(Sudah tersedia versi cetak)
Perjuangan Andreas mendapat maaf dan cinta dari wanita yang telah ia nodai.
Andreas yang Tuan Muda dan terbiasa hidup mewah dengan segala fasilitas terbaik, sampai merelakan semua itu hanya demi mengejar Marisa, yang sayangnya begitu benci padanya sejak kehormatannya direnggut Andreas secara paksa.
Marisa yang hamil, terpaksa mengubur semua impian dan cita-citanya, bahkan harus rela dibenci Ibu kandungnya sendiri karena menjadi penyebab kematian Ayahnya.
Apakah menurut kalian orang yang jahat akan selamanya menjadi jahat?
Bisakah Marisa memaafkan Andreas yang telah meluluh lantahkan hidupnya?
Konflik yang menguras emosi serta air mata bisa kalian baca di sini.
Halo... Ini novel pertama saya di Noveltoon, ayo ikut larut dalam perjalan cinta Andreas dan Marisa.
Semoga menghibur ❤
-🍀-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hijaudaun_birulangit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PENGAKUAN
"Gegar otak ringan." kata Dokter wanita itu setelah selesai membalut perban di kepala Andreas. "Sementara saya beri obat pereda rasa nyeri, untuk mengurangi rasa sakitnya." Ia mengeluarkan beberapa tablet obat dari dalam tasnya.
Setelah selesai dengan tugasnya, Dokter itu berpamitan untuk pulang. Rendy segera mengantarnya sampai di depan pintu.
"Terimakasih sudah datang tengah malam seperti ini." kata Rendy sambil membukakan pintu.
"Ini sudah tugasku sebagai Dokter keluarga,Ren." Ia tersenyum.
"Tolong rahasiakan ini dari Tuan Besar.." Rendy berkata perlahan.
Dokter wanita itu mengangguk sambil menepuk lengan Rendy pelan, sebelum kemudian berjalan keluar dam menghilang di balik pintu.
Saat ini mereka telah berada di ruang tamu Apartemen milik Andreas.
"Apa yang anda pikirkan dengan keluar tanpa saya di dekat anda dalam keadaan seperti ini..??" tanya Rendy begitu ia duduk di depan Andreas.
Andreas tak menjawab, ia mengambil rokok kemudian menyalakannya. Di peganginya kepalanya yang telah di lilit perban, rasanya sakit.Tapi ia mengabaikan rasa sakit itu dengan menghisap dalam-dalam rokoknya dan menghembuskannya.
"Bagaimana kalau tadi saya terlambat sedikit saja..??" Rendy terlihat gusar. "Ini bukan di Kanada yang orang tidak tahu siapa anda. Di sini,banyak orang yang ingin mencelakai anda. Apa lagi hubungan kita sedang panas-panasnya dengan Keluarga Prawira. Di tambah Tuan Bryan yang mempunyai banyak teman dari Genk jalanan." Ia memijit-mijit keningnya untuk menenangkan pikiran
"...aku hanya ingin melihatnya.."Andreas menghembuskan asap rokok dari mulutnya.
"Apa..?" Rendy merasa sedang salah dengar.
"Aku....Aku tidak sengaja memperkosanya..." Andreas tertunduk sambil menutup wajah dengan kedua tangannya, dengan siku yang bertopang pada paha.
"Hah..?!" Rendy membelalak kan matanya. "Bagaimana mungkin Tuan Muda melakukan perbuatan seperti itu?" tanyanya. "Kalau Tuan Muda mengingginkannya, bukankah Tuan Muda hanya tinggal pilih ingin wanita yang seperti apa..??"
"Vodka yang di berikan Bryan tempo hari sudah di isi obat." kata Andreas sambil menghisap kembali rokoknya. Pandangannya menerawang memandang ke arah jendela dengan langit yang berwarna gelap.
"Sudah aku duga.." Rendy sambil mengacak rambutnya jengkel, harusnya waktu itu ia melarang Andreas pulang dengan membawa "hadiah" itu.
"Dan Bryan juga entah bagaiman memberikan alamat Apartemen ini kepada wanita itu.." Andreas mengibaskan tangannya, ia sendiri seperti tidak mengerti kenapa peristiwa itu bisa terjadi."Bryan pikir...,aku dan wanita itu ada sesuatu. Tapi wanita itu cuma mahasiswi biasa yang bersikap terlalu berani dengan kondisinya yang bisa masuk Jayabaya hanya karena beasiswa." Andreas menghela nafas panjang.
"Bagaimana jika dia mendatangi media?atau memeras kita?" tanya Rendy cemas.
"Seperti yang kemarin aku ceritakan, aku memberinya selembar cek 20 miliar dan ia mengabaikannya."
"Hhaaahh.." Rendy memegangi keningnya sambil mendongkak kan kepalanya memandang langit-langit kamar. "Akan lebih susah berurusan dengan orang yang tidak berminat dengan uang." ujarnya dalam hati.
Di pandanginya Andreas yang masih merokok sambil memandang ke arah jendela, jujur saja dalam tempo 25 tahun Rendy mengenal Andreas, malam ini adalah penampilannya yang paling kacau.Siapa yang menyangka Laki-laki angkuh yang semaunya sendiri ini bisa bertindak seperti orang bodoh, nyawanya hampir melayang hanya karena ia ingin melihat seorang wanita dari kejauhan.Rendy menepuk keningnya berkali-kali, ia masih tak percaya.
"...Kemungkinan Paman Hertoni akan menarik sahamnya jika aku tidak segera menikahi Eva." Andreas kembali menghembuskan asap rokok dari mulutnya. "Atau yang lebih parah, ia akan bekerja sama dengan Prawira Enterprise."
"Kenapa anda berpikiran seperti itu?" tanya Rendy.
"Kemarin aku membuat anaknya menangis." Andreas tersenyum sinis tanpa melihat ke arah Rendy.
Sekali lagi Rendy meghela nafas panjang sambil menyandarkan punggungnya ke sofa yang ia duduki.Ia tak menyangka satu wanita bisa membuat kacau segalanya.
Sementara itu di sebuah Rumah Mewah bergaya Eropa dengan halamannya yang luas dengan beberapa paviliun yang di bangun di dalamnya. Di salah satu paviliunya yang terletak paling belakang dari Rumah Induk.
Seorang laki-laki berperawakan tinggi dan berkacamata baru saja menendang dua orang laki-laki yang salah satunya terkena luka tembak pada lengannya, keduanya mengerang kesakitan sambil memegangi dada dan perut mereka masing-masing.
"Aku membayar mahal kalian, tapi kalian mengecewakan!" ucapnya dengan tangan terkepal.
"Kami sudah hampir berhasil, kami tidak menyangka akan ada yang datang membantu.." laki-laki itu menjelaskan sambil memegangi perutnya yang sakit karena tendangan.
"Saya yakin laki-laki yang datang itu bisa menembak kepala saya dengan tepat, tapi ia seperti sengaja hanya menembak bagian lengan." Laki-laki dengan luka tembak di lengan itu menjelaskan dengan nafas tersengal-sengal menahan sakit. "Matanya itu, dia seperti pembunuh profes..."
"DOORR!" Laki-laki itu ambruk tanpa sempat menyelelesaikan kalimatnya, darah mengenangi lantai di sekitar kepalanya. Rekannya yang berada di sebelahnya membelalakan matanya terkejut, tubuhnya langsung gemetaran melihat Laki-laki berkacamata itu mengacungkan pistol ke arahnya.
"DOORR!" kembali bunyi senjata api terdengar, laki-laki itu ambruk di sebelah rekannya dengan luka tembak yang sama di bagian kepala.
"Aku paling benci dengan orang gagal tapi masih banyak bicara." ia meletakkan pistol jenis FN miliknya di meja kemudian meminun wine warna merah dari gelas kristal. Di pandanginya anak buahnya yang sibuk membereskan dua mayat yang ia bunuh. tak ada penyesalan di wajahnya yang di bingkai kacamata.
* * *
Seperti biasa, Restoran Padang tempat Marisa bekerja itu selalu ramai ketika jam makan siang. Hilir muding para pelayan mengantarkan piring-piring berisi makanan ke meja-meja pelanggan yang sudah menunggu, termasuk Marisa ia membawa baki berisi gelas-gelas minunan, ketika mendadak ia berhenti. Kepalanya terasa pusing lagi, keringat mengalir dari keningnya membasahi helai-helai rambut yang keluar dari gelungannya.
"Ada apa..?" tanya Lenna, dia ambilnya baki berisi minuman dari tangan Marisa. "Lebih kau istirahat sebentar di ruang ganti." katanya sebelum pergi untuk mengantar minuman.
Marisa menurut, dengan langkah gontai ia berjalan masuk ke dalam.
"Kenapa pusingnya nggak hilang-hilang..??" tanyanya dalam hati.
Ia mengambil obat penambah darah dan paracetamol dari loker dan segera meminumnya. Ia merasa tidak enak kepada yang lain jika ia istirahat di sini sedang yang lain sibuk dengan para pelanggan. Baru saja ia berpikir begitu,Lenna datang dari balik pintu.
"Bagaiman keadaanmu?" tanyanya cemas.
"Aku sudah minumi obat dan setelah aku buat duduk, sekrang sudah agak mendingan."jawab Marisa
"Aku rasa kau kecapean,Sa." Lenna duduk di sampingnya.
"Kenapa kau malah duduk..? Ayo, nggak enak sama yang lain aku." Marisa mengandeng tangan Lenna untuk ikut berdiri.
"Tenang saja..." Lenna gantian menarik tangan Marisa untuk duduk. "Yang sift siang sudah datang, kita sekalian istirahat saja." ia tersenyum lebar.
"haaaahh...syukurlah..." Marisa menghela nafas sambil menyandarkan punggungnya pada tembok." Badanku lemas, pusing sekali...."
"Ijin saja kalau memang nggak kuat." usul Lenna.
"Mana mungkin, aku sudah terlalu sering ijin. Aku nggak mau tambah di musuhi."
"Aahh,mereka hanya cemburu." Lenna mengibaskan tangannya. "Pokoknya selama ada aku, kau tenang saja." Ia menepuk-nepuk dadanya sendiri.
Marisa tertawa geli melihat tingkahnya.
"Rasanya sudah lama aku nggak melihatmu tertawa." Lenna tersenyum lebar.
"Biasa saja ah.." Marisa menjadi malu.
"Hahahahaa..." Kini giliran Lenna yang tertawa melihatnya.
"Obat dari dokter sudah hampir habis.Tapi aku masih sering pusing, dan akhir-akhir ini aku merasa sangat lelah." kata Marisa murung. "Biasanya kalau anemia ku kambuh, dalam tiga hari setelah minum obat pasti sembuh. Sekarang sudah berhari-hari malah semakin sering pusing dan lelah..."
"Aku perhatikan, makanmu juga sedikit sekarang." kata Lenna sambil memperhatikan tubuh Marisa yang kurus.
"Itu karena aku tidak begitu suka dengan makananya." Marisa menjelaskan."Kemarin malam dengan Pak Erwin aku menghabiskan tujuh bungkus Nasi Kucing." Marisa menutup wajahnya. "Aku malu sekali.."
"Haah..??" Mulut Lenna mengangga. "Kau makan nasi kucing dengan Pak Erwin..???" Lenna tak percaya.
Marisa mengangguk. "Aku yang ingin sih sebenarnya..." Marisa memandang Lenna malu.
"Apa kau tidak bisa mengusulkan makanan lain..??" Lenna memegangi keningnya tak percaya. "Kau bisa pergi ke restoran mewah yang romantis, dinner." Lenna menekankan pada kata terakhirnya.
"Aku nggak kepikiran." Marisa menunduk.
"Padahl aku sudah memberikan kalian kesempatan..." Lenna kelihatan sangat menyesal.
"Aku sudah menolaknya, kok."
"Apaaa...?!"mata Lenna membelalak.
"Aku menolaknya." ulang Marisa. "Jadi aku minta tolong, kau nggak usah lagi menjodoh-jodohkan aku dengan Pak Erwin..." Wajah Marisa memelas. "Beliau berhak mendapatkan seseorang yang lebih dari aku..."
Alenna Sukma Wijaya
semua bab berkesan, aku pilih yg bisa buat aku terharu ini bab yg judulnya KEINGINANMU TERKABUL bab penuh bawang , POV Rendi yg bikin terenyuh siapa aja yg baca dan kebesaran hatinya Andre menerima Dave secara hukum sebagai anaknya
kak author mengalir deras ya rejekimu.
yang bilang novelmu membosankan, hempaskan... dia maunya sat set Marisa dan Andre ketemu, tragedi p3m3rk*saan , terus nikah paksa , bahagia selama² nya.
abaikan kak abaikan...buatlah novel sesuai maumu bukan mau pembaca. karena novel yg bagus gk akan ditinggalkan pembaca justru banyak pembaca baru yg langsung jatuh cinta sama karya mu... sama kayak aku baca di tahun 2025 langsung terlope lope sama novel ini
semangat🥰
GK kuat😭😭😭😭😭tapi penasaran
galau
poor Rendi semasa hidup hanya ingin sama terlihat sempurna seperti Andreas tapi selalu dihina Eva...
untung disini Spil tipis²
tentang kamu yg mendesak Marisa segera menikah dg Andreas karena kamu cemburu dg Erwin agar melupakan Marisa itu juga benar , kamu berusaha mempertahankan pernikahanmu ... tapi sekali kali teflon di rumah diberdayakan ... kalau Erwin sok sok ingat Marisa lagi geplak aja pake teflon
KENAPA KALIAN HARUS BACA NOVEL INI⁉️
1. Banyak novel dg genre yg sama , tentang p3m3rk*saan dan berakhir nikah dg pelaku. disini beda , banyak pertimbangan sampai akhirnya Marisa mau menikah dg Andreas... gak mudah gaeesss perjuangan Andreas untuk mendapatkan hati Marisa , menguras emosi pembaca.
2. jempol buat author nya , keren banget dia buat karakter tokoh . di novel ini dijelaskan sifat baik buruk nya setiap tokoh... jadi pembaca gk akan jomplang dukung satu tokoh aja.
3. ceritanya bikin nagih, sekali baca gk akan bosen . aku nyesel baru ketemu novel ini dan semoga semakin banyak yg baca meskipun novel ini udah lama tamat nya
ya ini lah namanya TRAUMA
bisa pulih tapi perlahan, bisa kambuh jika ada pemicunya dan Erwin disaat Marisa berdamai dengan traumanya kamu mengungkitnya kembali
semua manusia ada sifat baik dan jelek nya.
di novel ini juga sama dijelaskan detail lewat cerita yg epic karakter tiap tokohnya baik sifat baik dan jeleknya
ibunya andreass
mau jadi karyawan biasa??? yg biasanya nyuruh² terus disuruh... anakmu mau dikasih makan apa Andre
seberapa gilanya
sek Yo Andreas, aku melipir ke kisahnya Johan dulu 🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️