(Mohon jangan boomlike) Pernikahan Zoya dan Zada yang sudah berjalan tiga tahun ini tampak rukun dan bahagia.
Namun siapa sangka, Zada yang tipekal suami setia tiba-tiba membawa pulang wanita lain ke rumah Zoya dan Zada.
Bagai tertusuk seribu sembilu, Zoya begitu kecewa dengan Zada yang diam-diam sudah menikah lagi tanpa persetujuan darinya.
Zoya meminta talak, namun Zada menolaknya. "Aku tidak akan pernah menjatuhkan talak untukmu. aku masih mencintaimu, Zoya." Begitulah alasan yang selalu terucap dari bibir suaminya.
"Tidak masalah aku di madu asalkan, aku tidak tinggal satu atap dengan maduku," lirih Zoya penuh luka dan nyeri di hatinya.
Biarlah Zoya menerima semuanya. Karena tanpa Zada ketahui, Zoya sedang mengandung anak yang selama ini di nanti-nantikan.
Biarlah Zoya menerima surganya, walau surga itu telah menorehkan luka dan lara yang mendalam.
Mampukah Zoya tetap bertahan ketika melihat suaminya bersanding dengan wanit
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Oktafiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Merasa aneh
"Assalamualaikum, Mbak Zoya ... Akhirnya Mbak Zoya datang juga. Aku sudah masak banyak untuk menyambut, Mbak," ucap Ghaida menyapa saat Zoya dan Zada memasuki rumah.
"Makanlah dulu ... Ghaida sudah memasak untukmu," titah Zada lembut. Zoya tersenyum. "Baiklah, aku akan makan dulu. Tapi, kalian juga harus ikut makan," ucap Zoya dengan syarat.
Ghaida dan Zada saling melempar pandang. "Baiklah, kita akan makan bersama," ucap keduanya hampir bersamaan. Zoya menatap Zada dan Ghaida heran. Namun, Zoya memilih untuk mengabaikannya.
Zoya berjalan menuju meja makan diikuti oleh Ghaida dan Zada. Zoya lagi-lagi menatap heran pada dua manusia di depannya. Bisa-bisanya keduanya berebut kursi, sedangkan di lain sisi masih ada kursi kosong. "Aku disini, Mas. Mas Zada yang disana,"
"Kamu yang disana ya ... Aku disini," jawab Zada masih kekeh dengan pendiriannya. "Kan masih banyak kursi kosong. Kenapa kalian harus berebut?" tanya Zoya bermaksud menengahi. "Baiklah." jawab Zada yang akhirnya mengalah dan duduk di sebelah Ghaida.
Zoya seakan sedang menyaksikan dua manusia yang sedang di mabuk asmara. Tapi, Zoya mencoba mengabaikannya. Dia tidak mau ambil pusing untuk hal itu.
Setelah itu, Zoya mulai menyendokkan makanan ke piring Zada. Di saat bersamaan, Ghaida juga melakukan hal yang sama. Ketiganya terdiam dan menatap satu sama lain. "Biar Ghaida saja yang menyiapkan. Kamu bisa makan lebih dulu," ucap Zada memberi jalan tengah.
Walau terpaksa, Zoya mengangguk dan duduk. Dia menatap Zada dan Ghaida dengan perasaan yang sulit sekali di artikan. "Makanlah, Mbak." Ghaida mempersilahkan setelah selesai mengurusi Zada. Zoya tersenyum tipis.
Nafsu makannya mendadak hilang saat dadanya berdenyut nyeri. 'Apa aku sudah melewatkan banyak kejadian? Sehingga aku tidak tahu apa-apa?' batin Zoya bertanya-tanya.
Cukup lama Zoya menghabiskan sarapannya. Dia mencoba memaksa makanan itu masuk. Namun, saat piringnya hampir kosong, perutnya terasa bergejolak. Sebelum semuanya keluar di meja, Zoya bergegas berlari menuju wastafel untuk menumpahkan isi perutnya.
"Huek, huek, huek."
Tiba-tiba Zoya merasakan tepukan hangat di punggungnya. Saat Zoya menegakkan tubuhnya, Zoya bisa melihat Zada dan Ghaida sedang menepuk-nepuk punggungnya.
"Sudah baikan? Ini minum dulu," ucap Zada sambil menyodorkan segelas air putih. Zoya menerima gelas itu dan menenggaknya hingga habis. "Lebih baik Mbak Zoya istirahat dulu di kamar, Mbak," ucap Ghaida perhatian.
Zoya mengangguk. Dia segera berjalan menapaki anak tangga menuju kamarnya. Zada juga mengikuti Zoya dan ingin memapahnya. "Aku bisa sendiri, Mas," Entah mengapa, Zoya justru mengucapkan hal itu.
"Nggak papa, biar aku bantu," Zoya akhirnya mengangguk pasrah. Sesampainya di lantai atas, Zoya berniat untuk ke kamarnya yang dulu di tempatinya bersama Zada. Namun, Zada segera menghentikannya dan berkata. "Maaf Zoya, bukankah sebaiknya kamu tinggal di kamar yang berbeda. Bukannya apa, ini demi keadilan kamu dengan Ghaida. Ghaida juga tidur di kamar yang berbeda,"
Zoya terperangah. 'Apa itu kalimat pengusiran?' batin Zoya tak habis pikir. Daripada pusing memikirkannya, Zoya menurut saja. Pikirannya mendadak kacau saat melihat kedekatan Ghaida bersama suaminya. Zoya merasa aneh dan janggal. seakan ada sesuatu yang belum Zada dan Ghaida sadari.
"Biar aku jalan sendiri, Mas. Aku di kamar sebelah kamarmu saja," Setelah mengucapkan itu, Zoya bergegas meninggalkan suaminya. Zada pun menurut dan tidak mengikuti Zoya.
Dan entah mengapa, Zoya merasa kecewa saat Zada membiarkannya begitu saja. Zoya merebahkan dirinya di ranjang. Kamar yang dia tinggali memang selalu di bersihkan setiap hari. Jadi, Zoya tidak perlu merapikannya terlebih dahulu.
****
Pagi kembali menjelang. Setelah melaksanakan salat subuhnya, Zoya memilih keluar dari kamar untuk menghirup udara segar. Namun, lagi-lagi Zoya melihat Zada dan Ghaida begitu dekat. Keduanya sedang berada di dapur dengan penuh tawa. Zoya bisa melihat kebahagiaan terpancar disana.
Zoya memilih mendekat dan bergabung bersama keduanya. "Lagi masak apa, Da?" tanya Zoya saat sudah berada di dapur. Namun, karena Ghaida dan Zada sedang larut dalam candaannya, keduanya sampai tidak menyadari kehadiran Zoya. "Mas!" seru Zoya lumayan keras. Dia merasa kesal karena di abaikan.
Zada dan Ghaida menoleh bersamaan. "Zoya? Kamu ada disini juga?" tanya Zada terkejut. Zoya memutar bola matanya malas. "Nggak boleh ya, Mas? Karena aku udah ganggu kalian?" Zoya justru balik bertanya yang membuat Zada dan Ghaida terdiam.
Karena moodnya terlanjur buruk, Zoya memutuskan untuk meninggalkan keduanya. Zada berusaha mengikutinya. "Zoya, bukan begitu maksudku. Aku hanya terkejut saja," jelas Zada mencari alasan.
Zada mencekal pergelangan tangan Zoya hingga membuat Zoya menghentikan langkahnya. "Apa lagi?" tanya Zoya berwajah datar. "Kamu cemburu sama Ghaida?" tanya Zada begitu saja.
Zoya mengetatkan gigi-giginya merasa kesal. "Ngapain di tanya? Kalau Mas Zada sudah tahu jawabannya," ketus Zoya, pandangannya mengarah pada Ghaida yang kepalanya tertunduk. "Bisa nggak sih kalian anggap aku ada disini? Dunia tuh bukan milik kalian berdua," sentak Zoya lalu meninggalkan ruangan tersebut.
Zoya kembali ke kamarnya lagi. Zada yang merasa bersalah memilih untuk mengikutinya. Sebelum Zoya menutup pintu kamarnya, Zada sudah berhasil masuk, baru Zada menutup pintu dan menguncinya.
Zoya menatap tajam suaminya. Sepertinya, resiko yang Zoya ambil terlalu besar. Mengapa Zoya tidak memikirkan bahwa dirinya pasti akan dihantui rasa cemburu setiap harinya ketika memilih kembali pulang? Zoya merutuki kebodohannya sendiri.
"Apa?" ketus Zoya dan bergerak untuk memasukkan barang-barang yang akan dia bawa ke toko bunganya. "Jangan cemburu. Ghaida juga istriku. Dia juga harus mendapat perhatian yang sama seperti perhatianku ke kamu, Zoya," jelas Zada tak berperasaan.
Zoya mendengus pelan. "Sudah bicaranya? Aku mau berangkat ke toko sekarang saja. Banyak pekerjaan yang harus aku urus," Tanpa menunggu jawaban Zada, Zoya berjalan melewati Zada begitu saja. Entah mengapa, Zoya merasa sangat marah karena Zada begitu dekat dengan Ghaida.
Harusnya Zoya tidak egois. Tapi, keinginan untuk memiliki suaminya sepenuhnya tidak bisa Zoya hilangkan. Biarlah dirinya di duakan dalam pernikahan, tapi, Zoya tidak mau di duakan dalam cinta.
Mana ada manusia yang bisa mencintai dua orang bersamaan? Kalau pun ada, dia pasti seekor buaya. "Aku pergi,"
Di sepanjang perjalanan, Zoya hanya diam menatap luar jendela. 'Apa mas Zada mulai jatuh cinta dengan Ghaida? Lalu, apa maksud dia meminta jatah kepadaku waktu itu? Kenapa tidak meminta jatah pada Ghaida? Oh aku lupa, Ghaida kan sedang hamil bukan anak mas Zada,'
Seketika Zoya tersenyum masam. Pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang begitu menyakitkan. Zoya menggelengkan kepala untuk menghilangkan pikiran buruknya.
Zoya cukup tahu bahwa, wanita yang hamil di luar nikah haram di setubuhi walau itu oleh suaminya sendiri. Perbuatannya akan disebut zina. Dan untuk mengesahkannya, suaminya harus menikahinya lagi setelah bayinya lahir.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Jangan lupa dukungannya😍😍...
...buat yang mau nonjok, buang ke laut, sama mau kasih makan hiu si zadanya, aku persilahkan👍😅...
...itu akan sangat membantu pekerjaan ku🙏😍...
...biar Zoya sadar kan ya ... siapa tahu dengan Zoya balik kerumah, dia bisa menemukan keputusannya yang tepat kan?😅...
...kabuuuuur🏃🏃🏃🏃😂...