Fandi yang sedang di balkon.
"Lihat!..itu Riza kan?"
Ara mengangguk dan melihat di bawah sana,lalu matanya beralih ke jendela kamar Hafi.
"Pah?"
"Ya aku tahu yang kamu takutkan,berdoa saja agar Hafi tidak melihat dari atas!"
Di bawah sana ada Riza ,Mita dan juga Mina.Mina yang sudah tidur dari tadi di pangkuan Riza.
Mita hendak membawa Mina naik,tapi bocah itu tidak mau.Dan tetap bersandar di perut Riza.
.
.
to be continue
lagian mina sekarang sangat bahagia. 😎