NovelToon NovelToon
Sebatas Pendamping (Derita Yang Tak Berujung)

Sebatas Pendamping (Derita Yang Tak Berujung)

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pengganti / Obsesi
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Cty S'lalu Ctya

Pahit nya kehidupan yang membelengguku seolah enggan sirna dimana keindahan yang dulu pernah singgah menemani hari-hari ku terhempas sudah kalah mendapati takdir yang begitu kejam merenggut semua yang ku miliki satu persatu sirna, kebahagiaan bersama keluarga lenyap, tapi aku harus bertahan demi seseorang yang sangat berarti untuk ku, meski jalan yang ku lalui lebih sulit lagi ketika menjadi seorang istri seorang yang begitu membenci diri ini. Tak ada kasih sayang bahkan hari-hari terisi dengan luka dan lara yang seolah tak berujung. Ya, sadar diri ini hanya lah sebatas pendamping yang tak pernah di anggap. Tapi aku harus ikhlas menjalani semua ini. Meski aku tak tahu sampai kapan aku berharap..
Adakah kebahagiaan lagi untuk ku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menjadi Makmum

"Bagas, apa jadwalku hari ini?" tanya ku pada Bagas ketika sampai di pabrik. Bagas adalah asisten juga teman ku sedari kita di panti.

"Bertemu dengan investor saja, ada apa?" tanya Bagas yang merasa menangkap kegelisahanku. Aku menggeleng dan memilih masuk ke dalam ruang kerja ku. Pukul delapan kita menuju ke restoran dimana akan bertemu dengan investor, satu jam sudah pertemuan kami berakhir.

"Bagas, sebelum kembali ke pabrik antar kan aku villa" seruku pada Bagas, Bagas hanya mengangguk. Sampai di depan apartemen aku menyuruh Bagas menghendle pabrik untuk hari ini.

"Kau hendle pabrik, aku ada urusan penting" ujar ku sebelum keluar dari dalam mobil. Sampai di vila aku segera menuju basemen untuk membawa mobil ku yang satu, karena mobil yang biasanya ku pakai di bawah Bagas. Dengan kecepatan cukup tinggi akhirnya setengah jam aku sudah sampai rumah sakit tempat kontrol Emir.

Ku dapati Alana keluar dari apotek bersama dengan anak nya, tapi pandangan ku menajam ketika mendapati lelaki menghampirinya di area parkiran. Segera ku dekati mereka dan mengajak mereka pergi. Mungkin dia tak menyangka akan kehadiran ku, apalagi menjemput nya.

Satu jam sudah kita telah sampai di villa. Ya, aku sengaja mengajak mereka pulang ke villa yang terletak di pinggiran pantai. Ku dapati Alana sedang terlelap bersama dengan anak nya yang ada di pangkuan nya. Sebenarnya berat bagiku membangun kan mereka, tapi aku tak ada pilihan.

"Bangunlah!" kata ku mengguncang lengan nya. Nampak dia mengerjab beberapa kali mungkin menstabilkan kesadaran nya.

"Dimana ini?" tanya nya terlihat khawatir mungkin.

"Turunlah!" seruku seraya membuka sabuk pengaman ku. Dia terlihat masih bingung. Aku pun turun terlebih dahulu.

"Cepat turun!" tekan ku pada nya saat membuka kan pintu mobil. Terlihat dia menghela nafas panjang, baru turun dari mobil serta menggendong anak nya. Ku tutup pintu mobil dan berjalan terlebih dahulu, terlihat mata nya mengamati sekitar baru dia mengikuti langkah ku masuk ke dalam villa.

"Kau baringkan anak mu disitu, dan buatlah makanan aku lapar!" pintaku ketika ku bukakan pintu kamar yang ada di lantai satu. Dia hanya mengangguk seraya melangkah masuk ke dalam kamar. Aku memilih duduk di halaman belakang dimana disana ada kolam renang, sekalian mengecek beberapa dokumen perusahaan. Tak lama Alana keluar dari kamar dia melihat ku dari jendela kaca besar, tatapan kami beradu, tapi segera ku mengalihkan pandangan ku ke depan laptop yang ada diatas meja.

"Maaf, dapurnya ada dimana?" tanya nya yang kini sudah ada di samping ku. Aku menarik nafas sejenak baru mengantarnya menuju dapur. Memang villa ini cukup besar dari rumah yang kita huni.

"Semua bahan nya ada di kulkas, cepat masak, aku sudah lapar" keluh ku pada nya. Aku pun kembali ke taman untuk melanjutkan pekerjaan ku. Setengah jam kemudian dia menghampiriku memberitahu jika makanan nya sudah siap. Tak ada jawaban ku tutup laptop seraya melangkah mendahului nya menuju ruang makan dimana sudah terhidang beberapa makanan. Aku akui masakan Alana memang cukup enak. Selesai melayani ku dia pamit melihat anak nya ke kamar.

"Maaf, aku harus melihat Emir, permisi!" ujarnya pada ku.

"Duduk dan makan lah!" tolak ku sedikit menekan. Dia sepertinya menatap ku berang mungkin.

"Tapi-"

"Anak mu sudah besar, kalau pun dia bangun pasti keluar sendiri" selah ku dengan enteng. Diam memang itu yang dia lakukan tapi kedua tangan nya ku lirik sedang mengepal menahan kesal. Dia pun menurut dan duduk di samping ku, mulai mengambil nasi dan lauk sesekali matanya mengarah pada pintu kamar.

"Ibu.." benar saja anak nya keluar dari kamar dan menghampiri kami yang sedang makan. Dia dengan sigap berdiri dan menggendong anak nya.

"Emir, sudah bangun sayang" kata nya lembut. Terlihat anak nya mengangguk.

"Emir, lapar? sini ibu suapin" ujarnya kemudian mendudukkan anak nya di kursi yang ada di samping nya.

"Ibu, ini dimana?" tanya anak nya seraya melihat sekeliling. Dia tak menjawab, mungkin bingung mencari jawaban.

"Wah,, ada kolam nya juga Bu" ujar anaknya yang melihat kolam renang membentang lewat jendela kaca besar. Padahal rumah kakek nya dulu juga begitu besar dengan fasilitas yang mewah. Tapi anak itu masih kecil jadi mungkin dia tidak tahu kalau dulu ibu nya merupakan putri dari konglomerat yang merangkap sebagai pejabat.

"Emir, maem dulu sayang, tadi ingatkan pesan om dokter Riki" ujarnya mengalihkan. Anak nya mengangguk lalu mulai menyuap nasi dan sayur sup ayam.

Selesai makan aku memilih bersantai di balkon kamar ku, ku melihat Alana dan anak nya sedang duduk di gazebo yang ada di taman samping villa pemandangan disana langsung tertuju pada pantai. Aku melihat mereka sedang bercanda gurau, melihat senyum itu membuat ku teringat akan kebersamaan kita dulu. Ya, aku akui Alana memang cantik apa adanya, sederhana. Meski dia dulu anak dari orang berada tapi dia tetap sederhana, karena itulah perasaan ini mulai mengagumi dan dengan lancang tumbuh rasa cinta dan kini dia sudah ku miliki bukan berlandaskan sebuah cinta seperti yang ku dambakan dahulu tapi bisa di bilang karena sebuah ambisi yang berujung obsesi. Ya sebuah ambisi yang muncul di kalah hati yang tergores oleh luka yang menganga sehingga terobsesi untuk mengikat nya.

Kejam dan egois. Biarlah dia berpikiran seperti itu yang terpenting dalam hidup ku sekarang sudah mewujud kan mimpi ku sedari dulu. Berumah tangga dengan wanita yang pertama kali mengukir akan berbagai rasa. Baik suka, kecewa karena sebuah lara dan kini mengikat nya menjadi makmum ku selamanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!