Hanna harus menerima kenyataan pahit bahwa sang suami telah memiliki hubungan dengan saudara kandungnya.
Ia merasa di bodohi dengan sikap suaminya yang baik dan penyayang, begitu juga dengan sikap adik kandungnya yang terlihat baik dan polos. Namun ternyata mereka menjalin hubungan terlarang di belakangnya.
Apakah Hanna akan memaafkan suami dan adiknya? atau ia akan pergi dari kehidupan rumah tangganya?
Yuk ikuti ceritanya! jangan lupa like, komentar, dan suscribe ya. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratih Ratnasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23
Bram menarik tangan Hanna untuk mengajaknya keluar, sementara Revan menatap kepergiannya dengan perasaan cemburu.
"Mas, kita mau kemana?"
"Kita harus menikmati makanan di sini bukan?" Bram memberikan segelas minuman yang ada di meja untuk Hanna.
"Terima kasih, Mas."
"Hem, sama-sama," ucapnya, Bram menikmati minumannya dengan menatap Revan dari jauh. Entah kenapa Bram sangat tidak suka pada Revan, ia merasa bahwa Revan masih mencintai Hanna.
"Mas, kamu kenapa?" tanya Hanna.
"Tidak apa-apa, aku hanya kesal saja pada mantan suamimu itu." Hanna mengerutkan keningnya, ia tak tahu kenapa Bram harus kesal pada Revan.
"Kenapa, Mas?"
"Sepertinya mantan suamimu itu masih mencintaimu,"
"Mana mungkin, Mas. Dia sudah menikah lagi, berarti dia sudah melupakanku," kata Hanna dengan menundukkan kepalanya, entah kenapa hatinya sangat sakit. Hanna menahan air matanya untuk tidak tumpah pada saat berhadapan dengan Revan. Hanna tak menyangka mantan suaminya menikahi adik kandung yang sangat ia sayangi, bahkan Sarah pun tak berucap pada Hanna.
"Kamu sedih? Suamimu menikah lagi?" tanya Bram, seketika Hanna langsung menggelengkan kepalanya.
"Tidak! Kenapa harus sedih, aku bahagia kok. Apalagi melihat adikku sudah menikah,"
"Hem, jadi itu adikmu. Tapi kenapa dia tak berbicara padamu?"
"Hem, adikku memang seperti itu," jawabnya dengan terbata-bata.
Pesta pernikahan Revan dan Sarah telah selesai, semua tamu telah pergi dari sana. Malam pengantin adalah malam yang paling di tunggu-tunggu oleh kedua pasangan. Namun tidak dengan Revan dan Sarah, Revan tak ingin menyentuh istri barunya. Entah kenapa ia sangat benci melihat Sarah ada disampingnya.
Sarah mengenakan baju dinasnya untuk menggoda Revan, namun tak ada sedikit pun reaksi dari Revan. Hati Revan masih tertuju pada Hanna, ia memikirkan Hanna yang saat ini sedang bersama pria.
"Mas, kenapa diam saja? Ini kan malam pertama kita,"
"Ya, aku tahu."
"Mas kenapa gak seperti dulu, selalu minta dipuaskan. Tapi sekarang kenapa diam saja?" Revan merasa pusing dengan ocehan Sarah yang terus memintanya untuk berhubungan. Ia kembali teringat pada pernikahannya dengan Hanna, Hanna tak pernah seagresif Sarah yang seperti wanita penggoda.
"Jangan menyentuhku, Sarah."
"Kenapa, Mas? Aku ini istrimu dan aku berhak menyentuhmu."
Revan menarik nafasnya secara kasar, lalu ia menatap Sarah dengan tatapan tajamnya.
"Jangan berharap aku akan menyentuhmu, Sarah. Aku mual dengan wanita sepertimu," Sarah bingung kenapa tiba-tiba Revan marah padanya. Kemudian Revan pergi meninggalkan Sarah yang masih diam membisu.
"Ada apa dengan Mas Revan?" ucap Sarah dalam hatinya yang semakin bertanya-tanya.
Rencana ingin membuat Hanna cemburu, kini gagal. Ia malah terjerumus dalam rencananya.
"Argh, Hanna. Kenapa aku susah melupakannya? Kenapa dia selalu menghantui pikiranku," kesalnya pada diri sendiri.
Sudah pukul 11 malam, Dafa belum tidur. Membuat Hanna dan Bram bingung untuk membujuknya.
"Dafa, tidur ya sayang. Ini kan sudah malam, besok Dafa harus sekolah,"
"Tidak mau, Tante. Dafa tidak akan tidur kalau ayah sama Tante tidak tidur di sini menemani aku," celotehnya. Hanna dan Bram saling tatap, mereka tidak tahu kenapa tiba-tiba Dafa memaksanya untuk tidur bersama.
"Sayang, ayah sama Tante tidak boleh tidur bersama."
"Tidak mau! Pokoknya ayah dan Tante harus tidur bersama."
Hanna kembali menatap Bram, ia tak tahu harus melakukan apa?
"Em, Hanna tidur di sini," kata Bram menyuruh Hanna untuk tidur di samping Dafa. Hanna pun mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan Bram, Hanna tidur di samping Dafa dengan mengelus rambutnya.
"Ayah juga tidur disampingku," kata Dafa menarik tangan sang ayah.
Mereka tidur bertiga karena keinginan Dafa, sedangkan Hanna dan Bram sama-sama gugup. Namun Dafa malah menyatukan tangan ayah dan tantenya. Seketika Hanna melotot melihat perlakuan Dafa padanya.
"Ayah dan Tante harus tidur seperti ini sampai pagi. Jangan dilepas!" ujar Dafa. Kemudian Dafa memejamkan matanya.
Sedangkan Bram merasakan tangan lembut Hanna, ia mengeratkan pegangannya.
"Mas, Dafa sudah tidur," ucap Hanna mencoba melepaskan tangannya, namun Dafa malah mengeratkannya. Ternyata anak itu belum tidur sama sekali.
Hanna pasrah dengan keinginan anak asuhnya, ia tetap menuruti apa yang diperintah anak kecil itu.
Hingga sampai pagi mereka berdua masih tidur, Dafa sengaja pindah ke kamar bi Serly di saat Bram dan Hanna sedang tertidur pulas.
Bram memeluk Hanna Dangan erat, begitu dengan Hanna. Mereka berdua sangat nyenyak dengan tidurnya.
Bram merasa dirinya sedang memeluk seseorang, seketika ia membuka matanya dengan perlahan. Melihat wanita cantik yang sedang tertidur dengan pulasnya.
Bram mencoba melepaskan pelukannya, namun Hanna malah mengeratkan tangannya pada pundak Bram. Sehingga tidak ada jarak diantara mereka.
Hembusan nafas terasa, Bram sudah tidak kuat lagi. Ia merasa ada sesuatu yang bangun dari bawah.
"Argh, sial!"
Hanna semakin mengeratkan pelukannya, Hanna terbiasa tidur dengan guling sehingga ia mengira bahwa Bram guling kesayangannya.
"Ah, sial kenapa dia semakin mengeratkan tangannya,"
Bram mencoba melepaskannya dengan perlahan, namun lagi-lagi Hanna malah semakin mengeratkannya. Bram menatap wajah cantik Hanna dari depan, ia sangat terpesona dengan kecantikan Hanna yang natural. Apalagi ia sangat tergoda dengan bibir pink Hanna.
Bram sudah tak tahan menahan jiwa lelakinya, tiba-tiba ia memberanikan diri untuk mengecup bibir Hanna hingga lama.
"Manis," ucapnya dalam hati. Bram semakin memperdalam ciumannya.
Hanna merasakan ada sesuatu pada bibirnya, lalu ia membuka matanya perlahan. Hana sangat terkejut dengan pria yang berada dihadapannya, seketika ia melotot apa yang sedang dilakukan Bram. Bram semakin memperdalam ciumannya, tanpa mempedulikan Hanna yang sedang melotot padanya. Semakin lama Hanna memejamkan matanya, entah kenapa ia ikut menikmati.
"Ayah, tante!" teriak Dafa yang baru saja masuk kedalam kamarnya. Seketika Hanna mendorong tubuh Bram dengan kasar.
"Dafa!" ucap Hanna dengan terkejut.
"Ayah, Tante sedang apa? Kenapa kalian..." Hanna langsung menutup mengangkat jarinya, ia tak ingin Dafa mengatakan apapun. Sedangkan Bram tersenyum menatap Hanna, membuat Hanna salah tingkah.
"Sayang, Tante mau ke dapur dulu, ya." Hanna langsung pergi, ia menghindari perasaan malunya pada Bram. Ia merasa bodoh kenapa menikmati ciuman yang telah Bram berikan.
"Arghhh," Hana mengacak-acak rambutnya dengan kesal.
"Hanna! Kamu kenapa?" tanya bi Serly.
Seketika Hanna tersenyum menatap bi Serly, ia merasa malu karena bi Serly melihatnya.
"Aku tidak apa-apa kok, bi. Aku merasa kepalaku sangat gatal. Kalau gitu aku permisi dulu," ujar Hanna membuat bi Serly kebingungan.
Bram dan Dafa sedang menunggu Hanna di meja makan, Dafa tidak mau makan jika Hanna tidak ada disampingnya.
"Ayah, kenapa Tante lama sekali?"
"Mungkin Tante tidur kembali sayang, kalau gitu ayah suapi Dafa, ya."
"Tidak mau! Aku mau sama Tante," Bram menarik nafasnya dengan kasar. Ia terpaksa harus pergi ke kamar Hanna untuk memanggilnya.
"Hanna, buka pintunya. Dafa sedang menunggumu di sana, Dafa tidak mau sarapan kalau tidak ada kamu di sampingnya." Hanna yang mendengar Bram bicara padanya, ia langsung membukakan pintu.
"Aku kebawah sekarang, Mas." Hanna mulai melangkah tanpa menatap Bram, seketika Bram menarik tangan Hanna hingga ia berada dihadapannya.
"Em, Mas."
"Kamu kenapa menghindariku?"
"Apa maksudmu, Mas. Aku tidak menghindarimu, aku harus segera menemui Dafa."
"Kau tak seperti biasanya, maaf soal tadi pagi. Aku..." belum sempat Bram melanjutkan ucapannya. Seketika Hanna menempelkan jarinya pada bibir Bram.
"Jangan bahas! Aku akan menemui Dafa sekarang," ujar Hanna, lalu ia kembali melangkah. Namun tiba-tiba Bram menarik tangannya kembali.
Cup...
"Mas!" Hanna terkejut tiba-tiba Bram mengecup bibirnya.
Bram tersenyum pada Hanna lalu ia mengusap bibir Hanna yang basah.
"Manis," ucapnya.
Seketika Hanna langsung mendorong Bram dengan kasar, lalu ia segera berlari untuk menuju lantai bawah dan menghindarinya.
...----------------...