Inikah rasanya kesucian wanita? (Jamal)
Inikah rasanya jadi simpanan wanita? (Rizal)
Inikah rasanya diperebutkan wanita? (Iqbal)
Kisah tiga pria muda tanpa pengalaman dan berpendidikan rendah, pergi merantau untuk memperbaiki dan mengubah nasib hidupnya. Namun siapa sangka, dalam perjalanannya, Mereka justru terlibat kisah cinta yang tak biasa dan untuk pertama kalinya mereka mencicipi manisnya dosa. Kisah seperti apakah yang mereka jalani? Dapatkah mereka bertahan dalam kisah yang tak sengaja menjerat hidup mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TPDD 23 (Iqbal)
"Ahli apa, Non?" tanya Iqbal mempertegas pendengarannya.
"Ahli main ranjang?" tanya Karin sambil tersenyum menatapnya. Sedangkan wajah Iqbal tentu saja sangat terkejut mendengar pertanyaan seperti itu. Iqbal tak habis pikir jika ada seorang wanita yang dengan mudah menanyakan hal tersebut kepada laki laki.
Wajar Iqbal merasa heran karena ini baru pertama kalinya dia mendengar pertanyaan seperti itu dari mulut wanita. Selama di kampung, meski kadang dia dan teman temannya berpikiran kotor, tapi dia tidak pernah mendapat pertanyaan seperti itu dari bibir wanita. Jangankan bertanya, dekat dengan wanita saja dia kesusahan. Meski ngakunya playboy, nyatanya itu hanya bualan saja.
"Kenapa? Kok kaget gitu?" tanya Karin heran melihat ekspresi yang ditunjukkan Iqbal.
"Kaget aja, di tanya soal seperti itu oleh perempuan." jawaban Iqbal langsung saja membuat mata Karin menatap tajam tak percaya. Dia menatap Iqbal dengan tatapan menyelidik, berharap kalau apa yang dikatakan Iqbal adalah candaan. Namun sepertinya Karin tidak menemukan apa apa.
"Emang kenapa dengan pertanyaanku? Salah?"
"Bukan begitu, Non. Biasanya yang bertanya seperti itu tuh laki laki. Tapi kali ini aku mendengarnya untuk pertama kali pertanyaan seperti itu dari perempuan. Ya wajar aku kaget kan, Non?" penjelasan iqbal yang panjang membuat Karin terperangah seketika. Entah karena lugu atau polos tapi sungguh penjelasan Iqbal membuat Karin tak kuasa menahan tawa yang akhirnya meledak.
"Astaga, Iqbal! Masa segitunya?" tanya Karin di sela sela suara tawanya.
"Ya emang kenyataannya gitu, Non. Aku nggak pernah mendengar wanita bertanya seperti itu langsung," jawab Iqbal dengan raut wajah yang terlihat sangat serius, hingga Karin merasa tak enak hati telah bertanya seaneh itu.
"Baiklah, maaf ya. Aku nggak ada maksud apa apa kok." ucap Karin tulus. Iqbal pun hanya mengangguk terus tersenyum.
Setelah menghabiskan waktu cukup lama, akhirnya Karin meminta pulang. Mereka pun bergegas meninggalkan taman tersebut.
Dalam perjalanan pulang, Karin meminta mampir dulu di rumah makan. Selain karena lapar, Karin males bertemu kedua kakaknya. Dia pasti nanti dapat sindiran. Entah kenapa, apapun yang Karin lakukan,selalu terlihat salah dimata kedua kakaknya. Padahal mereka berkumpul dalam satu rumah juga belum lama.
Jarak usia mereka memang tidak terlalu jauh. Karin dua puluh satu, Aleta dua puluh tiga dan Belinda dua puluh lima. Aleta dan Belinda memang lama berada di luar negeri ikut sang nenek dari pihak papihnya. Dan itu juga atas permintaan sang Kakek.
Dulu Tuan Martin dan Nyonya Amanda sangat percaya pada Karin. Apa yang dilakukan Karin di luar rumah tidak pernah mendapat teguran kecuali salah. Dan nyatanya, Karin memegang kepercayaan penuh sang orang tua dengan menjaga diri baik baik.
Tapi kedatangan kedua kakak Karin, membuat kepercayaan orang tua Karin terhadapnya perlahan memudar. Entah apa yang membuat mereka seperti membenci sang adik dan entah apa yang mereka lakukan perhadap kedua orang tua. Tapi yang pasti Karin dianggap merusak kepercayaan orang tua.
Sementara di sisi lain, Iqbal masih memikirkan pertanyaan terakhir Karin di taman tadi. Dia masih tidak menyangka Karin dengan mudahnya bertanya seperti itu. Apa hanya sekedar bertanya? Atau ada maksud lain? Entah, Iqbal tidak tahu. Yang pasti banyak pertanyaan yang tumbuh di benak Iqbal.
Bukan hanya pertanyaan, pikiran buruk pun menghampiri pria manis tersebut. Iqbal mengaitkan pertanyaan Karin dengan penemuan bekas alat pengalam di mobil tadi pagi. Sedangkan menurut pembantu rumah, mobil ini memang biasa digunakan Karin saat pergi. Apakah Karin sudah? Iqbal pun segera menepis pikiran buruknya. Dan karena satu pertanyaan tersebut menjadikan pikiran Iqbal menjalar kemana mana tentang anak majikannya. Bahkan pikiran Iqbal sampai mengaitkan ketidak percayaan Karin karena Karin sudah terlalu kebablasan.
Mobil pun berhenti di depan rumah makan. Awalnya Iqbal menolak saat Karin mengajaknya masuk dan turut serta, namun Karin terus memaksanya hingga pemuda itu pasrah dan menurutinya. Bahkan Karin juga tak malu duduk bareng Iqbal. Selain rumah makan terlihat ramai, kebanyakan para pengunjung yang datang juga di dominasi dari anak anak muda. Entah itu seusianya ataupun di bawahnya. Hanya ada beberapa orang tua saja. Itu pun tidak terlalu tua atau lebih dikenal dengan sebutan papah muda dan mamah muda.
"Non, sekarang ucapan aku terbukti kan?" ucap Iqbal tiba tiba saat mereka sedang menunggu pesanan.
Dengan dahi berkerut, Karin pun bertanya, "ucapan yang mana?"
"Ucapan yang aku bilang kalau aku tuh digemari banyak wanita. Tuh lihat sekeliling. Mata semua wanita tertuju ke arahku."
"Idiihhh."
...@@@@@...