NovelToon NovelToon
Dendam Untuk Aurora

Dendam Untuk Aurora

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora Mecca

Aurora menjalani hukuman selama 5 tahun di balik jeruji besi. Bahkan setelah keluar dari penjara, Devandra Casarius tetap menyiksa Aurora , tanpa ampun. Apakah Devandra Casarius akan berhenti belas dendam ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora Mecca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PEWARNA BIBIR YANG SIA SIA

Mendengar hal tersebut, Devandra nampak tenang lalu mengernyitkan dahi dan berfikir sesuatu.

"Keuntungan apa yang akan aku dapat pah, ucap Devandra di seberang telpon sambil tersenyum sinis.

Mendengar hal tersebut Arya Soebandra Orang tua dari Devandra nampak tersenyum lalu menjawab.

"Ayolah,,, kamu teman masa kecilnya sepertinya dia tertarik sama kamu, perusahaan juga akan berkembang pesat saat kalian menikah nanti karena orang tuanya merupakan koneksi terkuat di negara ini," ucap Arya Soebandra menjelaskan.

Devandra nampak kurang setuju dengan ucapan papanya, Devandra mengernyitkan dahi sambil minum teh hangat lalu menimpali

"Tanpa koneksi dari keluarganya pun perusahaan juga akan tetap berkembang," ucap Devandra dengan remeh.

Arya langsung mematikan telpon tersebut setelah mendengar opini Devandra.

"ckkkk anak itu, selalu begitu," ucap Arya sambil duduk dan menaruh ponsel di saku celananya.

Pandangan Devandra tampak berbeda saat melihat foto foto Aurora, dia mengambil ponsel di laci meja kemudian mencari nama di ponsel dan menelponnya.

"Aku ingin menemuinya lagi secara langsung di tempat itu, atur semuanya jadi lebih mudah dan berkesan," ucap Devandra sambil tersenyum.

"Siap pak," ucap John sambil menggaruk garuk kepala.

Sementara antara William dan Lestari nampak canggung satu sama lain. Namun begitu mereka berdua berusaha tetap profesional.

Hamida menerawang melihat kamar Aurora, dia merasa sedikit curiga kenapa Aurora seakan hilang tanpa jejak. Dia menunggu kedatangan William namun yang di tunggu pun sama sekali tak nampak, padahal dulu William telah berjanji untuk menjaga Hamida menggantikan Aurora.

Hamida merasa William yang sekarang sangat jauh berbeda dengan William yang dulu, yang mana dulu sangat perhatian pada Hamida dan sering sekali mengunjungi Hamida walaupun Aurora tidak ada dirumah.

Mengingat hal itu membuat Hamida menjadi sakit kepala, kepalanya seakan akan berputar putar, Hamida mencoba untuk merebahkan tubuh di kamar tidur dan memejamkan mata hingga akhirnya dia tertidur.

Saat ini Aurora sedang mencuci baju di kamar mandi, sudah semingguan ini dia selalu mual dan pusing hal itu membuatnya jarang mencuci baju walaupun demikian hal itu tidak membuat Aurora jadi patah semangat.

Sementara Rani saat ini ada dikamar, dia lagi merencanakan sesuatu dengan matang, semua itu terlihat dari dia berfikir dengan serius kemudian senyumnya mengembang lalu berjingkrak jingkrak pelan.

"Yes,,, aku yakin rencana ini akan berhasil, tidak ada seorang pun yang bisa menggagalkan rencanaku kali ini," ucap Rani sambil melipat tangannya di atas perut.

"Bu,,,, lihat kunci motor gak," ucap Hamdan mengangetkan lamunan Rani.

Mendengar ucapan Hamdan, seketika Rani tersentak kaget lalu menoleh ke arah Hamdan dengan ekspresi tidak suka.

"Bapak ini ngagetin aja, emang gak bisa bapak masuk kamar dengan mengetuk pintu dulu," ucap Rani sambil mengernyitkan dahi dan muka cemberut

"Maaf buk,,, biasanya bapak juga kalau masuk kamar gak pakai ketuk pintu dulu," ucap Hamdan protes.

Rani terdiam dan tidak menanggapi lagi ucapan Hamdan, karena takut Hamdan curiga.

Clarisa menghubungi Devandra berkali kali namun panggilan tersebut tidak terhubung, hal tersebut membuat dia hampir putus asa namun dia mengingat sesuatu dan akhirnya menelpon John.

"Siang pak John, apakah Devan ada dikantor?"

ucap Clarisa dengan ramah dan lembut, suaranya sangat khas dan bagi siapa pun yang mendengar pasti akan kagum dan bisa menebak bahwa dia adalah wanita yang cantik dan terpelajar.

John sama sekali bisa menebak bahwa itu adalah suara Clarisa, sekalipun dia tidak mempunyai nomernya.

"Ya bu, Pak Devan ada di kantor dan sedikit sibuk," ucap John sambil mengecek dokumen yang menumpuk.

Mendengar hal tersebut Clarisa langsung mematikan telponnya tanpa mengucapkan salam dan langsung meluncur untuk pergi ke kantor Devandra .

Sesampainya dikantor, dia menaiki lift menuju ruangan Devandra dan kebetulan lift tersebut sepi.

Saat lift tersebut akan tutup ada tangan yang menahan pintu lift tersebut, Clarisa yang tertunduk pun akhirnya mengangkat wajah dan tersenyum.

"Hallo William, akhirnya kita bertemu lagi gimana kabarnya ," ucap Clarisa dengan ceria dan ramah.

William tersentak kaget saat mendengar Clarisa memanggilnya dia sama sekali tak menyangka bisa bertemu lagi dengan Clarisa orang yang dikaguminya.

"Wah Bu Clarisa,,,,,, saya kabarnya baik bu,,,, ibu sendiri gimana," ucap William terlihat sangat senang dan antusias akan pertemuan mereka.

Dari sorot matanya William saja, terlihat dia sedang jatuh hati pada wanita yang ada di depannya.

Mendengar William memanggilnya ibu, Clarisa nampak kurang suka dan mulai protes

"Apa aku setua itu sampai aku dipanggil Ibu?, panggil aja namaku," ucap Clarisa mengerucutkan bibirnya.

William merasa kaget atas ucapan Clarisa.

"Maaf bu,,, eh maaf Clarisa saya hanya merasa tidak sopan dan lancang kalau panggil nama, apa lagi ibu mau jadi istri bos saya , eh Clarisa maksudnya," ucap William sambil menggaruk garuk rambutnya karena malu dan kikuk.

Clarisa tersenyum mendengar berita tersebut dan matanya tampak berbinar binar.

"Kabar dari mana ituuuuu,,, kok udah menyebar aja doain aja Will,, semoga semua itu menjadi kenyataan," ucap Clarisa tersenyum lebar.

William nampak kecewa namun dia segera menepisnya tak ingin Clarisa tau perasaannya

"Mana mungkin Pak Devan nolak wanita secantik kamu, rasanya tak mungkin," ucap William sambil tersenyum menutupi rasa kecewanya.

Clarisa tersenyum dan pergi, sebelum pergi mereka berdua sempat bertukar nomor ponsel.

William sangat senang terlihat dari bibirnya yang selalu tersenyum sambil melihat nama Clarisa di ponselnya.

Devandra menyetir mobilnya seorang diri dengan suasana hati yang berbeda, dia merasa bersemangat saat akan pergi ke tempat tahanan Aurora.

Sedari perjalanan dia selalu bersiul dan bernyanyi dan senyumnya selalu mengembang.

Saat tiba di tempat tersebut, Devandra segera masuk ke tempat pengunjung yang hanya di lapisi terali besi, sehingga pengunjung tidak bisa begitu leluasa melihat para tahanan.

Devandra duduk dengan meremas remas tangan kanannya, entah kenapa jantungnya berdetak lebih kencang dan dia selalu melihat pintu tempat keluar masuk para tahanan seakan dia tak sabar menunggu Aurora.

"Tahanan 81, ada pengunjung dan segera keluar," ucap sipir wanita sambil mencari cari Aurora di kamar sel.

Mendengar namanya di panggil, Aurora yang dari tadi beristirahat dan merebahkan diri sontak bangun dari tidurnya dan Aurora terlihat lemas.

Aurora melihat sipir wanita tersebut dia merasa penasaran apakah yang datang adalah ibunya William.

"Laki laki apa perempuan," tanya Aurora sambil mencoba berdiri dengan berpegangan pada tembok.

"Laki laki, cepat keluar," jawab sipir tersebut sambil mengerucutkan bibir dengan sinis.

Teman temannya satu kamar pun menoleh dan melihat Aurora, mereka berfikir mungkin dia adalah ayah dari janin yang di kandungnya.

Aurora tersenyum lebar dan dia menebak bahwa laki laki itu pasti William.

Sinta melihat Aurora tersenyum, dan mengambil pewarna bibir yang dia punya,

"Ra, pakai ini jangan sampai ayah dari janin mu merasa sedih melihat keadaanmu sekarang, dan kamu harus terlihat cantik," ucap Sinta sambil memakaikan pewarna bibir tersebut di bibir Aurora.

Aurora tersenyum dan memegang tangan Sinta lalu mengucapkan terima kasih.

"Cantik," ucap Sinta sambil memegang wajah Aurora.

Saat Aurora masuk ke ruangan tersebut, dia mengangkat wajahnya dengan malu dan pandangan mereka bertemu , mata Aurora terpancar kekecewaan dan senyumnya memudar.

Dia melangkah mundur dan membalikkan badan dan membuka pintu namun sialnya pintu terkunci.

Dia tidak bisa kabur sampai akhirnya laki laki tersebut bersuara

"Gimana keadaan kandunganmu?" Ucap Devandra

1
Yuki Nagato
Makin ketagihan.
Hebe
Ceritanya keren banget, semangat terus thorr!
Bea Rdz
Gak bisa tidur sampai selesai baca ini cerita, tapi gak rugi sama sekali.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!